Jika fisik yang menentukan, untuk apa beribu bahkan berjuta orang berusaha menggapai bintang dilangit?
Jika fisik yang menentukan, untuk apa beribu bahkan berjuta orang berusaha menjadi yang terbaik?
Jika fisik yang menentukan, apa guna mereka yang tak sempurna dalam fisik namun sempurna dalam hati?
Jika fisik yang menentukan, bolehkah jodoh tidak memandang tampang?
Dan jika fisik yang menentukan, apa gunanya hati diciptakan?
💫💫💫Guys mau bantuin aku gak??
Bantuin ya, bantuin plissss..Bantuinnya gampang kok,
Kalo ada Typo, plis coment ya guys heheh. Biar aku benerin .
Terimakasih para readersku yang baik hati dan pandai menabungg 😂😂Happy Reading🔥🔥🔥
--------
"Loh Lisanya mana Jun?" ucap Sean saat Juna masuk ke mobil."Pulang."
Sean melihat wajah Juna memar dan langsung saja dia mendekati Juna.
"Awwww!!!" Ringis Juna
"Ehh ehh Sorry Jun."
"Wahh parahh, tangan lo kenapa ni?" tanya Sean."Kesayat."balas Juna.
"Sekarang ganti posisi, biar gue yang nyetir, lu duduk disini. Kita kerumah sakit sekarang." ucap Sean memerintah.
"Gak, kita pulang." tukas Juna dingin.
"Rumah Sakit Junaa" kata Sean sambil menekan nada di kata Rumah Sakit.
Juna mendengus pasrah.
Dia mengambil hp disaku miliknya dan mulai menelpon seseorang."Halo Tan, emm Lisa nya udah ketemu,dan udah saya suruh pulang tan."
"...."
"Iya Tan, sekarang dia menuju Jakarta.Tan jangan kasih tau Lisa ya, saya yang nolongin dia. Soalnya saya tadi pake masker. Saya gak mau dia tau kalo saya yang nolongin dia. Dia tadi di seret sekelompok preman."
"...."
"Iya tan, dia gak kenapa napa kok. Dia aman".
"...."
"Ok. Sama sama tan."
Sean tidak bingung lagi, sebab dia sudah tau apa alasan Juna berkata seperti itu tadi.
------
"Ya ampun Lisa, kamu kenapa pergi sendirian sayang? Mama khawatir sama kamu," ujar Bu Mayra saat melihat putrinya pulang.Lisa langsung berlari kepelukan mamanya.
"Ma, Lisa takutt hikss hikss..Li Lisa tadi di dihadang sama preman hiks" tangis Lisa dipelukan mamanya."Iya iya sayang. Sekarang kamu udah aman. Kamu ga boleh pergi sendirian lagi. Apalagi bawa mobil sendiri. Mama hampir jantungan," ucap Bu Mayra lembut sambil mengusap kepala putrinya.
"Untung tadi ada cowo Ma yang nolongin Lisa, kalo engga Li Lisa gak tau lagi nasib Lisa gimana hikss"
"Ohh yaa, siapa?" tanya Bu Mayra.
Tiba tiba juga ia teringat omongan Juna."Aku gak sempat tanya Ma,aku juga gak sempat bilang makasih, aku masih takuutt" ucap Lisa.
"Kalau gitu, kalau Lisa ketemu lagi, Lisa harus berterimakasih sama dia" ucap Bu Mayra.
"Iya Ma" balas Lisa.
"Ma, Lisa laperrr" rengek Lisa sambil memajukan bibirnya."Ya sudah gih, kamu makan sayang."
"Buatiinn," rengek Lisa.
"Suapiiin" rengek Lisa kembali saat makanan sudah dihadapannya.
Beginilah Lisa, terkadang manjanya gak ketulungan.
------
"Yan, lo pulang deh," ucap Juna.
"Elah lu mahh, ini nihh habis manis sepah dibuang!" ketus Sean."Gue cape Yan, pingin istirahat. Besok besok lo bisa kesini lagi. Tapi ingat jangan bilang sama yang lain. Cukup lo aja yang tau rahasia ini." ucap Juna.
"Ya dehh, tapi Jun sebenernya gue penasaran, kenapa lu ngelakuin ini? Lu kan aslinya cakep tuh meski lebih cakepan gue, ntar cewe kan banyak yang naksir lu. Dari pada kayak sekarang, lu selalu dihina. Apalagi tuh cewe yang lu tolongin tadi, si Lisa itu, kalo dia tau lu aslinya gini, behhhh bisa lengket dia tu sama lu" ujar Sean sambil mengangkat dagu dan melipat kedua tangannya di dada.
"Udah deh, ntar gue cerita, tapi lu sekarang meningan pulang, gue cape." balas Juna.
"Iyee iyee gue pulang, jahat amat sama sahabat sendiri!" ketus Sean sambil menuju masuk ke mobilnya.
Juna berbalik meninggalkan garasi hendak masuk ke rumah.
cklekk
Dibukanya pintu dannn"Woi Broo. Lupa sohib lu ya? Dari mana aja lu? Larut gini baru pulang." cerocos Davin.
Ya, Davin. Dia sudah terbiasa keluar masuk rumah Juna, karena dia bisa mengakses password milik rumah Juna.
"Cape." sahut Juna.
"Ga nyambung lu Jun." timpal Davin.
Davin seketika melihat telapak tangan Juna yang diperban dan memar di bagian wajah Juna."Lu kenapa Jun, berantem lu?" tanya Davin dengan dari berkerut.
"Gue ngantuk." ucap Davin.
Davin yang mengerti ucapan Juna,langsung bangkit.
"Oke gue pulang. Lo istirahat, dan lo utang penjelasan sama gue." ucap Davin sembari pergi meninggalkan Juna.Juna langsung beranjak ke kamarnya,menghempaskan tubuh ke tempat tidurnya yang berukuran king size, dan memejamkan mata.
Dia tidak peduli lagi mau mandi apa tidak. Kini badannya sudah bau keringat dan dia tidak peduli itu. Baginya ketenangan saat ini hanya tidur.------
Krrriiiiinggggggg...
Suara jam beker membangunkan Juna yang tertidur lelap."Emmm," gumam Juna sambil tangannya bergerak mengambil jam tersebut hendak mematikan alarm.
"Jam tujuh." batin Juna.
"APAAA!!"
Juna beranjak dari tempat tidur langsung menuju kamar mandi. Mandi secepat kilat dan berganti pakaian.Sampai dia tak sadar akan tangannya yang terluka.
Rupanya juga sedari jam 6 tadi, jam nya sudah berbunyi namun sang pemilik tak kunjung membuka mata. Dia mengambil kaca mata dan tompel yang sudah menemani hari harinya.
Buru buru dia juga mengambil sehelai roti yang telah disiapkan pembantu di meja makan dan meminum air putih yang tersedia."Biiii, aku berangkat."
Nihhh aku kasih bonus lagii. Aku baik lohh hehehe :v
Juna Darendo
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet September
RomanceIni bukan tentang Bad Boy yang selalu urak urakan, nakal ataupun Playboy. Ini tentang gadis judes yang jatuh cinta pada bahan bullyannya.Tentang bulan September yang dibencinya. Ini tentang pria yang merubah 180 derajat penampilannya. Membuat semua...