01 | Malaikat Akhir Bulan

97 13 0
                                    

Rasi Gemintang

Tok.. Tok.. Tok..

"Ras, hewan apa yang kakinya tujuh?"

Hanya orang gila bernama Sekala Adibrata yang suka memberi tebak-tebakan aneh di pagi-pagi buta. Ralat. Pagi hari.

"Laba-laba lagi di kamar mandi, satu kakinya lagi buat nutupin hidung karena bau." Gue menyahut serak khas orang-kepaksa-bangun tidur.

Tak lama pintu kayu lapuk kos-kosan gue terjeblak terbuka. Membuat gue yang awalnya berniat kembali tidur langsung terduduk dan segera mendelik. Gue menatap pintu itu dengan iba. Itu pintu kayu kos-kosan yang paling berharga, meskipun lapuk dimakan rayap dan mungkin tuyul-lupakan anggapan ini-,pintu itu lah melindungi gue dari panas terik matahari dan dinginnya udara saat hujan.

Apaan sih gue, kok jadi puitis gini, macam Udin-temen sekolah gue yang hobi bikin puisi-puisi unik(read:aneh) yang enggak bakal nyampe buat otak cetek macam kalian sekalian.

Namun acara marah-marah gue gagal total ketika melihat Sekala dengan senyum lebarnya mengangkat mangkok putih gambar ayam-gratisan beli micin di warung-yang mengepulkan asap.

Alhamdulillah rezeki anak sholehah.

Dengan cepat gue menerjang Sekala sampai-sampai mengabaikan Sekala yang sekarang memekik kesakitan macam cewek perawan karena ketumpahan kuah mie Indomie rasa soto ayam. Weitss ini bukan endors ya, yang ada kalo tu perusahaan mie jadiin gue brand ambassador besoknya langsung gulung tikar tuh perusahaan.

Gue makan udah kayak orang enggak makan dua tahun. Gimana ya, ini udah tanggal tua, makan mie aja udah syukur. Nah, disaat-saat seperti ini Sekala bagaikan malaikat penolong yang tiba-tiba jatuh depan kosan gue. Dengan senyum cemerlang dihiasi cabe yang terselip di antara giginya yang kuning, mengulurkan tangannya yang memegang mangkok berisi mie indomie rasa soto ayam. Tiba-tiba Sekala terlihat berkali-kali lipat lebih ganteng dari biasa meskipun beleknya menumpuk disudut matanya yang melengkung membentuk bulan sabit.

Gue enggak peduli barusan gue memuji atau menghina yang penting Sekala itu malaikat gue.

Gue sama Ekal-for short- sama-sama anak kosan, bedanya Ekal itu level elitnya, enggak pernah merasakan betapa sakitnya maag saat akhir bulan. Kos-kosan Ekal tepat di seberang kos-kosan gue. Meski begitu kos-kosan Ekal lebih terlihat seperti apartemen dari pada definisi kos-kosan sebenarnya. Dilengkapi AC dan Wifi.

Amboi, bundo anakmu nio juo kosan mode tu.
[ Astaga, Emak anakmu mau juga kosan seperti itu.]

Nasib emang nasib.

Sebenernya keluarga gue semuanya tinggal di Sumatera Barat, disini gue kayak merantau gitu. Awalnya cuma iseng-iseng test online di salah satu SMA favorit di Jakarta Pusat, tau-taunya keterima. Gue awal dapet surat tanda lulus test udah kaya ikan di taro di darat, mengap-mengap. Abang gue dengan laknatnya langsung menghakimi gue, bilang kalo gue pake jampi-jampi, mantra-mantra, sembur sana sembur sini, dikira adiknya dukun kali ya. Emang dasar cingkariak.

Keluarga gue sebenernya juga cukup mampu bisa dibilang, tapi kata emak gue, gue harus belajar hidup susah. Sehingga gue terjebak di kos-kosan lembab dengan pintu kayu lapuk dan kecoa beserta teman-temannya yang memiliki hobi berseliweran di sudut-sudut kosan.

Sakitnya tuh disini, didal..

Nada dering tanda panggilan masuk di ponsel gue berkumandang dengan syahdunya.

"Halo Ma!!"

Gue menjawab telepon dari seberang pulau sana seraya memberi kode pada Ekal untuk diam.

Star Fate ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang