7

1 0 0
                                    

Luna berjanji pada dirinya sendiri, ia tak akan menanyakan bagaimana bisa Robby kehilangan Nesha, biarlah itu menjadi masalalunya. Kini mereka berada di sebuah Cafe. Robby membawanya untuk menghabiskan waktu, dan berbincang-bincang agar mereka saling mengenal.

"Gue udah punya cewek, terus loe gimana?" Tanya Robby. Robby menatap Luna dengan lembut.

"Ya Kan statusnya udah beda, kalau gue sih.. em,,," Luna mengantung ucapannya. Robby semakin penasaran.

"Kenapa? Loe punya cowok juga, terus gimana dong?" Tanya Robby lagi.

"Enggaklah, gak ada cowok. Gue belum pernah pacaran, menurut temen gue yang pacaran, dia tuh sering nangis, terus dia juga sering kesel sama cowoknya, dll deh pokoknya. Jadi gue memutuskan untuk tidak memiliki pacar." Jawab Luna dengan lantang.

"Serius?" Tanya Robby.

"Serius lah, masa aja boong!" Jawab Luna. Pelayan datang memberikan daftar menu, mereka memesan makanannya, namun dalam benak Robby masih banyak pertanyaan yang hinggap padanya.

Setelah pelayan pergi menyiapkan pesanan, Robby bertanya kembali.
"Serius, padahal enak loh pacaran!" Tanya Robby lagi. Ia menatap Luna dengan senyuman, bahkan Luna merasa malu ketika di tatap seperti itu.

"Gue gak pernah nyoba," jawab Luna polos. Robby tersenyum kembali.

"Mau nyoba?" Tanya Robby. Luna menatap Robby seolah bingung dengan tawaran yang aneh itu.

"Nyoba ya gimana?" Tanya Luna. Robby tersenyum lagi, ada firasat tidak enak di benak Luna, namun kemudian Robby menghela napasnya.

"Nanti gue, ajarin." Jawab Robby. Luna tersenyum dengan anggukan kecil.

Wanita bernama Luna itu sedikitnya membuat Robby tertarik. Ia amat lugu dan apakah bisa seorang Robby mengajarkan sebuah kata pacaran? Tidak yakin memang namun Luna tentu akan menyukai dengan pelajaran baru dari Robby.

Mereka menyantap makanan yang sudah sebelumnya di pesan, Luna yang akrab dengan Robby seakan tidak ada rasa sungkan padanya, seperti ia ingin mencicipi makanan yang di pesan Robby, Robby dengan cekatan menyuapi Luna, dan Luna mengatakan bahwa makanan yang di pesan Robby enak,
"Mau coba juga gak?" Tawar Luna. Robby melihat makanan yang hendak di makan Luna. Robby belum menjawab namun Luna sudah mengasongkannya.

"Buka mulut, Aaaa..." Robby menurut saja. Luna tersenyum, Robby mulai mengunyah makanannya.

"Yang terasa hanya sayuran saja, makanan apa ini?" Tanya Robby kesal.

"Spring roll.. makanan khas Thailand berisi selada, paprika, timun, bihun, dan udang." Jawab Luna. Robby mengangguk dan menelan susah payah makanan tersebut.

"Gak cocok di lidah gue," Luna terkekeh,
"Sama!!" Ucapnya sambil tertawa, Robby tertawa karena tingkah Luna yang tertawa lucu.

"Temen gue bilangnya enak, ternyata makanannya mentah haha.." ucap Luna lagi. Robby hanya menggelengkan kepalanya.

"Nes, dia ceria.. ntah kenapa aku ngerasa gak mau liat tawa itu berahir, seperti dunia ini mulai bahagia untuk aku.." batin Robby.
Robby begitu menyukai tawa ceria Luna, seolah tanpa beban di hidupnya, lalu tanpa Robby sadari ia menggenggam tangan Luna dengan lembut. Luna menatapnya, kemudian melirik pada tangan yang mulai menggenggamnya.

"Ajarin gue buat bisa tertawa tanpa beban kaya loe, Lun." Luna tersenyum, mereka saling memandang lembut.

"Berbagi beban, biar beban yang loe tanggung berkurang, percaya...?" Tanya Luna dengan penuh pengertian. Luna menggenggam kembali tangan hangat Robby dan tersenyum, ia ingin Robby percaya padanya, dan perlahan menghapus beban berat dalam perasaannya itu.

RIBUAN WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang