|Gandar Rafisqy Melviano|

90 17 16
                                    

Halooo
Gimana  kabar kalian?   Ada yang rindu Gandar?
Selamat membaca
Koreksi kalau typo, ya

*****

Entah apa yang merasukiku

Bibir Gandar yang selalu tampak segar tak henti melantunkan penggalan lirik lagu yang sedang  viral itu, dibarengi dengan gerak tangan. Anehnya, lagu yang ia lantunkan hanya satu kalimat itu saja.

"Merasukimu, Bego! Kenapa merasukiku mulu, sih, lo nyanyinya? Gedeg gue," omel salah satu teman yang duduk di depan Gandar setelah menyesap es teh.

"Nggak cocok. Udah lo nggak usah ngomel. Ini lebih cocok karena sampe sekarang gue nggak tau apa yang merasuki gue sampe kayak nggak ada otak gini. Males mikir mulu," cetus Gandar. Jemari tangan kanannya mengelus dagu seraya menampilkan mimik berpikir yang justru membuat teman di depannya geram bukan main.

"Bukan temen gue."

"Heh, Putri! Lo nggak usah sok gitu, ya. Sadar, otak kita satu frekuensi. Buktinya ini lo mabal bareng gue di kantin."

"Nama gue Putra, sialan!" Putra menjitak kepala Gandar hingga sang pemilik memekik. Namun, ia tidak mengelak tentang apa yang diucapkan Gandar sebab semua itu benar. Ia dan Gandar sama-sama merasa punya otak gesrek, jiwa malas, dan alergi belajar. Itulah alasan dua cowok kelas sebelas IPS dua itu duduk di kantin bagian paling belakang, dekat taman lama. Tempat tersebut biasanya jarang dilalui guru karena jarak yang cukup jauh dari ruang guru. Hanya saja ....

"Gandar, Putra, kalian ngapain di sini!?" Seorang guru berkumis tipis dengan rambut klimis, sering disapa Pak Lak, singkatan dari Pak Galak karena tingkat ke-killer-an guru tersebut, berdiri dengan tampang galak. Akan tetapi, jika ditanya, para murid akan menjawab Pak Lak adalah singkatan dari Pak Prala,  nama guru itu, walau kelihatan sekali bohongnya.

Gandar yang baru menyeruput kopi,  seketika menyemburkan minuman tersebut. "Buset, dah, Pak Lak udah sampe sini aja. Itu guru kuker apa gimana, sih? Kerjanya nyariin kita  mulu," dumelnya seraya bangkit dari bangku kantin.

"Dia kangen lo kali. Kata lo, lo itu ngangenin," timpal Putra asal. Ia mengikuti Gandar yang mulai lari karena Pak Prala melakukan hal yang sama.

"Pala lo! Gue ngangenin buat para gebetan dan mantan, bukan guru galak begitu."

"Heh, berhenti kalian!" seru Pak Prala sambil mengacungkan bilah bambu yang sering ia bawa untuk mengajar di kelas karena malas berdiri, jadi sebilah bambu itu  untuk menunjuk tulisan di papan tulis yang perlu dijelaskan ke anak didik.

"Udah, Pak. Jangan lari terus. Kasian kakinya nanti," kata Gandar sambil menoleh, tapi tidak menghentikan larinya. Karena hal tadi, ia sampai menabrak seseorang yang tengah berdiri di depan ruang BK hingga terjatuh. "Anjing!" umpatnya tanpa sadar.

"Gandaaar! Kamu ngatain saya anjing?" Perempuan setengah baya berbaju batik dengan rok span tengah bertolak pinggang sambil menatap garang ke arah Gandar.

Sementara Putra berhenti untuk menunggi temannya. "Woi, Ndar, ayo!" ajaknya bermaksud kabur lagi supaya tidak dihukum.

"Nggak deh, Put. Lo aja. Gue rela dihukum Bu Bila." Gandar memasang senyum sok manis kepada guru di depannya, meskipun hal tersebut  tidak mengurangi raut garang di wajah guru berambut hitam itu.

Bu Bila memijat pelipis  untuk meredakan pusing. "Gandar, Gandar, kamu ini nggak capek apa bikin rusuh? Baru masuk tahun ajaran baru, udah rusuh lagi."

"Saya nggak rusuh, Bu. Saya cuma ngilangin ngantuk tadi." Gandar berusaha bangkit dari posisinya.

"Ngilangin ngantuk itu cuci muka, bukan ke kantin!" timpal Pak Prala dari arah belakang.

"Itu mainstream, Pak. Saya kalo ngilangin ngantuk, minum kopi makanya ke kantin," terang Gandar santai.

"Alasan kamu! Sekarang juga berdiri di bawah ti--"

"Pak Prala, saya sebagai wali kelas Gandar mohon biar urusan hukuman, saya yang urus.  Boleh, Pak?" Bu Bila kembali lemah lembut. Aura kesal pada anak didiknya hanya berlangsung sebentar.

Tampak raut keberatan dari Pak Prala, tapi sejenak segera berubah. "Baiklah. Saya permisi," ujarnya.

Bu Bila mengangguk. Ia menatap Gandar dan Putra yang sudah berdiri di depannya. "Jangan kira saya selamatkan kalian dari Pak Prala jadi kalian tidak dihukum, ya. Hukuman kalian adalah kerjakan soal latihan matematika bab satu dan dua. Ditulis sepuluh kali!" tegasnya yang sukses membuat melongo Gandar dan Putra. Setelah itu, Bu Bila meninggalkan dua siswa tersebut.

Putra segera sadar dari keterkejutannya. "Gini amat punya wali kelas guru matematika. Ibaratnya abis keluar dari kandang singa, terus masuk kandang macan."

Gandar melirik Putra kemudian menimpali, "Lo bego kebangetan, sih. Ngapain juga masuk kandang macan sama kandang singa? Cari mati."

"Serah lo, anjir!"

******

Gimana part  kali ini? Adakah yang geregetan sama Gandar?
Nih, aku kasih bonus fotonya 😂

Udah tambah cinta? Yuk, ajak temen kalian ramein cerita ini jugaJangan lupa pencet bintang di pojok kiri, yaTerima kasih❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah tambah cinta?
Yuk, ajak temen kalian ramein cerita ini juga
Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri, ya
Terima kasih❤

Piccolo LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang