1 || prolog

5.7K 316 23
                                    

untuk suelsayak,
massive thank you from me to you for helping me figuring out the plot of the story. thanks for being kind and always helpful. i'm glad you do.

dan untuk kalian,
makasih untuk supportnya selama ini, it means the whole world to me.
this one's gonna be different.

jangan lupa tinggalin komentarnya yah, kritik saran semuanya ditunggu!

* . * . * . * . * . * . *

Percaya pada Nagisa Keiko saat ia mengatakan kalau dirinya bukanlah remaja biasa.

Sebenarnya Keiko tidak bisa dibilang anak remaja lagi mengingat usianya yang akan menginjak angka dua puluh tahun ini. Tapi tetap saja, gadis itu menolak mengakuinya. Sama seperti ia menolak mengakui kalau diri serta kemampuannya sudah semakin berkembang.

Keiko sendiri bingung sejak kapan ia mulai berubah menjadi sekuat ini. Kalau dipikir-pikir lagi, semuanya jadi aneh saat ia terbangun dari koma beberapa tahun yang lalu.

Keiko ingat waktu itu ia membuka matanya perlahan dan merasakan seluruh sendinya kaku serta tulangnya terasa nyeri, membuatnya bertanya-tanya sudah berapa lama ia tertidur. Hal selanjutnya yang Keiko ingat adalah seorang dokter dan beberapa perawat menanyakannya beberapa pertanyaan, sekedar mengecek apa ia kehilangan memorinya atau tidak. Dan Keiko merasa beruntung karena ingatannya utuh. Tapi tetap saja Keiko merasa ada yang janggal. Ada yang berubah.

Yang Keiko tau pasti, ia kaget setengah mati saat ia tau kalau dirinya sudah tidak sadarkan diri selama kurang lebih dua tahun. Maksud Keiko dua tahun itu waktu yang cukup lama dan banyak hal pasti sudah berubah.

Tapi lagi-lagi Keiko beruntung, karena ada satu hal yang belum berubah. Fakta bahwa sahabatnya, Harry Edward Styles, masih setia mendampinginya meskipun ia tak sadarkan diri. Namun Keiko tau kalau keberuntungan itu tak akan bertahan selamanya. Harry mungkin memang tetap berada disisinya dan tetap setia menjadi sahabatnya. Tapi laki-laki itu telah menemukan orang lain untuk mengisi ruang kosong dihatinya yang diakibatkan tidak sadarnya Keiko.

Nama gadis itu Yukiko Evans. Dan bagi Keiko gadis itu seperti bunga sakura di musim panas yang indah. Membuat semua orang yang berada di dekatnya merasa nyaman dan tentram. Mungkin hal itulah yang membuat Harry pada akhirnya jatuh cinta pada Yuki, dan bukannya pada Keiko.

Maka Keiko memilih untuk menyingkir. Keiko sudah terlalu lama mengenal Harry untuk tau apa yang sebenarnya laki-laki itu rasakan. Dan bagi Keiko, kembali ke Jepang adalah satu-satunya solusi. Apalagi seluruh keluarganya berada di Jepang, jadi untuk apa ia memaksakan diri tinggal di Eropa?

Tapi ternyata kembali ke Jepang membuat Keiko sadar akan satu hal, kalau dirinya yang sekarang bukanlah yang dulu lagi. Keiko tau sejak kecil kalau dirinya memiliki kemampuan untuk melihat masa depan. Namun ia tidak menyangka kalau koma selama bertahun-tahun bisa membuat kemampuannya berkembang. Dan kalau boleh jujur, Keiko benar-benar membenci kemampuan barunya ini.

Jadi disinilah Keiko sekarang.
Berbaring diatas tempat tidur, menatap langit-langit kamarnya yang di cat bermotif bintang sambil menghela nafas berat. Sesekali gadis itu melirik ke sudut ruangan dan memutar mata saat pandangannya menangkap sosok gadis berambut panjang dengan mata besar dan terusan berwarna putih selutut menatapnya dengan sorot sedih.

"Mau mu apa sih?" gumam Keiko pelan, terdengar kesal.

Sepertinya gumaman Keiko cukup kuat untuk di dengar gadis itu karena ia cepat-cepat bergerak kearah Keiko dan berhenti tepat di sisi tempat tidur Keiko, di dekat kepala gadis itu.

Kali ini Keiko menatap sosok gadis dengan kecantikan khas Jepang itu sambil mendesah keras. "Kenapa kau tidak pernah mengatakan apa-apa?" Keiko memiringkan posisi tidurnya sehingga ia sepenuhnya menatap gadis yang berada di sisi tempat tidurnya sekarang. "Kalau kau tidak mengatakan apa-apa mana ku tau apa maumu."

Belakangan ini Keiko mulai merasa jengah akan kehadiran gadis berparas cantik ini disekitarnya. Memang gadis ini baru masuk ke kehidupannya dalam beberapa bulan terakhir tapi tetap saja Keiko merasa kesal. Maksud Keiko, satu-satunya yang dapat gadis itu lakukan hanyalah berdiri menatapnya dan sesekali tersenyum tanpa pernah mengucapkan sepatah kata pun. Kalau begini terus bagaimana Keiko bisa tau mau gadis itu apa?

"Kau bisa menulis tidak?" tanya Keiko lagi. Kali ini gadis itu meraih selembar kertas dan pensil lalu meletakkannya diatas tempat tidur, tepat dihadapan gadis berambut panjang yang sedari tadi berdiri dalam diam di kamarnya. "Setidaknya beritahu aku namamu."

Gadis itu menatap Keiko cukup lama dengan sorot yang tak bisa Keiko baca sebelum pandangannya beralih pada kertas dan pensil dihadapannya. Gadis itu lalu menatap kertas dihadapannya dengan mata yang membesar berkali-kali lipat. Beberapa detik kemudian, pensil yang tadinya diam itu kini bergerak dan menggoreskan dirinya sendiri diatas kertas, membuat nafas Keiko tertahan.

"Oh astaga," Keiko langsung tercekat sambil bergantian menatap gadis dihadapannya yang berdiri dengan kaki tidak mencecah tangan dan kertas yang kini sudah diisi dua baris tulisan tangan yang rapi.

Gadis dihadapan Keiko menyunggingkan senyum tipis dan mengangkat bahu. Sosoknya yang tranparan dan melayang membuat Keiko pusing mendadak. Terlebih lagi saat ia membaca tulisan diatas kertas itu;

Kiyomizu Azumi,
I need your help.

clairvoyant ☆彡 n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang