|Lo Ganggu|

44 6 0
                                    

Halooo
Gimana kabar kalian?
Maaf updatenya ngaret dua hari :'
Mulai minggu ini akan diusahakan update tepat hari Sabtu. Jadi, bisa nemenin malam minggu kalian. Okey?
Ramein komentar, ya. Kalau perlu ajak teman-teman kalian buat baca cerita ini juga
Selamat membaca
Koreksi kalau typo, ya :)

*****

Saat sudah tidak bersamamu, baru kamu akan sadar seseorang tersebut ternyata bukan pengganggu, tapi pemberi warna hidupmu.

***

Gandar memainkan sendok yang sebelumnya ia pakai untuk mengaduk kopi di depannya. Kerutan di dahi cowok itu menandakan bahwa ada yang dipikirkan dengan serius.

"Woy, Ndar! Lo sok mikir gitu kenapa, sih, Njir? Kayak bisa mikir aja lo," cela Putra ditanggapi anggukan anggota Best Part yang lain, Keysha, Kalandra, Rafif, dan Gilang. Best Part merupakan perkumpulan dari enam orang yang menyukai kopi. Saat jam istirahat seperti sekarang, biasa mereka gunakan untuk makan bersama di kantin, walau berbeda kelas.

Gandar tersadar dari lamunannya. Ia baru ingat jika punya teman-teman yang bisa diandalkan untuk berpikir, daripada mengandalkan otaknya yang susah diajak berpikir. "Eh, cara deketin cewek jutek gimana, ya?"

Semua yang ada di meja itu saling bertukar pandang. Untuk kali pertama Gandar bertanya perihal cewek. Biasanya cowok tersebut akan lancar saja melakukan pendekatan ke cewek mana pun, mengingat karakternya yang mudah berbaur dan perhatian, sampai kadang ada yang salah mengartikan perhatian Gandar.

"Lo ngapain nanya hal begitu, Anying!? Biasanya juga lancar aja deketin cewek. Apa lo kehabisan bahan gombal? Tenang, gue bisa bikinin. Cukup kasih seratus rebu aja," timpal Putra.

"Jangan! Mending lo belajar dari gue. Secara gue ini Gilang, cowok yang bisa bikin cewek klepek-klepek, padahal cuma gue senyumin." Gilang menaik-turunkan alisnya dan tersenyum penuh percaya diri.

"Mending lo belajar ke gue. Gue bisa kasih trik supaya lo bukan cuma dapetin cewek itu, tapi hatinya jadi milik lo. Mau nggak?" Rafif mulai ikut-ikutan menawarkan bantuan, tapi tidak menjawab pertanyaan Gandar.

"Heh, Setan! Lo pada nggak ada yang bener, ya. Gue minta saran, bukan kalian nawrin diri terus minta bayaran dari gue. Temen macam apa, sih, kalian?" gerutu Gandar. Rautnya berubah masam karena otak teman-temannya ternyata tidak lebih bagus dari dia.

"Kamu tumben nanya begitu. Kenapa, sih, Ndar?" Keysha mendinginkan suasana dengan pertanyaan yang sebenarnya juga membuat penasaran empat teman lainnya. Meski cewek tersebut tahu alasan Gandar bertanya, tapi ia ingin memastikan saja. Memang dasar cewek, sudah tahu kalau penasaran itu bikin sakit hati, tapi masih saja dilakukan. Risikonya, ya, perih tak tertandingi.

"Itu ... gue mau deketin si Dewi. Kemarin gue samperin dia ngajak kenalan, tapi dia nggak nanggepin dong, Anjir! Gue berasa ngomong sama tembok. Bahkan, nih, ya, gue kemarin sampe mau dilempar buku tebel sama Bu Popi karena berisik di perpustakaan," terang Gandar tanpa jeda. Teman-temannya melongo sejenak mendengar nada bicara Gandar yang tanpa jeda. Sedetik kemudian, mereka--lebih tepatnya Rafif, Gilang, dan Putra--meledakkan tawa.

