Tangan Kapalan.

39 4 0
                                    

Agam menyeret tangan seorang gadis ke taman belakang sekolah.

"Lu mau ngapain ke sini hah!. Belum puas lu mainin hati sahabat gue?!. Cabe, bangsat emang lu!." Bentak Agam.

Kim Sena Arfytha.
Nama yang tertera pada seragam gadis mungil bermarga Kim tersebut.

"Salah sendiri, nyari pacar nggak selevel. Bilangin ya sama temen elu yang wajahnya buriq itu!.. Kalo nyari cewek itu yang sepadan dong sama mukanya!!." Kim Sena berkacak pinggang.

Mendengar sahabatnya di katakan seperti itu, Agam pun tak terima.

"Untung cewek, kalo lu cowok udah gue tonjok muka lu biar bonyok kek tahu genjrot!. Asal lu tau ya Agam tuh sampai berobat ke psikiater supaya bisa ngelupain elu. Dia minum obat ini itu, dan semua itu gara-gara elu KIM SENA!!." Setelah pua membentak Sena, Agam meninggalkan Sena yang masih berdiri mematung.

"Apa gua kelewatan ya sama Revan?. Tapi juga salah Revan sendiri sih kepedeannya tingkat dewa. Masa gua yang bodygoals gini mau sama dia yang buriq sih... sekali-kali jadi cowok yang ngotak dong."

------
Agam mengoleskan minyak kayu hijau pada hidung Revan.

"Dia balik lagi Van, sumber penyakit elu balik lagi." bisik Agam di samping badan Revan yang belum sadar.

"Eungh.." Erang Revan

"Alhamdulilah Van lu udah melek." Ujar Agam dengan mata berbinar.

"Jangan tanya 'gue di mana?, kok kayak di uks sih?'. Bosen gue sama pertanyaan itu, pertanyaan yang selalu diulang-ulang dalam sineteron." Lanjut Agam.

"Hehe... tau aja kalo gua mau tanya kek gitu." Ucap Revan sambil meringis.

"Gimana acara sparing kita?." Tanya Revan berusaha berdiri.

"Acaranya bubar. Gegara elu pingsan kutil!." Sungut Agam.

"Lah ogeb! Gua belom bales si Luke Gam, yah.. gatot dong." Runtuk Revan.

"Tenang gua udah kasih pelajaran sama Luke. Lu tinggal nikmatin aja hasilnya sayang." Agam memonyong-monyongkan bibirnya, seperti akan mencium Revan.

Belum sampai 10 cm, muka Agam sudah di tampol sama Revan.

'Plakk..'

"Dih bau pete lu!, jan deket-deket sama gue. Entar gue bisa pingsan lagi." Agam berdiri. Meninggalkan Agam yang masih mematung di kursi UKS.

"Gue perasaan tadi pagi nggak makan pete kok. Tapi makan jengkol sih." Agam terkikik sendiri.

"Van tungguin dong." Agam mengejar Revan yang sudah berjalan di koridor kelasnya.

Revan terus saja berjalan tak mempedulikan Agam yang terus memanggil-manggil namanya. Revan menengok sekilas, tanpa memperhatikan jalan Ia menabrak gadis di depannya.

Bruak..duk

"Maaf." Revan mengulurkan tangannya pada gadis yang terduduk masam di depannya.

Anehnya gadis itu tak mau menerima uluran tangan Revan.

"Ga sudi gua disentuh sama tangan kapalan elu ya!." Ujar gadis itu, siapa lagi kalau bukan Kim Sena.

"Sena." Lirih Revan.







RevanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang