"Eh... eh... Katanya ada murid baru cakep lagi" ucap Agam
" Gua ga peduli"
"Serah ah entar kalo lu naksir tau rasa lu" cibir Agam
"Ga akan karena jodoh gua cuma dia" balas Revan dengan tersenyum simpul.
××××××××××
Skip kelasGaduh mewarnai kelas XI-MIPA1.
Apalagi si Agam yang lagi asik joget lagu 'entah apa yang merasuki mu?, hingga kau tega menduakan aku yang tulus mencintaimu' lebih parahnya lagi jogednya pakek naik ke atas meja. Kan jadinya kek pemandu senam ibu-ibu depan komplek kan.Tok..tok..tok..
Suara pintu berderit saat seseorang mendorongnya. Nampak di sana berdiri bu Erin dengan menenteng map yang berisi daftar hadir.
Sejenak semua murid terdiam ditempat, beberapa detik setelah sadar entah apa yang merasuki para murid, merekapun langsung lari terkencing-kencing menuju tempat duduk masing-masing.
"Siapa yang hari ini ndak masuk?" tanya bu Erin.
"Itu bu.. nihil bolos lagi" teriak Revan dengan muka polos nan sultan.
"Sa ae lu" balas bu Erin.
Mendengar bahasa yang digunakan salah satu guru ngiller ku semua murid pada melongo. Untung saja kali ini si Agam kehabisan air liur jadi aku sebagai teman sebangkunya nggak khawatir bakal kebanjiran karena udah pake pelapis anti bochor 'noderop'
"Idie... ternyata bu guru bisa jadi guru jamannow juga ya?. Kiraiin nggak tau bahasa gaul, kan biasanya bahasa beku-kan? eheheee.." ujarku sambil tertawa meringis yang ku buat semanis mungkin. 'Yang pasti harus semanis perlakuanku padannya🙃'
"oh iya anak-anak besok kita akan kedatangan murid pertukaran pelajar dari korea, jadi ibu harap kerjasamannya ya?" Ucap bu Erin dengan tatapan berharap kepada semua murid. Belum sampai ada yang membuka mulut bu Arin melanjutkan kembali ucapannya.
"Terutama kamu Revan, kamu kan suka kpop jadi agak ngerti kan bahasa korea, kamu juga anak paling pintar di kelas, jadi ibu minta tolong pada kamu, besok kalau muridnya udah sampe sini kamu ajakin keliling sekolah ya." Mohon bu Arin dengan raut muka menahan, bulir-bulir keringat sebiji kacang menempel di pelipis bu Arin.
Pret...brutt..
Suara itu yang menjdi saksi bicara kenapa muka bu Arin tersiksa menahan kentut."Ass...al.."belum genap mengucapkan salam bu Arin sudah kabur menahan beribu rasa yang berjubel ingin segera keluar dari tempat penampungan.
Melihat itu semua murid-murid hanya bisa mengelap keringat, karena kebetulan terjadi pemadaman listrik sehingga ac mati.
Tak lama setelah kaburnya bu Erin bel pulangpun terdengar. Semua murid bergegas keluar dari sekolah tak terkecuali Revan dan Agam.
"Van hari ini gua nebeng jemputan elu ye?, itung-itung hemat ongkos bus" Ujar Agam sambil meringis lebar memperlihatkan cabe yang nemplok disela-sela giginnya.
"Hmm.. serah lu, sultan mah baek orangnya" Revan pun mengambil tas dan berjalan keluar dari kelas.
"makasih sahabatku yang paling baik" ujar Agam sambil berjalan menjajari Revan.
"Eh gua mau tanya satu hal ke elu dah. Gua ganteng nggak sih menurut elu?" tanya Revan.
"Enggak" Jawab Agam sambil menatap iris Revan.
"Tapi lu nggak boleh berkecil hati, karena lo itu punya hati yang bersih banyak kok orang di luar sana yang wajahnya cakep tapi kelakuannya doubleminus. Jadi lu harus bersyukur diberi wajah kek gini karena ada yang lebih parah dari elu kok" Lanjut Agam.
Perkataan Agam tadi menyentuh hati Revan. Meskipun ia dan Revan baru satu tahun bersahabat tetapi Agam selalu memberikan pemikiran yang positif terhadap Revan agar selalu bersyukur atas apa yang dimiliki.
"Kalo gue perawatan kira-kira bisa berubah nggak ya?" Gumam Revan.Yang dapat di dengar oleh Agam. Agam tersenyum simpul dan berkata pada Revan.
"Kalo lu mau usaha pasti bisa kok gam. Gua percaya kalo nggak ada usaha yang menghianati hasil" Agam mengangkat tangannya dan menepuk punggung Revan mrnyalurkan semua energi positif untuk sahabatnya itu.
"Kok elu bisa ganteng, putih,badan lu berisi, tinggi gitu sih gam? Tapi satu kekurangan elu, gigi lu kuning, bau lagi. Berapa minggu lu nggak gosok gigi?. Perasaan pertama kali kita ketemu waktu mos gigi lu nggak sebau sekarang?" tanya Revan
"Gua udah 9 bulan 10 hari nggak gosok gigi. Pasta gigi gua abis" jawab Agam sekenanya.
"Udah cem orang bunting aja 9 bulan 10 hari" Seloroh Revan.
Tak terasa mereka berdua sudah sampai di gerbang sekolah. Revan mengganggukan badan menyapa pak Paijo. Pak paijo adalah satpam sekolah.
"Mangga pak" ujar Revan
"Iya Van, tuh udah di jemput sama supirnya" ucap pak Paijo sambil menunjuk mobil pajero hitam yang terparkir manis di samping kanan jalan.
Revan hanya mengulas senyum simpul. Dengan Agam yang mengekor di belakangnnya Revan terlebih dahulu masuk ke mobil lalu di susul dengan Agam.
Perjalanan pulang diwarnai dengan celotehan dari ujung timur hingga ujung barat antara Revan dan Agam.
Lewat kaca spion pak Romli tersenyum melihat anak majikannya tersenyum lepas . Karena semenjak kejadian itu Revan jarang tersenyum.
Mobil Pajero itu berhenti di depan sebuah rumah berpagar hitam.
"Bye Van, makasih tumpangannya" Agam keluar dari mobil dan melambaikan tangannya ke mobil yang ditumpangi Revan.
Lama Agam menatap mobil yang kian hilang di telan hiruk pikuknya jalanan. Seulas senyum tersungging di bibir Agam
"Gue bakalan bantu lu berubah Van, karena gua tau sakitnya elu" Agam pun masuk kedalam rumah tersebut.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revander
Teen Fiction"Dan segenggam asa kian membuncah saat aku menatap matamu." ~~Revander "Dasar upil anoa" ~~Sena