KENCAN

3 3 0
                                    

Entah kamu menganggap ini hari apa
Pastinya aku menganggap ini kencan pertama kita

Hari ini aku mengenakan kaos hitam biasa dan celana jeans. Aku mengambil jaket jeans ku dan turun dari apart kemudian melajukan motor ku ke rumah Kania. Kania telah membagikan lokasi rumahnya melalui maps. Hari ini kita akan pergi ke suatu tempat. Dimana tempat itu adalah tempat favorit aku menyendiri.

45 menit aku tiba di rumah Kania. Aku turun dari motor dan masuk lewat gerbang rumahnya yang tidak di kunci. Suasana tanaman yang subur membuat rumah Kania menjadi asri dan sejuk. Sangat cocok untuk minum kopi pagi-pagi di depan rumah sambil memandangi bunga yang warna warni.

Aku mengucapkan salam dan mengetuk pintu rumah Kania. Terdengar suara perempuan di dalam menyahuti salam ku dan berjalan menuju pintu.

"Assalamu'alaikum te. Saya Dame temannya Kania" salam ku pada perempuan itu, yang kurasa adalah mama nya Kania.

"Oh cari Kania ya nak, masuk dulu biar ibu panggilkan"

Belum sempat memanggilkan, Kania sudah keluar menuju ruang tamu. Kania mengenakan celana cream dengan atasan kaos dan outer hitam. Simple dan imut. Tak lupa dengan kuncir khasnya yaitu kuncir 2 membentuk seperti lampu hias. Dia menunjukkan senyum manisnya padaku dan mama nya. Dia mirip sekali dengan mama nya. Mamanya juga imut dan teduh. Pertama kali aku melihat saja sudah bisa menebak kalau mama nya sabar dan kalem.

"Bu, Kania pergi dulu ya" pamit Kania pada mama nya sambil mencium tangan. Aku pun juga mengikuti Kania.

Di perjalanan kami berbicara ngalor ngidul masalah hal-hal yang tidak terlalu penting. Ya walaupun kadang Kania menjawab dengan kalimat "ha" "nggak denger" dll.

"Kamu udah sarapan?" Tanyaku pada Kania.

"Udah tadi, kamu belum ya?"

"Aku mah nggak pernah sarapan Kan"

Selang kurang lebih 30 menit Kami tiba ditempat yang aku janjikan untuk Kania.

"Ayo ikut aku. Kamu pernah kesini?" Tanyaku pada Kania. Kania hanya menggelengkan kepala nya.

"Kok aku baru tau ya ada pedesaan di sini" ucap Kania.

"Iya kan kamu anak mall" candaku pada Kania. Kania menyenggol tanganku dan menggerutu.

Sudah terlihat rumah putih indah di depan kami. Aku mengajak Kania ke rumah itu. Di depan rumah ada perempuan berumur 40 an sedang memandang anak-anak kecil bermain. Perempuan itu melihat aku dan Kania seketika langsung berdiri dan memanggilku.

"Nak Dame" senyum perempuan itu melebar. Aku pun juga tak kalah lebar memberikan senyumku. Anak-anak yang sebagian juga mengenalku berteriak dan lari ke arahku. Aku berjalan menuju ke arah Ibu dan memeluknya. "Kamu apakabar? Lama sekali tidak mengunjungi ibu".

"Baik buu. Maaf Dame jarang kesini. Maafff" ucapku dengan rasa penuh bersalah karena sudah lama tidak mengunjungi perempuan yang sudah aku anggap sebagai ibu kedua ku ini.

"Ini siapa anak manis?" Aku melepaskan pelukan ku pada ibu.

"Oh ini Kania bu. Kania ini ibuku". Kania mengulurkan tangannya bersalaman kepada Ibu.

"Cantik" ucap Ibu. "Saya Ibu Rani sayang. Panggil saja Ibu" Ibu memeluk Kania seperti memeluk aku.

Memang ibu Rani sangat ramah. Aku saja bukan saudara sedarah tapi rasanya seperti Ibu dan anak kandung. Dulu aku bisa bertemu dengan Ibu saat aku sedang hancur-hancurnya. Saat keinginan dan realita tidak sesuai. Saat tidak ada seorang pun yang berada disampingku. Dan hampir membuatku ingin mengakhiri hidup. Aku berjalan sendiri menyusuri kota yang tidak ada habisnya. Sampai berhenti pada tempat yang sekarang ini aku pijaki.

"Ayo masuk. Tadi Bapak habis mancing ikan gurame di belakang. Trus Ibu bakar deh". Ibu menggandengku dan Kania.

Suasana rumah ini tidak ada yang berubah sama sekali. Masih tetap asri dan sejuk. Aku yakin Kania pasti suka. Karena dirumahnya juga banyak tanaman.

Kami duduk di gubuk tengah taman. Anak-anak kecil yang tadi bermain juga menyusul mengikuti kita. Tapi mereka masih asyik bermain kelereng, lari-lari an, dan bermain bola. Sungguh suasana yang aku rindukan. Anak-anak itu bukan anak Ibu. Bukan juga asuhan Ibu. Tapi anak-anak itu juga tinggal di lingkungan ini. Desa ini lumayan banyak penduduk. Penduduk disini ramah-ramah. Aku pernah tinggal sekitar 2 bulan disini.

"Kamu kenapa tiba-tiba kesini tanpa mengabari?"

"Ya begitulah bu. Semua suka tiba-tiba tanpa mengabari. Tiba-tiba datang. Tiba-tiba pergi" ucapku ngelantur sendiri.

"Kamu ih mulai deh. Apa kamu mau menikah ya sama Kania?" Aku dan Kania yang mendengar ucapan ibu seketika langsung pandang-pandangan.

"Doakan saja bu" jawabku sambil senyum lebar.

"Haha nggak bu. Saya diajak Dame kesini. Katanya rindu Ibu" jawab Kania manis.

"Dame emang begitu. Gengsi bilang rindu" celetuk Ibu.

"Ini ibu sendiri yang menanam tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan?" Tanya Kania sambil berdiri dari gubug dan berjalan melihat tanaman strawberry.

"Sama Bapak sama anak-anak Ibu juga" Ibu menyusul Kania dan merangkul pinggangnya dari belakang. Aku memotret mereka berdua dari belakang.

"Iya? Bapak kemana bu? Anak ibu juga kemana?" Tanya Kania.

"Bapak tadi habis mancing trus ke kebun teh. Kalau anak ibu kerja di kota. Udah punya keluarga. Tapi sering juga kesini. La ini salah 2 anak ibu" terang Ibu kemudian melihat aku dan Kania.

"Kania pengen ketemu Bapak" ucap Kania.

Kami berjalan menuju kebun meninggalkan anak-anak yang asik bermain.

"Bang Dame mau kemana?" Tanya Fatih salah satu anak disitu.

"Mau ke KUA. Ikut?" Ibu dan Kania melirik ku dan menggelengkan kepalanya bersamaan.

"Apa KUA itu" tanya anak yang lain dengan polosnya. Aku hanya tersenyum jail dan mengusap kepala nya lalu berjalan menyusul Ibu dan Kania.

Kencan kita sedikit berbeda dengan yang lain Kania
Kamu aku kenalkan dengan tokoh yang penting dihidupku

M A N T R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang