t w o ㅡ friend

192 32 2
                                    

"sepertinya jantung dohyon mengalami kerusakan lagi"

"tapi dok, bukannya dokter bilang waktu itu dohyon membaik ya?"

"iya, awalnya saya kira juga dohyon semakin membaik. tapi akhir akhir ini saya mulai kembali prihatin"

raut wajah seungyoun berubah menjadi sedih.




"tapi saudara seungyoun tenang saja, kami tetap akan melakukan yang terbaik untuk dohyon", ucap dokter tadi.

seungyoun tersenyum, atau lebih tepatnya memaksakan senyumnya.




keluar dari ruangan dokter, ia menangis. apa yang harus seungyoun bilang pada ayah dan ibunya yang sedang di luar negri karna bussiness trip?

seungyoun memegangi kedua kelopak matanya agar tangisnya tidak pecah. untuk menahan air matanya jatuh.




"abang?"




seungyoun buru buru menghapus air matanya karena yang menghampiri ia saat ini adalah dohyon. kemudian seungyoun tersenyum hangat pada dohyon.

"eh adek kok kesini sih? hm?", tanya seungyoun.

"ngga apa apa sih. abang kenapa?"

"emang abang kenapa?"

"nangis"




seungyoun terdiam sebentar. bingung mau menjawab apa.

"ng-.. ngga kok! kata siapa abang nangis ya"




dohyon memutarkan bola matanya.

"ya kan gue bisa liat bang"





seungyoun terkekeh lalu mengelus kepala adiknya dengan lembut.

"ngapain lo, bawa gitar segala?"





ternyata dohyon membawa gitar dari kamarnya.

"bosen, mau ke taman"







ah ya, dohyon sudah dirawat selama seminggu ini. wajar jika ia merasa bosan. dokter menyarankan ia tidak bersekolah terlebih dahulu sebelum pulih.

"yaudah kalo gitu. gua mau langsung ke kampus ya? ntar sorean si hangyul kesini"






dohyon membalas perkataan seungyoun dengan mengacungkan jempolnya. kemudian mereka berjalan berlawanan arah.

dohyon memperhatikan punggung kakak nya yang sedang berjalan menjauhi dirinya.






'maafin gue bang'






sampai di taman, dohyon langsung duduk di bench. memang dohyon kalau bosan, suka iseng bikin lagu. biasanya dia lakukan di kamar tapi kali ini dohyon udah bener bener bosan sama suasana kamarnya.

dohyon mencoba satu ㅡ dua kunci sampai ia menemukan kunci yang pas untuk lagunya. kemudian ia tulis di note hp nya.




"halo!", tiba tiba ada seorang perempuan yang sudah berdiri di hadapannya.

dohyon mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah perempuan tersebut.




"um... h-.. hai?", jawab dohyon ragu.

perempuan tersebut langsung duduk di sebelah dohyon.





"lagi ngapain?", tanya perempuan tadi.





'bisa liat sendiri kan?'





"lagi gitar gitaran aja", jawab dohyon agak dingin. karna dia gakenal sama perempuan ini. emang pada dasarnya dia males ngomong sama orang yang dia gakenal.

sama orang yang kenal aja males apalagi sama stranger? dohyon memang gitu orangnya.






"oh iya, yuna", kata perempuan tadi sambil mengulurkan lengan, memperkenalkan diri dan mengajak berkenalan.

dohyon menyambut uluran tangan yuna dengan sangat pelan, hampir slow motion.






"dohyon....", jawab dohyon.

"kayanya aku baru deh liat kamu disini?", tanya yuna.

"oh iya? padahal aku sering kok disini?"

"gapernah keluar kamar ya pasti?"

"mmm iya juga sih. cuma aku ga setiap hari disini juga hehe", jelas dohyon.

"aaah pantesan!", timpal yuna. dohyon tersenyum pada yuna.

"anyway, kamu sakit apa?", tanya yuna ramah.

"oh.. jantung"






yuna membulatkan mulutnya membentuk huruf o.

"kalo kamu?", tanya dohyon.






yuna menjawab pertanyaan dohyon dengan tersenyum memperlihatkan gigi nya yang rapi.

"rahasia!"





untuk sesaat dohyon nyesel ngejawab pertanyaan yuna barusan.

'she didnt even tell me. kenapa gue musti kasih tau dia?'







tapi nasi sudah menjadi bubur. apa daya sekarang yuna sudah mengetahui penyakit dohyon.

"licik", ujar dohyon, merasa tidak adil.

"nanti juga tau sendiri deh, its kinda complicated jelasin nya"

dohyon menunjukkan senyum terpaksanya pada yuna.






"hehehe. dohyon! ayo lanjutin lagi gitaran nya!"

reminiscence ─ ndh; syn✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang