8- Berharap

41 6 0
                                        

CHAPTER DELAPAN CERITA DERARTHA.

*****

Hujan turun dengan deras membuat Dera berhenti disuatu halte untuk berteduh. Mungkin, hujan akan redah untuk beberapa menit selanjutnya.
Matanya sendu, Dera baru saja menangis. Entahlah kenapa Artha mengabaikannya sejak tadi pagi hingga pulang sekolah.
Dera tidak tahu dimana letak kesalahannya kali ini.

Apakah kejadian dua hari lalu tentang masa lalu Dera yang nakal? Apakah itu? Entahlah.

Kali ini, Dera hanya bisa diam dan tidak tau bersikap apa tentang masalah ini. Dera hanya bisa termenung dihalte dan menatap percikan air hujan yang jatuh keaspal. Kadang, Dera merasa bahwa Artha menyesal pernah berteman dengan orang seperti Dera. Dera pun sadar tetapi ia tetap yakin bahwa suatu hari nanti, Artha pasti bisa menerimanya menjadi teman.
Sakit sih rasanya seperti ini tapi apaboleh buat? Dera tidak berdaya untuk saat ini.

Debaran jantung Dera terpacu saat melihat mobil yang begitu ia kenal berhenti didepan halte. Dera menunduk dalam. Berusaha meyakinkan dirinya untuk tetap diam disini sampai hujan benar benar reda.

Artha berlari menuji halte dan duduk disamping Dera. Ia tersenyum manis lalu memberikan Dera jaket untuk menganjal rasa dingin saat ini.
Namun Dera menolaknya mentah-mentah. Ia pun tersenyum getir dan berusaha menahan air mata yang sudah mulai menetes.

"Kenapa gak pulang?" Artha merapikan rambut cewek itu dan melipatnya kebelakang telinga.
Dera menatap Artha sendu. Kenapa ia begitu perhatian? Kenapa ia membuat Dera berharap lebih? Dera tahu, rasa yang ia rasakan adalah suka. Iya, Dera suka kepada Artha tetapi tidak mungkin ia mengatakan
nya kepada Artha.

"Tunggu hujan reda," jawab Dera apa adanya.

Artha mengangguk mengerti lalu menggenggam tangan Dera mengajak cewek itu memasuki mobil miliknya. Dera tidak membantah. Ia juga sekarang kedinginan dan ingin pulang.

Didalam mobil, Artha diam membungkam mulutnya dan Dera menatap keluar jendela. Langit mulai menggelap. Dera memejamkan matanya lalu menatap Artha yang menyetir.

"Ar" suara serak Dera didengar oleh Artha.

"Kenapa?"

"Gue mau pulang secepatnya. Gue gak tahan disini"

"Oke"

Hanya itu yang mereka bahas. Tak ada topik yang lain. Kenapa ia berharap lebih kepada Artha sedangkan Artha biasa saja seolah olah tidak memberi harapan.

*****

"Der, gak ke UKS? Lo kayaknya sakit deh" ucap Filka sambil meraba dahi Dera. Cewek itu tidur sambil melipat tangan dimeja. Cewek itu sejak tadi, diam tidak berkutik sama sekali.
Filka sendiri bingung. Cewek itu biasanya ceria tetapi kali ini ia terlihat terluka. Dari mukanya saja, Dera sedang banyak menanggung beban sendirian. Filka sudah mengenal Dera lama. Mereka bukan sahabat sejak setahun, tetapi tujuh tahun yang lalu. Filka tahu tentang diri Dera yang sebenarnya.

"Gak usah, Fil. Gue cuman pengen sendiri. Nggak pengen ditemenin untuk sekarang" Dera menghembuskan nafasnya berat. "Gue tau disini gue yang salah. Gue menyesal udah pernah temanan sama Artha. Gue menyesal, Fil. Dan sekarang gue bingung sendiri sama perasaan gue. Gue...gak sanggup bilang sama Artha. Gue benar-benar menyesal pernah kenal Artha. Dan gue harap...gue bisa jaga jarak sama dia untuk sementara" lanjutnya dengan suara serak.
Filka hanya diam menutup mulutnya. Kemudian ia berlari keluar kelas meninggalkan Dera sendirian yang masih terisak.
Mungkin, Dera perlu sendiri.

Bersamaan dengan Dera menutup matanya ingin terlelap, Artha datang dan duduk disamping Dera. Dera hanya diam tetap memejamkan matanya. Artha tersenyum manis dan merapikan rambut cewek itu. Artha kemudian berbicara, "Dera, gue emang kenal lo baru sebentar tapi gue udah tau sifat lo bagaimana. Kenapa lo diamin gue? Ada salah yang gue lakuin?" tanya Artha linglung. "Atau karena sesuatu? Gue gak tau sama sekali, Der. Dengan lo diemin gue, gue gak tau letak kesalahan gue dimana."

Dera menghembuskan nafasnya dalam lalu menatap Artha. "Lo gak salah apa-apa, Tha. Gue yang salah terlalu berharap sama lo. Gue sadar. Gue bukan cewek yang baik buat lo." ucap Dera lalu pergi melenggang.

Berharap? Cewek baik buat dirinya? Artha tidak mengerti sama sekali maksud ucapan Dera tadi. Ia memijat pelipisnya bingung. Kenapa ia terjebak didalam situasi ini?

*****

Artha memijat pelipisnya ia merasa sedikit pusing. Bahkan, ia tidak dapat fokus pada mapel sekarang. Sama sekali tidak. Sekali pun ia mencoba melupakan masalahnya, ia tidak mampu. Ia juga kepikiran tentang ucapan Dera. Artha bisa bisa pingsan gara-gara masalah sepele ini.

"Ar, gak usah dipaksain kalo memang gak mampu belajar. Lo bisa ke UKS." kata Gio tetapi Artha menggeleng cepat.

Ia pun kembali melipatkan tangan diatas meja dan mulai terlelap dalam mimpinya. Gio hanya bisa menghela nafasnya pelan karena kelakuan Artha yang semakin tidak jelas.

*****

PART INI PENDEK DARI BIASANYA. GAK PAPA YA:v.
MINTA SARAN DONG DARI KALIAN SEMUAAA.
JANGAN LUPA VOTE YANG BANYAKKK BIAR AKU SEMANGAT BUAT NULIS CERITA INI.
I HOPE YOU LIKE IT!
See you next chapter guys. Love you💕



With love, Karin

DERARTHA (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang