Tak terasa kita sudah tiba di ujung pertemuan...
.
.
.
"Aku bisa, karena aku percaya aku bisa melakukannya," tukas Jaemin mantap.
Jeno menoleh menatap Jaemin yang tersenyum lebar di sampingnya. Pemuda itu benar-benar senang karena melihat puisi karyanya termuat di sebuah majalah remaja yang saat ini ia pegang.
"Kau terlihat bangga sekali," komentar Jeno tanpa bisa mencegah senyumnya.
Jaemin tertawa ringan. "Tentu saja," ujarnya.
"Coba kulihat," pinta Jeno dan membaca satu bait dari keseluruhan puisi Jaemin.
Kebersamaan yang seindah pelangi
Secerah mentari
Selembut kabut pagi
Bahkan layaknya bintang di langit
Senantiasa ada meski terkadang tak nampak
"Biasa saja! Tidak ada yang istimewa," celutuk Jeno saat selesai membaca sebait puisi tersebut.
"Terserah apa katamu," balas Jaemin tidak peduli. "Tetap saja aku senang."
Jeno tertawa kecil. "Kalau begitu kau harus mentraktirku hari ini."
Jaemin tampak berpikir sejenak. "Wah, sepertinya itu bukan ide bagus," katanya kemudian yang membuat Jeno menyentil hidungnya.
"Dasar pelit," gumam Jeno.
Jaemin menjulurkan lidah mengejek Jeno dan membuat ekspresi wajah yang aneh sehingga pemuda itu yang melihatnya tertawa terpingkal-pingkal.
"Hei, apa yang kalian lakukan di tempatku?" pekik Haechan saat masuk ruang tamu kamarnya dan melihat Jeno tertawa sambil melempar Jaemin dengan boneka dolpin kesayangannya.
"Oh, kau sudah pulang?" tanya Jaemin sambil cengengesan tanpa rasa bersalah. Jeno yang duduk di sampingnya masih tertawa.
"Belum. Yang kalian lihat ini hanya bayanganku," jawab Haechan asal. Ia kesal karena melihat kamarnya yang sudah kacau akibat ulah dua manusia gua itu.
"Kau sudah makan?" tanya Jaemin tanpa mempedulikan wajah Haechan yang kusut. "Jeno akan mentraktir kita makan siang."
Jaemin sengaja memancing Haechan dengan kalimat tersebut yang artinya makan siang gratis. Ia tahu sahabatnya itu sangat senang dengan barang gratisan. Apalagi menyangkut makanan! Dan meski Jaemin tahu seseorang di sampingnya sedang melotot padanya, ia tidak peduli.
"Traktir makan siang?" Haechan menatap Jeno dengan mata berbinar. Bibirnya yang tadi cemberut kini menyunggingkan senyum manis.
Tuh kan! Efek makanan gratis bagi Haechan memang sangat bagus.
Jaemin tersenyum jenaka saat melihat Jeno mengangguk pasrah dengan pertanyaan Haechan
"Tapi ada syaratnya," kata Jeno dan mengerling lucu pada Jaemin.
"Apa?" tanya Haechan dan segera duduk merapat pada Jeno. Jaemin yang melihatnya jadi keki sendiri. Meskipun Jeno bukan kekasihnya, tapi kan...
"Hei, tuan, Seseorang yang bernama Hyunjin bisa mengamuk kalau melihat tingkahmu seperti itu," ujar Jaemin yang melihat cara duduk Haechan di sisi Jeno dan caranya menatap pemuda itu. Jeno bahkan duduk membelakangi Jaemin.
YOU ARE READING
Wretched [NoMin] -END-
FanfictionLee Jeno hanya tidak mengerti kenapa setiap kali ia beradu pandang dengan Na Jaemin pemuda itu selalu menatap sinis padanya? Seolah Jeno merupakan wabah penyakit yang harus dihindari. Tidak tahan dengan sikap Jaemin yang selalu sinis padanya, Jeno...