RINDU

6 2 0
                                    

Tidak tahu mulai kapan rasa ini muncul
Tapi saat pertamakali aku mengenalmu rasanya sudah terlihat masa depanku

Aku ngobrol dengan Tasya sudah lumayan lama. Sekitaran 3-4 jam an lah. Tidak tahu apa yang membuat betah. Apa mungkin karena aku nya aja yang banyak cing cong atau emang Tasya nya aja yang pintar menarik perhatian.

"Yaudah Me aku pulang dulu ya, udah jam 3 sore. Lama banget aku disini haha" pamit Tasya padaku.

"Iya hati-hati hatinya. Eh" ucapku bercanda. Tasya ketawa mendengarnya. "Lain kali mampir lagi"

Tasya keluar dari cafe dan pergi menaiki mobilnya. Dia sungguh terlihat lebih berkelas. Tapi dia tetep baik sifat pertemanannya seperti Tasya yang aku kenal. Bangga aku punya mantan cantik kayak Dian Sastro wehehe.

Jam 4 sore sudah saatnya untuk berganti shift. Tadi pagi udah Boby sama Cecep. Sekarang ganti Gilang sama Farhan. Mereka bisa oper shift sesuai jadwal yang mereka suka.

Aku sebagai pemilik cafe yang baik, disini tetap membantu mereka dong. Ya haruslah. Emang jadi barista itu keinginanku, ya walaupun nggak jago jago amat sih. Lagian disini juga enak ngobrol sama kawan-kawan. Memperbanyak pengetahuan tentang dunia perkopian dan menu makanan kekinian.

Aku memainkan ponselku, dan melihat-lihat instagram. Aku mencari profil instagram milik Kania. Aku penasaran isi instagramnya.

Yaps aku menemukan, nama instagramnya Kania Hanuf Anindita. Di dalamnya hanya ada 7 foto, 2 fotonya di gunung dan 5 foto karya lukisannya dengan caption-caption yang ingin di sampaikannya. Tapi dia tidak terlalu menampilkan wajahnya, dia memperlihatkan pemandangan yang indah dan tampak siluet membentuk tubuhnya. Mungil dan imut. Itulah gambarannya. Aku menekan tombol follow dan selanjutnya, terserah dia mau folbek atau tidak, aku tidak akan memaksanya.

Hari sudah mulai gelap. Dan aku juga sudah lelah. Rasanya hari ini aku ingin pulang kerumah saja dan ingin makan masakan Bibi Sisum tercinta dan minum susu sapi murni dari papa. Hmmm ingin dimanja hari ini.

Jam 7 malam aku pamit pulang sama Gilang dan Farhan. Kuncinya biasanya di taruh di persembunyian yang hanya orang-orang terpilih yang tahu, dan InshaAllah aman selagi dijaga oleh Allah :) . Kebetulan tadi aku naik motor ke cafe, dan langsung jalan menuju arah rumah.

♤♤♤

Dirumah aku di sapa sama Bibi Sisum, langsung hapal di ambilin susu. Aku duduk di meja makan, dan membuka tudung saji yang tersedia di depan mata.

"Hmm masakan Bibi emang paling mantap ya, nggak ada dua nya" ucapku sambil mengendus aroma masakan Bibi.

"Iya makanya mas Dame tinggal disini aja"

"Hehe nggak ah Bi, biar rumah ku banyak" aku melahap makanan yang ada di depanku satu persatu.

Kebetulan mama juga baru pulang dari kantor. Mama melihat aku makan dengan lahap langsung menghampiri.

"Belum makan berapa bulan kamu" ucap mama sambil mengambil air putih, kemudian duduk di depan aku.

Aku tetap menikmati makanan yang sungguh sayang untuk di lewatkan.

"Lihat kamu makan jadi pengen deh mama" mama ikutan cuci tangan dan makan bareng aku. "Eh tadi mama ketemu lo sama temen kamu, yang cantik itu lo"

"Asep?"

"Asep siapa sih ih. Yang ketemu di pasar itu lo Me"

"Ha iya?" Aku kaget sampai tersedak.

"Pelan-pelan dong kalo makan" mama mengulurkan air. "Iya tadi ketemu di mall. Dia habis beli buku sama cat air kayaknya tadi"

"Kok kayaknya? Gimanasih mama nggak nanyain dia beli apa aja"

"Ya ngapain tanya sedetail itu sih Me"

"Ih aku iri deh sama mama bisa ketemu Kania. Aku aja se-abad belum ketemu"

Bukan hanya se-abad. Tapi rasanya ber abad-abad lamanya aku tidak bertemu dengan Kania. Gimana ya kabarnya. Apa dia makan dengan teratur? Atau dia sedang mengerjakan PR? Atau sedang melukis? Atau malah sedang rebahan sambil twitter an?. Hmm aku rindu ingin bertemu.

M A N T R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang