|Dewinta Nayara Kiranja|

49 8 0
                                    

Halooo
Gimana  kabar kalian?   Ada yang rindu Gandar? Hari ini aku ajak kalian kenalan sama  Dewi dulu, ya
Maaf telat sehari updatenya. Author sok sibuk😂
Selamat membaca
Koreksi kalau typo, ya

*****

"Mbak, ini pesanannya."

Seorang gadis berambut hitam yang semula menatap ke jalanan melalui kaca transparan yang menjadi bagian depan sebuah kedai kopi itu mengalihkan perhatian ke sumber suara. Bibir tipisnya yang dipoles lip tint merah muda menyunggingkan senyum tipis kemudian berucap, "Makasih, Mbak."

Setelah pengantar pesanannya beranjak, ia menatap es krim yang disiram kopi esspreso di sebuah cangkir di depannya. Tangannya bergerak menyuapkan minuman favoritnya tersebut. Ia memejamkan mata merasakan sensasi dingin es krim bercampur dengan sedikit pahit dari kopi.

Aku harus cari kerja. Nggak mungkin aku diem aja sementara ibu kerja keras. Kalimat sejenis itu terus terputar di pikirannya. Acara pergi dari Jogja menuju Jakarta untuk mencari sang ibu sekaligus kabur dari ayahnya yang keparat membuahkan hasil. Syukur saja ia membawa ponsel kala itu sehingga bisa menghubungi sang ibu. Beruntung lagi, ayahnya tidak tahu keberadaan mereka karena sejak cerai, masing-masing orang tuanya tak berkabar satu sama lain.

"Terus gimana? Besok pasti rame banget. Kalo kamu keluar, terus gimana? Saya perlu pengganti kamu karena kedai ini kalau sudah rame, empat waiters nggak cukup."

Suara dari arah belakang membuat ia menghentikan pikirannya yang berkelana. Seorang pemuda berusia kisaran 20 tahun kelihatan tengah memijat pelipis, tampak sekali frustrasi.

"Maaf, Bos. Saya harus resign karena mau menikah."

Gadis yang sejak tadi mendengarkan percakapan itu segera beranjak dari tempat duduknya. Ia menghampiri dua orang yang tengah berdiskusi itu. "Maaf mengganggu sebentar," ucapnya membuat dua orang di sana menoleh ke arahnya. "Saya dengar tadi mbaknya mau resign, ya? Kalau saya jadi pengganti mbaknya, boleh?"

Sang pemuda yang merupakan pemilik kedai kopi tersebut meneliti penampilan gadis berkaus lengan panjang hitam dengan celana jin di hadapannya. "Kamu serius mau kerja? Kelihatannya kamu masih muda, pasti masih sekolah," ujarnya setelah menilai.

"Eum ... saya memang masih sekolah, Pak. Tapi, saya bisa atur waktu untuk kerja dan sekolah," jawab si gadis.

Pemilik kedai mengangguk. "Berarti part time, ya?" tanyanya kemudian dijawab anggukan oleh lawan bicaranya. "Nama kamu siapa? Sekolah sampai pukul berapa?"

"Dewi, Pak. Pukul tiga saya sudah bisa berada di tempat kerja. Sekolah saya kebetulan tidak menerapkan sistem fullday," terang gadis bernama Dewi tersebut.

"Ya sudah, besok kamu bisa mulai kerja di sini." Sang pemilik kedai segera mengambil keputusan sebab besok malam minggu, kedai akan ramai karena kebanyakan remaja keluar di malam hari untuk melepas penat dikarenakan seharian belajar. Kedai ini memiliki desain yang kekinian, jadi cocok untuk muda-mudi yang ingin nongkrong.

Selepas mengucapkan terima kasih, Dewi kembali ke tempat duduknya untuk menghabiskan kopi pesanannya sambil mengabari sang ibu bahwa ia sudah mendapat kerja  paruh waktu. Selang beberapa detik setelah ia mengirim pesan, ibunya menelepon. Dengan cepat ia menggeser layar untuk menjawab.

"Halo. Ada apa Bu Frida, ibunya Dewi?" sapanya membuka pembicaraan dengan nada bahagia.

"Kamu ngapain cari kerja, Nak? Ibu masih bisa biayain kamu. Udah, kamu fokus sekolah aja," sahut sebuah suara dari seberang telepon.

Dewi menghela napas kemudian menjawab, "Iya, Dewi tau ibu bisa. Dewi tau ibu perempuan hebat yang bisa bertahan dengan cara apa pun. Tapi, Dewi mau mandiri supaya bisa jadi kayak ibu nantinya. Boleh, ya?"

"Yaudah, asal kamu harus bisa prioritasin sekolah kamu. Sekarang pulang, udah malam."

"Siap, Ibu." Dewi melakukan gerakan hormat, walau jelas ibunya tak melihat. Begitu sambungan telepon terputus, ia beranjak dari kursi sambil melihat jam yang tertera di ponselnya. Astaga udah lumayan malem. Semoga nggak lupa jalan balik, deh.

Ia tergesa keluar dari kedai tersebut setelah menyapa waiters yang tak sengaja berpapasan dengannya, perempuan yang akan ia gantikan kerjanya besok. Karena berjalan sambil memasukkan ponsel dalam tas, Dewi menubruk bahu seseorang. "Maaf, Mas," ucapnya kemudian berlalu.

Sementara cowok yang ditabrak masih bergeming di tempatnya. Ia membongkar ingatan dalam pikirannya karena merasa deja vu. "Gue kayaknya pernah ketemu dia, deh."

*****

Gimana part kali ini? Apa pendapat kalian tentang Dewi? Benarkah dia mirip seorang dewi?
Jangan lupa ajak teman kalian buat baca cerita ini juga karena akan ada kisah penuh rasa seperti kopi
Okeiii seperti biasa, jangan lupa pencet bintangdi pojok kiri dan tunggu part selanjutnya di hari sabtu
Terima kasih❤

Piccolo LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang