Part 1 Of 9

7.4K 345 63
                                    

Senin yang cerah. Matahari muncul memamerkan cahayanya. Burung-burung pun tak ingin kalah saing. Mereka berkicau memperdengarkan suara mereka yang merdu. Semua benar-benar semangat mengawali hari. Ibu-ibu rumah tangga mulai sibuk dengan kegiatan rutin mereka. Menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak, membantu mengurus perlengkapan suami yang ingin berangkat kerja dan membantu anak-anak memakai seragam sekolah.

Pukul setengah tujuh. Semua siap melanjutkan aktifitas masing-masing. Jalan mulai padat dengan kendaraan dan bel-bel sekolah siap-siap menjerit. Siswa-siswi berlari mengejar waktu. Tidak ingin kena hukuman dengan jalan bebek sepanjang 10 meter karena terlambat masuk. Mahasiswa-mahasiswi, para pekerja kantoran, nampak sedang berjalan terburu-buru. Semua orang terlihat sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Kecuali seseorang yang masih asyik berpelukan dengan bantal gulingnya. Tidak peduli dengan waktu yang cepat berganti. Pura-pura tidak tahu malam sudah berganti pagi. Bahkan sebentar lagi pagi akan berganti siang. Tidak peduli dengan keriuhan di luar kamarnya yang untuk sebagian orang akan sangat mengganggu tidur.

"Woi, koran di sini ada yang ambil tidak?"

Samar-samar ia mendengar suara berteriak di luar kamarnya.

"Tidaaakkk."

Jawaban yang serentak yang ia tidak tahu pasti siapa pemilik suara-suara cempreng itu.

Tiba-tiba ia mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar. Ia membiarkan saja. Lama-lama ketukan itu berubah menjadi gebukan dibarengi dengan teriakan. "Jeno.. banguuunn!"

Ia tersenyum kecil di balik bantal. Sudah kebiasaan di kos-kosannya seperti ini. Tapi sekali lagi ia memilih untuk tidak peduli. Ia malah menarik selimut sampai menutupi kepalanya.

"Heei, pasti kau yang mengambil kaos kaki warna abu-abu milikku. Iya kan?!" teriakan itu terdengar lagi. "Aku membutuhkannya sekarang. Kaos kaki yang lain masih basah."

"Tidak. Aku tidak melihatnya." Ia akhirnya menyahut dengan suara serak dari balik selimut. Namun tidak ada yang membalas sahutannya. "Dasar kurcaci. Mengganggu tidur orang saja," keluhnya.

Ia kembali meneruskan tidurnya dan bangun beberapa saat kemudian. Ia bangun bukan karena kemauannya tapi karena benda mungil yang menjerit di sebelah kupingnya.

"Apalagi sekarang?" keluhnya lagi dengan mata masih setengah terpejam.

"HEH, kau dimana? Sudah mau presentasi makalah kelompok nih." Suara perempuan di seberang langsung terdengar begitu ia menekan tombol hijau di ponselnya. Bahkan sebelum ia sempat mengucapkan "halo" apalagi "selamat pagi"

"Presentasi?" Ia bertanya dengan bingung. Hari apa nih?

"Oh my God! Iyalah bodoh. Sekarang kelompok kita mau presentasi. Mata Kuliah Sistem Geometri. Ingat?"

Mendengar itu refleks ia menepuk jidatnya dengan palu. Eh, bukan ding! Dengan telapak tangan. "Kalau begitu tunggu aku," katanya.

"Oke. Cepat! Waktu 5 menit."

***

Lee Jeno. Itulah nama lengkapnya. Namun ia lebih akrab dipanggil Jeno. Ia memiliki wajah tampan yang kalau cemberut terlihat sangat lucu dan imut. Senyumnya sangat menawan dengan eye smile yang dimilikinya. Tubuhnya cukup tinggi dan atletis. Meski begitu, Jeno termasuk pemuda cuek dan agak kurang peduli dengan kuliahnya jika tidak mau dikatakan malas. Batang hidungnya jarang terlihat di kampus. Kalaupun ada pasti hanya beberapa jam. Setelah kuliah selesai ia langsung pulang. Tanpa basa-basi dengan teman laki-laki apalagi teman perempuan! Pokoknya langkah kakinya keluar dari kelas tepat di belakang dosen yang baru saja selesai mengajar.

Wretched [NoMin] -END-Where stories live. Discover now