Setelah mendengar ketukan pintu ruang kerjanya, Morgan mempersilahkannya masuk.
"berkas ini memerlukan tandatangan anda tuan" ujar Zenita meletakkan berkas yang dibawanya di meja Morgan.
"tunggu" cegah Morgan mengetahui Zenita akan pergi.
"sekalian kamu tunggu saya menyelesaikannya" lanjut Morgan dan Zenita menyetujuinya dengan dehuman.
Zenita yang kebosanan memainkan kedua tangan beserta kakinya. Matanya yang memandang kesegala arah semakin memperjelas.
"apa tidak ada yang ingin kamu tanyakan?" ucap Morgan tanpa melihat lawan bicaranya.
"uhm? maksud anda tuan?"
"berita itu" terang Morgan
"tidak" jawab Zenita sembari menggeleng
Morgan menghela nafas lega, "syukurlah jika kamu tidak keberatan dengan status baru mu"
"saya tidak mengatakan bahwa saya tidak keberatan. tetapi jika saya boleh melakukannya, sejujurnya saya sangat terganggu dengannya" ujar Zenita menatap menantang suaminya
Morgan menutup berkas yang telah ia tandatangani, ia menatap Zenita dingin.
"apakah saya sudah bisa membawa kembali itu?" tanya Zenita menunjuk berkasnya.
Morgan berdiri memegang berkasnya. ia melangkah mendekati Zenita.
"lalu kenapa kamu tidak langsung saja mengatakannya padaku?" bisik Morgan
Kini giliran Zenita yang menghela nafasnya, "itu tidak mengubah apapun. saya rasa, saya perlu menyimpan emosi saya untuk saya lampiaskan di pondok mutiara" balik bisiknya seraya merebut berkasnya.
Morgan menyeringai mendengar perkataan istrinya. ia hanya menatap punggung Zenita yang melangkah meninggalkan ruang kerjanya.
Setibanya di rumah, Zenita membuka pintu cukup keras hingga menimbulkan suara yang mengkagetkan seisi rumah. Para asisten rumah nya pun menghampiri, menunduk di hadapannya.
"dimana tuan kalian?" tanya Zenita dengan nafas berat.
"t.. tuan.." belum sempat asistennya menjawab, Morgan telah menampakkan diri.
"kenapa sayang" ujarnya tanpa rasa bersalah
Zenita langsung mengambil bantal sofa dan melemparkan pada Morgan. Namun sayangnya Morgan mengelak dan tak mengenainya sedikit pun. Dan hal itu semakin memperbesar rasa kesal Zenita.
"diam disitu kamu!" geramnya melepaskan heels, mendekati Morgan.
Tentu Morgan tidak tinggal diam, dia bergegas menghindar.
"Morgan! aku bilang diam di tempatmu!" teriak perintah Zenita.
"apa kamu pikir aku gila menerima untuk kamu hajar?" tolak Morgan yang menjadikan salah seorang asistennya sebagai perisai.
"minggir! saya bilang minggir! jangan anda lindungi dia!" ujar Zenita.
"m.. maaf nyonya. saya juga tidak ingin berada diantara pertarungan kalian. tetapi tubuh saya bahkan tidak bisa bergerak bebas karena di tarik-tarik oleh tuan" terang asistennya yang ikut ketakutan jika terkena pukulan Zenita.
"Morgan Stevanus Gordan! apa kau masih memiliki belas kasih padaku! bisa-bisa nya kamu membuka identitas ku! bisa-bisa nya kamu merebut ketenanganku di kantor!"
"kita bisa bicara baik-baik sayang. tidak bisakah kamu letakkan heels mu itu? apa kamu tau jika terkena ujungnya bisa membuatku benjol seketika" pinta Morgan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My boss, My husband
Lãng mạnDunia memandang Zenita hanya dari sisi kebahagiaannya sebagai istri CEO. Tawa yang ia tunjukkan dan bagikan pada setiap orang yang bertemu dengannya membuat tak seorang pun tau kenyataan dibaliknya. Ia hidup di dunia fana, dalam kebahagiaan yang tak...