Ruangan bercat putih dan bau obat-obatan menjadi tempat yang tidak terpikirkan sama sekali oleh Mawar bahwa ia berada disini, hari ini. Ia telah mengabari temannya jika ia tidak bisa memberikan sisa dagangannya hari ini, ia juga tidak memberikan alasan sebenarnya kenapa ia tidak bisa.
Tentang sepupunya itu, untung saja ia ada jadwal ekskul Volly jadi tidak perlu menunggu lama dan meminta untuk tidak menjemputnya.
Mawar menatap ruangan ini yang sewajarnya rumah sakit. Ada bangsal untuk tempat pasien dan perkakas lainnya.
Ia menunggu cowok itu sadar untuk meminta ganti rugi salad yang terbuang sia-sia akibat tertabrak tubuh cowok yang ditolongnya itu.
Sudah setengah jam ia menunggu namun belum ada tanda-tanda kalau cowok itu akan sadar. Sambil memainkan handphonenya yang terdapat banyak notif dari grup dan temannya. Ia juga menstalk akun oppa-oppa Koreanya, sambil tersenyum senang. Sepertinya perempuan kebanyakan, Fangirl.Lukanya juga sudah diobati. Mawar baru tahu jika cowok itu terluka akibat ditusuk benda tajam, begitu kata dokter yang menangani cowok itu.
Tentang administrasinya sudah ia bayar tentunya dengan mengambil kartu dari dompet yang berada di saku celana cowok itu. Bukannya tidak sopan, hanya saja Mawar tidak membawa uang untuk membayar pengobatan rumah sakit ini, ada uang dagangan temannya tapi mana cukup. Awalnya ia sempat terkejut melihat black card yang ada di dompet itu, apalah daya Mawar yang selalu memegang uang receh.
"Erghhh."
Mendengar suara yang berasal dari cowok itupun, segera Mawar bangkit dari duduknya dan melihat cowok itu tengah mengerjapkan matanya. Segera ia meletakkan ponselnya di meja samping bangsal. Kemudian Mawar berlalu keluar memanggil dokter.
"Sial." Badannya terasa tak berdaya. Ia lemas dan haus seperti habis melakukan hal yang berat, tentu berat bukan setelah berantem dengan Deon si bangsat itu.
Tiba-tiba dokter beserta suster dan tentunya Mawar masuk ke dalam ruangan cowok itu dirawat.
Dokter dan suster dengan cekatan memeriksanya. Lalu menuliskan resep dan menjelaskan keadaannya. Kemudian berlalu dari ruangan itu hingga menyisakan dua manusia berlawan jenis di dalamnya.
"Lo masih sakit?" Tanya Mawar hati-hati sambil berjalan ke arah samping bangsal yang di duduki Erick.
Erick yang merasa ada orang selain dirinya disini menatap Mawar dengan tatapan yang sulit diartikan.
Hingga keheningan tercipta, Erick rasanya enggan mengalihkan matanya dari gadis yang belum ia ketahui namanya itu.Mawar yang kesal karena pertanyaannya tidak dijawabpun memilih duduk di kursi samping bangsal.
"Gue minta ganti rugi soal salad gue yang jatoh." Sudah Mawar tidak ingin berbasa-basi. Ia ingin cepat-cepat pergi dari sini. Apalagi mereka hanya berdua diruangan ini.
Mawar menatap cowok itu yang menampilkan wajah datarnya. Namun kemudian Erick mengangkat sebelah alisnya. Seakan mengerti maksud Erick, Mawar pun memberitahu jumlah yang harus ia ganti.
Erick tersenyum tipis, sangat tipis karena cewek didepannya ini mengerti maksudnya.
Ia mengeluarkan dompetnya lalu memberikan beberapa lembar uang berwarna merah.
"Kebanyakan, gue cuma butuh segini." Ucapnya sambil mengembalikan uang yang berlebih namun di tolak oleh Erick.
"Ya udah deh, rezeki nggak boleh ditolak." Terima Mawar dengan senyumnya.
Erick sempat tertegun melihat Mawar yang tersenyum itu, sungguh jantungnya tidak bisa ia kontrol. Apa ia punya penyakit jantung setelah di tusuk? Jika ia setelah ini ia akan periksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERICK
Teen Fiction🎖️#1 - smk 🎖️#1 - tawuran ATTENTION!!! PLEASE PARA PLAGIATOR MENJAUH DARI LAPAK INI, TY. "Mulai sekarang Lo jadi pacar gue." Sontak saja ucapan Erick membuat Mawar melotot terkejut dan tidak terima. Untuk mengambil ponselnya yang tertinggal ia har...