Kehidupan di masa remaja adalah hal yang paling luar biasa, dimana setiap remaja sedang dalam masa mencari jati diri mereka. Keingintahuan yang begitu tinggi, serta keinginan mencoba hal-hal yang baru. Masa dimana pembentukan karakter seseorang. Gairah anak muda yang menggebu-gebu melahirkan suasana yang menggembirakan. Begitu pula dengan beberapa remaja yang kini tengah nongkrong disalah satu warung belakang sekolah mereka yang menjadi tempat kumpul remaja-remaja yang terbilang nakal. Mereka terlihat tengah mendiskusikan sesuatu. Mereka bergerumun mengelilingi sebuah meja panjang yang di ujung meja tersebut terdapat seorang remaja sekolah yang tengah duduk sambil memberikan instruksi kepada teman-temannya.
"Anjir, tangan gue udah gatel pengen mukul anak SMA Purna," ucap salah satu dari mereka.
"Sama gue juga," saut yang lainnya.
"Kalo gitu ayo kita ke lokasi, mereka udah ada disana." Kata Aldi.
Semuanya pergi ke lokasi tempat untuk mereka melakukan tawuran pelajar. Mereka mengendarai motor masing-masing. Entah permasalahan apa yang menjadi pemicunya.
Namun entah mengapa mereka sama sekali tidak membawa senjata tajam untuk melawan musuh mereka. Mereka hanya membawa kayu dan tongkat baseball.
Semuanya sudah tiba di tempat perkara. Disana juga sudah ramai oleh musuh mereka yang menghalangi jalan. Mereka turun dari motor lalu berjalan congak ke arah musuh mereka.
Begitupun dengan musuh yang kelihatan tak gentar untuk bertarung seolah tidak ada hari esok.
"WOY, bangsat!" teriak pemimpin SMA Purna. "Nggak usah sok deh loh," lanjutnya.
"Harusnya kami yang ngomong gitu ke elo, apa sebab lo mukulin anak sekolah kita, hah?!"
"Sebab? Nggak ada tuh," sautnya meremehkan.
"Bangsat!"
"Udah lah, kita mulai ajah. SERANG!" teriak Deon.
Terjadilah tawuran ditempat itu. Keadaan yang sangat kacau. Aksi saling pukul pun tak terelakan. Bertarung hingga menentukan siapa yang akan memenangkan pertarungan ini.
Awalnya mereka semua bertarung dengan menggunakan tangan kosong, namun entah darimana ada yang menggunakan senjata tajam.
"Bangsat!" Umpat Erick pada Deon yang mengeluarkan senjata tajam saat bertarung.
"Hahahaha, mati Lo bangsat!" Teriak Deon sambil mengayunkan pisaunya.
Erick berusaha menghindar dan menangkis serangan tak terarah Deon, sepertinya Deon tengah kalap. Erick menangkis pisau itu dengan tangannya dan menahannya agar tidak mengenai perutnya. Sebisa mungkin ia menahan hingga ia menendang perut Deon hingga Deon sedikit terdorong. Keduanya terlihat tersengal-sengal.
Erick melihat sekeliling, teman-temannya tengah bertarung juga. Namun ada beberapa yang terluka namun tidak begitu parah.
"Sial." Tubuhnya terasa lelah bertarung dengan Deon, begitupun sebaliknya.
Namun tiba-tiba terdengar bunyi sirine polisi. "KABUR WOY ADA POLISI."
Erick yang tidak fokus karena mendengar suara sirine polisi pun tidak memperhatikan kalau Deon kini tengah mengayunkan pisaunya ke arah perut Erick.
"Argh, shit." Erick menatap pisau yang menancap di perutnya lalu beralih ke Deon yang tersenyum menang kemudian berlalu meninggalkan tempat itu sebelum polisi menangkapnya.
Erick melihat sekeliling, teman-temannya membubarkan diri secepatnya, begitupun dirinya. Entah kemana ia, motornya ia tinggal di warung karena tadi ia nebeng dengan Dika.
Erick berjalan tertatih meninggalkan tempat itu, ia harus kabur secepatnya sebelum polisi itu menangkapnya.
===
Dilain tempat, tepatnya disalah satu SMK terfavorit. Seorang gadis tengah menjajakan jualannya pada teman-teman sekelasnya yang memesan lewat aplikasi WhatsApp yang telah ia post gambarnya. Sebenarnya bukan ia sih yang punya dagangan, tetapi temannya. Karena ia baik hati dan tidak sombong jadilah ia membantu temannya yang berbeda sekolah untuk menjajakan dagangannya, agar semakin banyak pelanggan yang membeli dagangannya.
"Gue bayarnya abis istrihat ya, Maw."
"Oke, jangan lupa ye."
Mawar. Orang biasa memanggilnya seperti itu. Padahal namanya bukan Mawar, tapi memang dasar orangnya cuek dibawa santuy aja.