Sementara itu, Keysha harus mati-matian meredakan sesak di dadanya. Ia hanya ber-oh ria saja menanggapi penjelasan Gandar.

Gandar mengedarkan pandangan hingga berhenti pada Kalandra, cowok paling dingin di geng itu, tapi sekalinya dekat, baik, sih.

"Apa?" tanya Kalandra melihat Gandae senyum-senyum ke arahnya.

"Bantuin gue, dong, Kal. Lo kan otaknya paling waras di sini. Lo jutek juga, jadi pasti tau," mohon Gandar. Ia sampai pindah tempat duduk di sebelah Kalandra dan memaksa Putra bergeser supaya Gandar dapat tempat.

"Dia cewek."

Gandar menatap Kalandra malas. "Yaiyalah Dewi cewek, masa cowok. Yang bener aja, sebego-begonya gue,  nggak mungkin suka sama cowok."

"Gue cowok. Nggak sepemikiran," lanjut Kalandra supaya lebih jelas dan Gandar tidak salah paham.

Wajah Gandar tertekuk seketika. Yang dikatakan Kalandra benar. Sekarang, terpaksa ia harus berpikir sendiri, tapi mana bisa?

"Kenapa nggak nyoba samperin lagi terus ajal ngobrol hal yang dia suka aja, Ndar?" Keysha memberi solusi sekaligus pertanyaan. Ia berusaha membunuh perasaan sesak yang menjalar di dadanya.

Seketika senyum terbit di wajah Gandar. "Lo bener, Key! Oke, gue samperin dulu, ya. Makasih! Kalian emang sahabat-sahabat gue yang terbaik," ujarnya kemudian berlalu meninggalkan kantin. Ia akan mencari Dewi di perpustakaan. Kalau tebakannya benar, Dewi suka tempat seperti itu untuk menyendiri.

Gandar melebarkan senyum saat mendapati Dewi duduk di pojok perpustakaan, sibuk berkutat dengan buku yang Gandar tak ketahui apa. Cowok tersebut segera mencari buku secara asal, kemudian melangkah ke arah Dewi.

Belum sempat duduk, sebuah suara sudah menginterupsi, "Ngapain lo?" Dewi menutup buku yang ia baca sejenak. Ia menatap Gandar datar.

"Mau baca buku. Gue juga suka baca tau, jangan ngeremehin gue, ya," timpal Gandar ringan. Ia akhirnya duduk di depan Dewi sambil senyam-senyum.

"Pergi." Dewi tak mengubah nada bicara, juga raut mukanya. Benar-benar dingin, seolah tak peduli dengan apa pun. Yang ia pedulikan adalah ketenangannya.

"Ini tempat umum, lo nggak berhak ngusir gue. Kecuali kalo ini punya lo, baru lo bisa usir gue." Gandar meletakkan buku yang ia ambil di meja. Tangannya berada di atas buku tersebut, sementara matanya menatap Dewi intens. Tentu saja, Dewi lebih enak dipandang daripada deretan huruf yang disusun dalam buku yang tadi ia pinjam.

Dewi tak menjawab. Gadis berambut hitam sebahu itu menyambung kegiatannya yang sempat terhenti karena Gandar, membaca buku.

"Lo kenapa, sih, nggak ngerespons gue? Padahal gue cakeploh. Banyak yang mau deket sama gue, cuma lo doang nih yang nggak. Jangan-jangan lo nggak normal," cerocos Gandar tanpa merasakan kalau Dewi mulai kehilangan kesabaran.

Dewi meletakkan bukunya kasar. Ia beranjak dari tempat itu karena tidak mau meladeni Gandar lagi. Namun, pergelangan tangan kanannya dicekal oleh Gandar hingga pergerakannya terhenti. Cowok itu menanyakan apa kesalahannya. Dengan nada dingin, Dewi menjawab, "Lo ganggu."

*****

Dewi bener-bener dingin kayak es krim, tapi ada manis-manisnya kayak janji doi, ya. Eh? :v
Gimana part kali ini menurut kalian?
Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri dan tunggu part selanjutnya, ya
Terima kasih❤

Piccolo LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang