[ 4 ]: Dark Pink

842 88 11
                                    

Suara khas lembaran demi lembaran kertas di balik samar-samar mendominasi ruangan itu. Kongpob membuka buku-buku yang berada di depannya dengan malas, ia tak membacanya sama sekali hanya memandangnya sekilas lalu menutupnya.

"Bagaimana kau mau lulus jika seperti ini," Arthit mengambil buku-buku tadi, lalu menyerahkannya kembali pada Kongpob, "baca dengan baik!"

"Ini terlalu memusingkan."

"Apa yang kau bisa?"

"Entah." Ia mengangkat kedua bahunya tak acuh.

"Kau ingin jadi apa saat lulus nanti?"

"Tidak tahu, aku tak memikirkannya."

"Setidaknya kau punya satu tujuan."

"Apa itu penting?"

"Orang tuaku berkata itu penting untuk masa depanku."

Remaja manis itu melipat kedua tangannya di atas meja lalu meletakkan kepalanya begitu saja di sana. Ia menguap pelan sebelum memejamkan kedua kelopak matanya perlahan. Tak tahu sudah berapa lama keduanya berada di sini dan itu membuat Arthit lelah, padahal ia hanya ingin membantu Kongpob saja yang katanya 'ingin belajar' akan tetapi sewaktu sampai di perpustakaan sekolahnya, anak itu justru hanya bermain-main saja.

Bagaimana bisa seluruh isi buku bisa tersimpan jelas pada ingatan, ketika ia hanya membukanya sedikit?

Sedangkan Kongpob yang melihat wajah polos Arthit, terkena sinar matahari yang memantul dari kaca transparan di samping mereka, tanpa berpikir panjang langsung menghalanginya menggunakan kedua telapak tangannya sendiri tak mau cahaya itu mengganggu Arthit yang tengah tertidur, seraya memandang sosok remaja manis di depannya dengan seksama, seulas senyuman terpatri pada sudut bibirnya.

Sebelum menyusun buku-buku yang tadi sempat ia pinjam untuk menutupi wajah Arthit. Tak mau tidur sang Teman terganggu.

Bagi Kongpob hal seperti cukup, ia tak perlu melakukan sesuatu yang menarik untuk membuatnya senang, hanya ingin memastikan sosok itu baik-baik saja, Kongpob tak memerlukan apapun lagi.

Begitu Arthit terbangun beberapa saat kemudian, ia terheran melihat tumpukan buku di hadapannya. Ia mengucek matanya mencari keberadaan Kongpob tetapi tak menemukannya, hingga ia langsung membereskan segalanya lalu memutuskan untuk mencari sang Teman.

Ia berjalan pada lorong sekolahnya perlahan sembari mengedarkan pandangan pada sekelilingnya. Mencari sosok Kongpob, sampai akhirnya ia menemukan dari kejauhan Kongpob yang tengah duduk di taman sekolah. Namun, saat menghampirinya langkah Arthit terhenti seketika, ia melihat sosok lain yang bersama dengannya.

Refleks, Arthit membalikkan tubuhnya ingin pergi tetapi panggilan seseorang itu tertangkap pada pendengarannya.

"Ai'Arthit!"

Kongpob melambaikan tangan ke arahnya, mau tak mau Arthit menghampiri keduanya, lalu memilih mendudukkan dirinya di sisi Kongpob.

"Sedang apa kalian di sini?"

"Hanya mengobrol, tidak sengaja bertemu di perpustakaan tadi."

"Oh." Arthit hanya ber-oh ria mendengarnya.

Sosok lain yang bersama dengan Kongpob tadi itu adalah Punn karena itu Arthit takut mengganggu keduanya, pasti mereka butuh waktu untuk bersamakan?

Arthit tak mau di cap sebagai pengganggu. Tiba-tiba Arthit melihat Punn memperlihatkan ponselnya pada Kongpob, hingga Kongpob berpindah tempat duduk di samping remaja itu. Arthit tak tahu apa yang keduanya bicarakan akan tetapi ia yakin kalau mereka tengah membicarakan sesuatu tentang Game, karena beberapa kali kata itu yang terucap dari bibir remaja mungil itu kepada Kongpob dan temannya itu dengan senang hati mengajari Punn.

A Flower On A High Peak [ Kongpob x Arthit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang