Rose menggerang kencang, memenuhi keheningan gedung terbengkalai yang kini terasa panas. Entah hanya mereka berdua yang merasakan atau memang suasana saat ini panas? Yang pasti kedua insan yang sedang bergumul itu kini diliputi tetesan keringat.
Rose mengernyit berkali-kali saat merasakan perih pada luka lengannya yang mengangga, buliran keringat yang asin beberapa kali mengalir meresap kedalam lukanya. Namun perih pada lengannya tak membuatnya berhenti melakukan aktivitasnya bersama lelaki itu, jeon.
Lelaki itu tak tinggal diam, ia turut andil mencengkram pinggul rose dan membantu wanita itu bekerja, dapat ia lihat wajah rose yang kini begitu sexy dengan buliran keringat diwajahnya.
Hingga sesuatu yang mereka tunggu-tunggupun datang, mencoba saling mendahului, dan rose lah yang pertama ambruk menumpukan badannya diatas badan jeon, dengan geraman yang menandakan keletihan. Tak mau kalah, jeon kembali mencengkram pinggul rose, berusaha mengejar puncaknya. Ia harus cepat.
Permainan cepat untuk rose, namun butuh waktu lama untuk jeon jungkook.
Setelah bergelut dalam gairah, puncak itu akhirnya menjemput jeon jungkook, dan erangan panjang menjadi buktinya. Segera diangkat badan rose dan direbahkan kelantai.
Jeon tak mau mengambil waktu lama untuk menikmatinya, karena yang diluar sana sudah menunggunya untuk berperang. Ditutupi badan rose dengan pakaiannya, karena memang tak ada penutup lain ditempat terbengkalai ini. Dikecup kening rose, kedua mata yang masih terpejam, dan diusap pipi rose lembut.
"Aku akan kembali dengan barang rampasan kita" bisiknya, lalu mengecup bibir rose cukup lama.
Setelah dirasa cukup, jeon segera berbenah diri dan mengambil dua pedang milik rose yang sudah berwarna merah. Satu garis senyum melengkung dari bibir jeon, ia sangatlah bangga dengan rose yang begitu kuat dan gigih. Ditoleh sekali lagi rose yang masih memejamkan matanya diatas lantai, lalu tatapannya menajam dan menatap pintu besi dihadapannya.
Melangkah lebar dan membuka pintu itu, suara gemuruh teriakan dan seruan kesakitan saling bersautan begitu pintu terbuka, memacu jeon untuk berlari mendekat kearah gerombolan orang yang tak mempunyai lelah untuk saling beradu.
Gerakan lincah dan terarah dari jeon berhasil membuatnya dapat melayangkan kedua pedang dengan mudah dan membuat lawan berjatuhan, lawannya tak hanya satu. Sekali datang, ada 3 sampai 4 orang yang menyerangnya langsung, namun begitu mudah jeon lawan, bahkan badannya tak sedikitpun tergores.
Krakk
Bunyi patahan terdengar begitu jeon menendang kaki lawannya. Ya, tulang itu kini telah patah, sebegitu besarlah kekuatan seorang jeon jungkook, hingga dapat mematahkan tulang yang masih berbalut kulit, daging dan otot itu.
Pergerakan jeon semakin lincah, dan beberapa nyawa telah melayang hanya karena kibasan pedang dan tendangannya.
"Kemana saja kau!" Teriak namjoon begitu mendekati jeon, lelaki itu kini sudah berlumuran darah, entah darahnya atau darah lawan, namun kedua tangannya masih awas memegang kapak ditangannya.
"Menambah tenaga"
"Dimana rose?"
Namjoon masih saja bertanya, padahal dihadapan mereka masih banyak lawan yang menyerang. Namun mulutnya yang dipenuhi pertanyaan selaras dengan pergerakan tangannya melayangkan kapak besarnya.
"Dia terluka"
Jeon berlari menjauh dan terus melayangkan dua pedang milik rose, ia tak punya rasa lelah sekarang, setelah tenaganya terisi penuh.
"Matilah kita!" Geram namjoon seraya menatap jeon, namun lengannya melayangkan kapak, dan sosok dibalakangnya seketika terkapar dengan darah yang mengucur dari lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕎𝔸ℝ𝕃𝕆ℝ𝔻 (ℂ𝕦𝕣𝕤𝕖 𝕠𝕗 𝕥𝕙𝕖 𝕎𝕒𝕣𝕝𝕠𝕣𝕕) ✔
Fanfiction[Cerita dihapus sebagian, pindah di Webnovel dengan judul 'The Curse Of Warlord'] ⚠️ Konten Dewasa, Adegan Kekerasan Kutukan sang Panglima Perang Ribuan nyawa melayang dari tangannya, dan tuhan menghukumnya, saat nyawa tak berdosa ikut ia hilangkan...