BAB 5

3K 109 15
                                    

"Jadi bagaimana Zenita, Kapan kamu akan memberikan kami pewaris Gordan?" ucap nyonya Jasmine, ibunda Morgan.

Zenita hanya bisa tertunduk dihadapan keluarga besar Gordan. Zenita sudah tak lagi bisa menjawab pertanyaan berulang itu. Di setiap pertemuan keluarga, pertanyaan itu seperti bahan pokok alasan keluarga Morgan menjadikannya terdakwah.

"kenapa? apa kamu sekarang baru menyadari kesalahan mu bertahun-tahun lalu itu sangat fatal?" lanjut Jasmine yang tak pernah memberinya rasa ampun.

Flashback On

"Zee, bisakah kamu mengurangi kecepatan mu!"

"tidak bisa ma.. kalau kita terlambat bisa-bisa kita ketinggalan pemandangan matahari terbit" ujar Zenita tak menghiraukan peringatan ibunya.

"kalau kita ketinggalan matahari terbit hari ini, kita bisa melihatnya lain waktu" jawab Maura, ibunda Zenita.

"aku tidak yakin kita akan memiliki waktu untuk kemari lagi. Mama tau kan sibuknya pekerjaan ku bagaimana. kita hampir tak pernah bertemu  2 tahun belakangan ini" jelas tepis Zenita.

"tapi Zee.. "

"Zenita awas...." teriakan Maura begitu lampu mobilnya menyoroti seorang wanita yang tengah menyebrang.

Zenita berusaha menghentikan mobilnya dengan kuat ia menginjak rem nya. Namun na'as kecelakaan tak terhindarkan terjadi. Mobil Zenita menabrak wanita itu hingga terpental dan begitu juga mobilnya yang melaju tak terkendali pun menabrak pembatas jalan.

Suara bising disekitarnya membuat Zenita terbangun, "mama... ma.. mama.." panggilnya dengan pandangan buram dan kepalanya yang bak berputar-putar.

"nona.. nona.. apa anda mendengar saya?" ujar seseorang disampingnya.

"mama.. mama saya dimana?"

"aahh" teriak Zenita kesakitan merasakan kakinya yang terjepit.

"anda jangan bergerak dulu nona. kami akan segera mengeluarkan anda dari mobil" kata terakhir yang ia dengar sebelum ia kembali tak sadarkan diri.

Flashback Off

"Ma, tolong jangan sudutkan Zenita lagi. Dia sudah tau perbuatannya salah. Bukankah sudah cukup dengan ia mencoba menebusnya" ujar Morgan yang baru bergabung.

Jasmine mendengus kesal mendengar pembelaan putranya untuk Zenita. "lagi-lagi kamu beruntung ada Morgan disini!" ujar Jasmine menatap tajam pada Zenita.

"terimakasih" ucap Zenita melihat suaminya.

Pertemuan telah selesai. Zenita terlebih dahulu berpamitan kembali ke kamarnya. 

Zenita bernafas lega, setelah menutup pintu kamarnya. Ia melangkah perlahan mendekati meja riasnya. Pasca pertemuan, ribuan kata yang dilontarkan keluarga Morgan padanya selalu menghantui. Zenita merasa geram pada kebodohannya di masa lalu.

"Bushit jika ada yang mengatakan masa lalu akan berakhir begitu memulai yang baru" celetuknya mengingat ucapan yang pernah ia dengar untuk menyemangatinya.

Zenita duduk di depan meja riasnya. ia melepaskan satu persatu perhiasan di tubuhnya. Zenita menatap kaca melihat suaminya membuka pintu kamar.

"are u okay?" tanya Morgan mendekatinya

"apa menurutmu aku akan baik-baik saja mendengar kata-kata dari keluarga mu?" terang Zenita

"hei.. anggap saja itu angin yang berlalu"

Zenita berbalik menatap kesal suaminya, "bagaimana aku bisa menganggap itu angin berlalu jika mereka terus mengatakannya tiap pertemuan?! apa hanya kalian yang menderita? bagaimana denganku? mama ku juga menderita di rumah sakit dengan alat-alat itu dan tak sekalipun beliau membuka mata pasca kejadian! apa kalian pikir mama ku baik-baik saja?!"

My boss, My husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang