Sexy Teacher -- 13

13.6K 190 1
                                    

Aku membuka mata karena bunyi notifikasi dari ponselku. Aku bergerak perlahan agar Danny tidak terbangun, aku kasihan padanya. Dia terlihat lelah. Yang terjadi adalah Danny mengetatkan pelukannya dan meremas payudaraku lagi. Aku melirik jam digital di nakas. Sudah pukul 01.30 dini hari. Aku harus memeriksa ponselku siapa tahu ada pesan dari Drew. Biasanya dia selalu memberiku informasi di jam-jam seperti sekarang. Aku menahan desahan tiap kali Danny meremas.

"Sayang, aku harus ke kamar mandi", ujarku berbohong. Danny mengumpat dalam bahasa Spanyol. Salah satu sifat Danny yang aku tidak suka. Sudah beberapa kali aku bilang dia harus mengurangi umpatan kasar. Danny menyudahi remasan tangannya dan membalik badan. Ya sudahlah, aku mengambil ponsel dan memeriksanya didapur sekalian mengambil minum.

Aku duduk sambil minum, dan benar ada pesanan kue yang harus selesai lusa. Baik, aku siap. Saat aku beranjak meninggalkan dapur ponselku kembali berdenting.

Kedua mataku membulat sempurna. Gambar antara Danny dan Ruby lagi, kali ini gambar itu menunjukkan Danny sedang memegang bokong Ruby dan sepertinya ia meremas bokong sintal milik Ruby. Lalu muncul lagi gambar yang hampir mirip seperti tadi. Total ada lima gambar yang mempertunjukkan kemesraan kekasihku dan teman masa kecilnya.

Hah! Cukup sudah aku marah,kecewa dan cemburu. Tapi bagaimana aku harus bersikap. Ya Tuhan aku wanita dewasa tapi kenapa masalah seperti ini terasa sulit bagiku.

Aku kembali kekamar dengan perasaan bimbang. Aku masuk kedalam bak mandi yang sudah aku persiapkan. Rasa hangat menyelinap keseluruhan pori-pori kulitku.

Aku mendesah pelan, bagaimana bisa Danny melakukan hal itu. Itu harusnya tidak terjadi, apa aku harus meminta penjelasan Danny. Ya itu yang harus kulakukan. Aku memutuskan untuk sedikit lebih lama menghangatkan tubuhku. Tak terasa sudah hampir lima belas menit aku berada dikamar mandi. Kulitku sedikit keriput dan air mulai terasa dingin.

Aku beranjak dari bathtub dan memakai kimono. Aku melihat Danny masih tidur dan kurasa ia mendengkur. Aku melirik jam digital di nakas sudah pukul dua lebih. Ah masih terlalu pagi untuk memulai aktifitas, pikirku.

Tak apa mungkin lebih baik seperti ini, aku harus memperbanyak kegiatan untuk melupakan foto itu.

Aku mulai membongkar baju kotor dan mencuci sebelumnya aku memisahkan antara bewarna dan putih. Aku memutar knop mesin cuci. Saat menunggu cucian aku membuat kopi dan memeriksa kulkas.

Aku berdehem, ya kulkas kosong untuk sayuran dan daging. Kenapa aku bisa melupakan hal ini. Ya Tuhan aku benar-benar terlalu hanyut dalam kekesalan.

Ah sudahlah mungkin ada alternatif lain untuk membuat sarapan. Aku hanya menemukan sisa makanan Cina kemarin malam dan telur serta sosis. Ya begini lebih baik tapi makanan sisa harus disingkirkan. Aku menambahkan merica serta garam kedalam kocokan telur. Dan juga aku memanggang sosis  untuk pelengkap. Aku ingat masih ada bahan untuk membuat muffin. Mungkin aku harus membuat itu juga.

Aku menyelesaikan masakanku dan menatanya diatas meja. Aku meringis karena persiapan makan pagi yang terlalu pagi. Aku tertawa pelan melihat semuanya. Dan tiba-tiba saja aku juga menangis, tapi kenapa.

Aku tak sadar kalau aku tertidur di meja makan. Sudah pukul 5.30 pagi. Berarti aku sudah tertidur hampir satu jam lebih. Ah, tubuhku sedikit pegal karena posisi tidur yang tidak benar.

Aku menguap dan melihat sekitar, aku mulai menggerakkan tubuhku dan mengeluarkan sedikit bunyi dan itu membuatku puas. Danny belum bangun, aku akan membasuh wajahku dulu.

Kurasakan rasa segar menggelitik wajahku, tetapi rasa kecewa masih saja membara dalam jiwaku.

"Mi amor!, dimana kamu?!", Danny berteriak seakan dia berada di hutan.

"Kamar mandi!", akhirnya aku berteriak juga.

"Wow, kau memasak dari jam berapa?", aku memutar kedua mataku jengah. Entah mulai dari kapan ia sering berbicara dengan nada tinggi.

Aku keluar dari kamar mandi dan melihat Danny hanya memakai boxer saja. Tetapi tidak ada rasa gelenyar yang sering kurasa saat ia telanjang ataupun telanjang dada. Aneh sejak kapan aku seperti ini.

Aku memutar kran dan mulai merebus air. Danny memelukku dari belakang.

"Kenapa diam saja, ada sesuatu?", aku harus menuntaskan rasa cemburuku.

"Ya ada sesuatu yang mengganjal benakku, bisakah kita bicara sebentar?", tanyaku datar. Danny melepas pelukannya dan duduk di meja makan.

"Terdengar serius, masalah apa yang akan kita bicarakan ini?", aku benci dengan nada bicara Danny. Seakan dia meremehkan sesuatu.

"Aku tak tahu harus berkomentar apa tapi gambar ini membuatku frustasi", aku mengeluarkan ponselku yang sedari tadi kubawa di saku baju.

Danny melihat gambar dengan raut wajah datar tidak ada ekspresi apapun di wajahnya. Aku semakin marah.

"Tidak ada yang harus kukatakan, kenapa memangnya?. Kau cemburu?", tanya Danny lalu memandang dengan tatapan menyelidik.

"Tidak boleh?", tanyaku waspada. Danny menghela napas seraya mengambil satu muffin dan memasukkan kedalam mulutnya.

"Seharusnya tidak perlu karena Ruby hanya teman, apa kau lupa kita pernah membicarakan hal ini?", Danny berkata dengan mulut penuh.

"Tetapi teman kecil tidak melakukan hal macam ini. Iya kan?", aku balik bertanya. Danny beranjak dari kursi dan mengambil gelas lalu mengisi air dari kran.

"Kami hanya melakukan show. Tidak lebih dari itu, kau tahu siapa yang mengirim", ia bersendawa. Ya Tuhan, aku benci Danny bersendawa.

"Tidak ada nama pengirim", ujarku singkat dan aku mulai bersedekap tangan.

"Aku mencintaimu Sandra, tak ada yang berubah. Aku harus bekerja", Danny meninggalkan aku dalam kesunyian. Sebuah kalimat yang harusnya membuatku tenang tetapi hatiku malah kalang kabut dilanda kebencian.

Bau harum parfum dan aftershave membuatku menoleh dan mendapati Danny sudah memakai kaos dan celana parasit.

"Kau tidak perlu cemburu karena kita sudah dewasa, tidak ada kata selingkuh dalam otakku", Danny menciumku tepat di tepian mata. Begitu lama dan lembut.

"Makan malam di luar?", Danny memegang kedua pipiku dan mengarahkan kepadanya.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum balik. "Okay" jawabku pelan. Danny memutuskan tidak sarapan dan minum kopinya. Aku mengembuskan nafas dan menekuk wajah diantara kedua tanganku.

Apa begini jika mempunyai  pasangan lebih muda, dia akan seenaknya saja tanpa memikirkan perasaan pasangannya.

Aku membereskan makanan dimeja makan dan meletakkan di kotak plastik. Aku akan membawanya ke toko saja.

Selesai berdandan aku segera melajukan mobil ke tempat kerja. Aku masih memikirkan foto itu. Sialan! perempuan berambut merah itu membuatku gila.

"Hai", sapa Drew. Tetapi aku hanya diam saja.

"Hari kita banyak pesanan jadi kurasa kau harus lebih bersemangat, oke?", aku hanya mengangguk.

Entahlah apa yang kurasakan, tidak ada yang tidak menyukai Danny. Dia muda, percaya diri dan energik. Sedang aku perempuan berumur tiga puluh tiga dan baru dua kali jatuh cinta. Mengharapkan cinta selamanya?. Aku sangsi.

**

Hai, maaf mulai bab ini terdapat konflik antar pasangan nih, semoga feel dapat ya. Ya semoga sukalah.........

Sexy Teacher (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang