3

4 1 0
                                    

Robby masuk ke dalam rumah, di susul oleh Luna. Luna begitu suka dengan rumah yang ia datangi ini, hingga ia tidak memperhatikan langkahnya, ada satu tangga untuk menuju rumah dan Luna tidak melihatnya hingga tubuhnya gontai dan terjatuh, namun Robby menangkap dengan tubuhnya dan mereka pun berpelukan.

"Wow! Refleksnya bagus.."
"Makasih banget, untung gak jadi jatuh.." ucap Luna tepat di telinga Robby. Tangan Luna berada di punggung Robby, ia bisa merasakan betapa kerasnya punggung itu, Robby benar-benar berotot, dan parfume yang di pakainya pun begitu maskulin. Luna tak sadar jika kenikmatannya telah di perhatian Robby dan ibunya, juga orangtua Robby.

"Perasaan lu gak kepentok, Tp kok langsung gila?" Tanya Robby. Luna membelalakan matanya, posisinya tidak berubah malah ia semakin lengket.

"Oh, ya ampun!!" Ucap Luna kemudian membetulkan posisinya.

"Gue kepentok, kepentok parfum loe, wangi banget sumpah... ah! Wanginya tuh wangi laki...." ucap Luna gemas, ia meremas lengan atas Robby yang kekar.

Jeng Lani dan Jeng Diyah saling melempar senyuman. Robby tak menghiraukan godaan Luna, ia kemudian datang dan memberikan kunci mobil milik tante Lani. Luna tersenyum malu kepada Diyah, dan Diyah hanya tersenyum.

"Selamat datang, Luna. Lama tidak bertemu ya?" Ucap Diyah kemudian datang dan memeluk Luna. Luna mendekap tante Diyah.

"Iya tante, lama banget. Pas tante liburan ke Singapore ya." Jawab Luna. Mereka berjalan menuju sofa. Robby hendak ke kamarnya, namun di tahan oleh Diyah.

"Sayang, sini dong. Jangan kemana-mana, kalian udah kenalan?" Tanya Diyah pada Luna.

"Luna tau namanya kok, tante. Cuma dia kayanya gak tau nama Luna." Jawab Luna menggoda.

"Isssh... ya tahulah, orang dia sebutin namanya, aduh!!" Robby menggelengkan kepalanya. Luna tersenyum, ia suka membuat Robby terlihat kesal.

"Kan belum jabatan tangan, aku Lunaira Assyra. Panggil aja Luna, kamu siapa Robby?" Tanya Luna. Jeng Lani dan Jeng Diyah tertawa.

Robby menatap uluran tangan Luna, kemudian menatap Diyah, dia mengangguk perlahan kemudian mereka berjabatan.
"Robby Zalevan." Jawab Robby kemudian hendak melepas tangan yang di genggam erat oleh Luna.

"Tunggu dong, gak sekalian pendidikan terahir atau alamat rumah?" Tanya Luna. Robby menarik paksa tangannya.

"Udah ya, Kan udah kenalan. Robby banyak kerjaan di atas." Jawab Robby. Robby pun pergi naik ke atas tangga, Diyah menarik napasnya berat.

"Begitulah anak tante, Luna." Ucap Diyah. Luna tersenyum, ada apa dengan Robby. Ia terlihat malas dari awal sampai akhir perkenalannya, mungkin dia penuh beban di kantor, ya! Itu pikiran yang sangat baik Luna.

"Tante, aku suka banget rumah ini. Sumpah, indah banget.. di atas kaya gimana? Berapa kamar sih tante?" Tanya Luna.

"Di atas ada dua kamar, tapi Robby jadikan satu. Kalau tante Kan di kamar bawah.." jawab Diyah. Luna mengangguk, namun sedetik kemudian Luna mengatakan hal yang cukup mengejutkan.

"Aduh Kepo! Pengen tau di atas, tante.." ucap Luna. Diyah melirik ke arah temannya itu.

"Udah disini aja, kamu kok malu-malu in ingin tour di rumah orang!" Protes Lani.

"Biarin dong, boleh ya tante?" Tanya Luna pada Diyah.

"Silahkan, itu daerah kekuasaan Robby. Hati-hati ya?" Ucap Diyah sambil tersenyum. Luna sedikit merinding, tetapi ia ingin melihat isi di atas. Ia ingin tahu, si kaku itu seperti apa kamarnya atau daerah kekuasaannya itu.

RIBUAN WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang