Part 5 Of 9

1.3K 148 5
                                    

Double up dalam rangka menebus terbengkalainya ff ini selama berbulan-bulan

.

.

.

"Jadi bagaimana hubunganmu dengan Hyunjin?" tanya Jaemin sambil memasukkan suapan terakhir makan malamnya ke dalam mulutnya.

Haechan mengunyah habis makanan dalam mulutnya lalu berkata, "Baik. Sangat baik." Ia tersenyum lebar. "Karena kau sekarang aku benar-benar bisa jadi pacarnya. Gomawo~."

Jaemin balas tersenyum. "Tapi dulu kau bilang tidak suka padanya," goda Jaemin.

Haechan tertawa. "Itu dulu," katanya. "Sebelum aku menyadari perasaanku yang sebenarnya."

Jaemin mencibir.

"Eh, Na, sepertinya ponselmu berbunyi," kata Haechan tiba-tiba.

Jaemin berdiri dari duduknya. "Hm."

Haechan lalu membereskan perlengkapan makan mereka sambil sesekali melirik Jaemin yang menjawab telponnya. Pemuda itu menatap Haechan dan memberi kode dengan bibirnya kalau Siyeon yang menelpon.

"Siyeon?" tanya Haechan heran.

Jaemin menaruh telunjuknya di bibir agar Haechan menurunkan volume suaranya.

"Apa katanya?" Haechan bertanya lagi saat melihat Jaemin menaruh ponselnya di meja belajar beberapa saat kemudian.

"Dia ingin bertemu denganku besok. Katanya mau membahas masalah Jeno," jawab Jaemin santai lalu duduk di tepi tempat tidur.

"Dan kau setuju?"

Jaemin mengangguk. "Tentu saja. Apa aku punya alasan untuk menolak?"

Kening Haechan berkerut. "Kurasa tidak," jawabnya. "Ehm, Na?"

Jaemin mendongak menatap Haechan yang berdiri di depannya dengan kedua tangan terlipat di dada. "Apa?"

"Aku boleh ikut denganmu besok?" tanya Haechan ragu. "Maksudku bertemu Siyeon."

"Untuk apa?"

"Aku tidak akan membiarkannya mencakarmu," kata Haechan serius.

Jaemin tertawa. "Kau ini bicara apa? Dulu kau bilang dia terlihat sangat baik. Bagaimana dia bisa mencakarku?"

"Iya, tapi sekarang situasinya berbeda Na Jaemin sayang," ucap Haechan gemas. "Kau membuat Jeno menghabiskan banyak waktunya bersamamu. Sementara Siyeon? Ia jadi seperti tidak terlihat. Kau pikir itu tidak akan membuatnya mencakar habis wajahmu?"

"Kau tenang saja. Aku jamin dia tidak akan berbuat seperti itu."


***

Dan sekarang Jaemin duduk berhadap-hadapan dengan Siyeon di sebuah kafe. Siyeon terlihat tegang dengan meremas-remas kesepuluh jemari tangannya sedangkan Jaemin terlihat santai. Pemuda itu menyeruput kopinya dan menatap gadis di depannya.

"Jadi apa yang ingin kau katakan?" tanya Jaemin memecah keheningan yang sempat mewarnai pertemuan mereka.

Siyeon balas menatap Jaemin. Ia berdehem lalu berujar pelan, "Aku tahu apa yang akan aku katakan terdengar egois. Tapi aku juga merasa berhak untuk mengatakannya."

Jaemin mengangkat alis. "Oh ya?" tanyanya pelan. Meski ia sudah bisa menduga apa yang akan dikatakan oleh gadis di depannya itu.

"Aku ingin–," Siyeon menelan ludah, "–kau mau memaafkan Jeno dan mengembalikannya padaku."

Jaemin tertawa kecil. "Memaafkan Jeno dan mengembalikannya padamu?" Jaemin mengulang perkataan Siyeon.

Siyeon mengangguk. "Tentang kecelakaan itu, bukan sepenuhnya salah Jeno. Jadi kau jangan membencinya dan mengekangnya seperti sekarang."

Wretched [NoMin] -END-Where stories live. Discover now