Anak kelas XI jurusan Teknik Komputer Jaringan. Ia memang menyukai hal-hal yang berhubungan dengan teknologi, apalagi itu IT. Hobinya nge-hack, aneh memang. Keluar-masuk dunia internet dan jaringan tentunya. Dikelasnya jumlah perempuan hanya setengahnya dari jumlah laki-laki. Jadi para cewek di kelas merasa terlindungi, eheh.
"Yang tadi belom bayar gue catet ya, takut lupa." Mawar mengeluarkan handphone dari sakunya. Sekarang sudah zamannya teknologi, jadi tidak perlu lagi buku kecil untuk mencatat hal-hal yang seperti ini misalnya.
Setelah ia memberikan pesanan pada teman-temannya yang dikelas maupun diluar kelas, ia duduk di kursinya yang paling belakang. Pikirnya berdagang itu ternyata menguras tenaga, apalagi temannya itu ya yang membuat salad buah ini lalu dijualkan, ia kan hanya menjualkan saja. Rasa-rasanya jiwa magernya sekarang keluar. Lebih baik ia merebahkan dulu kepalanya karena sekarang sedang jamkos alias guru tidak masuk ke kelas, hanya menitip tugas saja dan itu sudah ia selesaikan. Ia tidak suka menunda-nunda pekerjaan, agar ia bisa leha-leha seperti ini.
"Bel, kalo Lo bunyi bangunin gue ya," pinta Mawar pada teman sebangkunya.
"Kok gue bunyi?" Tanyanya bingung.
"Kan nama lo Bel-la," jawab Mawar santai.
"Ish, sialan Lo," terkena lah timpukan buku tulis dari Bella.
Mawar hanya terkekeh lalu memejamkan matanya, berharap bel pulang segera berbunyi.
===
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Begitulah pikir semua murid ketika mendengar bel pulang berbunyi. Kelas yang tadinya sepi akibat kegiatan mengajar seketika menjadi riuh. Nyawa-nyawa yang tadinya loyo kini seakan kembali pada raganya.
Begitu pula dengan Mawar yang tidak sabar ingin segera pulang dan menyerahkan sisa dagangannya pada temannya.
Bukannya ia tidak ikhlas, hanya saja ia takut khilaf jika ia memakan salad buah yang begitu menggoda untuk dimakan.
"Bel, gue duluan ya. Semangat piketnya."
"Iya." Segera Mawar keluar dari kelas dan menghirup udara sekitar namun seketika ia terbatuk-batuk akibat debu yang masuk.
"Buset dah, nyapu yang bener napah" ucap Mawar sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya untuk menghalau debu.
"Makanya jangan ngalangin orang nyapu dong, berdiri di depan pintu," balas temannya yang tengah menyapu.
Tanpa memperdulikan ocehan teman sekelasnya itu, ia pun berlalu. Sepanjang koridor banyak yang menyapanya, mulai dari adik kelas sampai kakak kelas. Tidak heran karena ia merupakan orang yang supel dan mudah berbaur dengan siapa saja, ia hanya membalas dengan senyuman.
Mawar yang berjalan keluar gerbang sekolahnya menuju tempat janjian untuk mengembalikan salad buah yang tidak habis. Ia memang tidak membawa kendaraan karena ia selalu nebeng oleh sepupunya yang bersekolah disekolah yang sama dengan temannya itu.
Mawar berjalan santai melewati gang-gang kecil menuju sekolah temannya. Ia berjalan sambil menunduk karena menendang-nendang batu kerikil yang menghalangi jalannya. Tanpa ia sadari ia ditabrak sesuatu yang keras hingga ia pun terjatuh bersama salad yang ia tenteng dan isinya tumpah berceceran di aspal.
"Aduh, pantat gue." Ringisnya sambil mengusap bagian yang sakit.
Seakan tersadar sesuatu yang menimpa tubuhnya, ia pun menyadari bahwa seorang lelaki yang memakai seragam sekolah tengah meringis kesakitan.
Mawar pun membantunya duduk dan menyandarkannya pada dinding gang.
Mawar memperhatikan cowok itu lalu perhatiannya berpusat pada seragam cowok itu yang dibagian perutnya mengeluarkan darah.
"Astaga, Lo—" Tanpa banyak bertanya Mawar berdiri lalu berjalan keluar gang untuk mencari bantuan.
===
KAMU SEDANG MEMBACA
DERICK
Teen Fiction🎖️#1 - smk 🎖️#1 - tawuran ATTENTION!!! PLEASE PARA PLAGIATOR MENJAUH DARI LAPAK INI, TY. "Mulai sekarang Lo jadi pacar gue." Sontak saja ucapan Erick membuat Mawar melotot terkejut dan tidak terima. Untuk mengambil ponselnya yang tertinggal ia har...