Intro

2.4K 149 43
                                    

Tittle: A Flower On A High Peak
Cast: Singto prachaya & Krist perawat
Genre: Romance, Fluff, friendship
Rated: T
Disclaimer: Kongpob & Arthit karakter milik bittersweet, sedangkan cerita ini sepenuhnya milik saya.
Chapter: prolog + 6 chapter ( short story ) lengkap
Request: AudRizky
Warning typo, au, occ, boyslove/boyxboy

🍂🍂🍂

Kisah cinta itu seperti setangkai bunga, perlu waktu lama untuk tumbuh, tetapi sangat singkat untuk melihat keindahannya.

🥀 A Flower On A high Peak 🥀

TITIK-TITIK air yang berjatuhan dari udara karena proses pendinginan itu menyentuh permukaan kulit sesosok pria manis dengan kemeja putih rapih yang membalut setiap lekukan tubuhnya secara sempurna. Helaan napas berat meluncur begitu saja dari kedua lapis bibir tipis itu. Ia--Arthit pria berusia 28 tahun yang merasa nasib baik tak pernah ada dipihaknya. 

Bagaimana tidak, ia terlambat untuk pergi kekantor siang ini, tetapi tiba-tiba saja hujan mengguyur jalanan di sekitarnya. Aroma khas tanah gersang yang sudah beberapa lama tak tersentuh oleh air itu, kini menyeruak saat rintik hujan membasahinya.

Arthit mempercepat langkah kakinya, berlari untuk mencari tempat perlindungan tak ingin pakaiannya basah. Ia memutuskan untuk berteduh pada halte yang kebetulan sedang sepi saat itu. Ia mengibaskan bahunya perlahan sembari merapikan surainya yang agak berantakan. Meskipun sudah hampir terbiasa dengan kesialan hidupnya, ia merasa sedikit frustasi sekarang. Pria tersebut mendudukkan diri pada jejeran kursi yang tersedia pada halte itu, memilih tempat duduk paling ujung, untuk menunggu bus datang dan merapikan pakaiannya tak mau terlihat berantakan.

Ia menatap tangannya di mana jam berwarna silver melingkar manis pada pergelangannya. Arthit memejamkan kedua kelopak matanya, kemungkinan terbesar ia akan terlambat.

Dilihatnya dengan seksama tetesan hujan yang mengalir semakin deras menimpa segala sesuatu di bawahnya, menimbulkan suara gemercik yang menyita perhatian.

Seulas senyuman terlukum begitu saja pada kedua sudut bibir tipisnya, mengingat bayangan samar kenangan masa lalu. Hal itu sungguh masih terasa seperti kemarin sore, meskipun nyatanya sudah memakan banyak waktu untuk sampai pada titik ini.

Setiap ia melihat hujan, itu membuatnya mengingat sosok seseorang yang mirip sepertinya. Datang di waktu singkat, tetapi meninggalkan bekas yang cukup lama untuk hilang. Tubuh Arthit melemah begitu mengingatnya, sebuah ingatan yang tak ingin ia lupakan akan tetapi tidak mungkin terus ia ingat. Sesuatu hal yang terjadi karena kesalahannya sendiri.

Ia terlalu fokus pada satu hal, tetapi mengabaikan banyak hal. Ia tidak bisa melihat dengan jelas segalanya, berakhir dengan penyesalan yang ia dapatkan setelahnya.

Jemari lentiknya mengetuk-ngetuk permukaan bangku sampingnya yang kosong, mencoba untuk mengalihkan pikirannya. Namun, tak bisa pikirannya agak kacau, saat dirinya mulai mengingat sesuatu yang harusnya tidak dirinya sesali.

Begitu pandangan matanya menatap lurus ke depan, karena bus yang ia tunggu-tunggu tanpa ia sadari sudah datang, Arthit berjalan perlahan ingin menghampiri kendaraan umum tadi, hanya saja ia tak sengaja mendapati punggung seseorang yang cukup familiar baginya.

Arthit mematung di tempatnya berada, tertarik pada dimensi lain beberapa saat, detak jantungnya terasa menyakitkan karena terkejut, bahkan kini mulai tak beraturan, dengan cepat ia berlari ke arah lain, bukan justru memasuki bus yang sedari dari ia tunggu melainkan menyusul penampakan seseorang yang ia kenali.

Dengan agak gemetar Arthit berlari pergi, langkah basah itu terdengar cukup jelas, ia menerjang hujan hanya untuk menemukan seseorang, meskipun ketika ia sekuat tenaga mencoba mencari sosok tadi dan menemukannya, hasilnya nihil. Arthit tak bisa menahannya lagi, padahal di dalam hatinya ia ingin sekali saja, hanya sekali menanyakan kabarnya, setidaknya ia ingin tahu apakah sosok itu baik-baik saja. Namun, lagi-lagi nasib baik tak pernah berpihak padanya.

Ia kira dulu waktu mereka dipertemukan kurang tepat, hanya saja kini ia menyadari sesuatu, kapan pun kedua anak manusia bertemu, bukan waktu yang menentukan itu tepat atau tidak, tetapi ia yang memilih untuk buta, mengabaikan segalanya, hanya berpusat pada apa yang ia inginkan, membuatnya lupa dengan apa yang sudah ia miliki.

*TBC*






A Flower On A High Peak [ Kongpob x Arthit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang