"Zee, apa kamu yakin akan melakukan ini terus?. apa tidak sebaiknya kamu memberikan saja yang mereka mau, lalu pergi dan mulai dengan kehidupan baru?" tanya Laura sahabat Zenita.
"ehm.. aku akan melakukannya, aku tidak akan menukar seorang anak untuk kebebasan ku" terang Zenita dengan yakin.
"kau... ahhh sudahlah.. aku tidak tau lagi bagaimana cara mu berfikir dengan menerima semua caci maki dari mereka" ucap pasrah Laura.
"mama ku pernah berkata, jika kamu dihantam oleh ribuan senjata. tetaplah diam ditempat dan memperkuat pertahanan mu. pada akhirnya yang menyerangmu akan kelelahan dan berhenti dengan sendirinya. itulah yang aku pegang saat ini" ucap Zenita.
Laura menghela nafas sembari menggelengkan kepala, "aku tidak tau harus berkata apalagi untuk mengingatkan mu Zee. Tapi aku akan selalu berada di pihakmu, dan berusaha membantumu semampuku"
Zenita memberikan pelukannya, "terimakasih ya Lau.. tanpamu aku tidak tau lagi harus bagaimana untuk melanjutkan dunia ku"
Laura melanjutkan pekerjaannya, ia memberikan suntikan kontrasepsi pada Zenita.
"oke, sudah. jika kamu masih membutuhkannya, kembali 3 bulan lagi" ujar Laura.
"tentu saja aku akan kembali" kata Zenita yang kembali melayangkan pelukan pada Laura. "aku mencintaimu, aku pergi dulu" ucap pamitnya.
Namun belum sempat Zenita melewati pintu, ponselnya berdering.
"ehm.."
"kamu dimana, sayang? kenapa tidak ada di ruangan mama?"
"aku pergi membeli sesuatu" jawabnya berbohong.
"apa kamu masih lama?"
"tidak, ini aku dalam perjalanan kembali ke kamar mama" dan kemudian Zenita menutup panggilannya.
Laura dengan sigap memberikan es capucino yang ia beli di kafe lantai satu rumah sakit. "bawa ini untuk propertimu"
"terimakasih.. kamu memang yang terbaik Laura. beruntung sekali selera minuman kita sama" ucap Zenita
"tentu saja! kamu selalu meminta sesuatu yang sama denganku. pada akhirnya selera kopi mu berubah karena sewaktu residen kita selalu membeli ini di kafe rumah sakit"
Zenita hanya tersenyum simpul, kemudian ia berpamitan kembali untuk benar-benar pergi kali ini.
"ada apa kamu kemari?" tanya Zenita setibanya di kamar ibunya.
"tentu saja menjemput istriku" jawab Morgan memeluk Zenita.
"kamu hanya membeli satu?" lanjut Morgan bertanya, setelah melihat segelas es cappucino ditangan Zenita.
"ehm iya"
Morgan mengambil minuman itu, ia menyeruputnya untuk mencicipi. "ini sudah mulai banyak air dari es nya" ujar Morgan
"uhm iya.. itu karena minumannya sudah aku beli sejak tadi. hanya saja aku berhenti beristirahat di kafe" terang Zenita
----
"Morgan Stevanus Gordan!" sebut Zenita memasuki ruang kerja suaminya
"iya sayang" jawab Morgan yang santai di kursinya.
"apa maksudmu memindahkan ku menjadi sekertarismu?"
"memang salah jika aku meminta istriku mendampingiku?"
"tentu saja! aku ini bekerja untuk perusahaan, di gaji oleh perusahaan bukan untukmu seorang!"
"tapi perusahaan ini milik keluarga ku" jawab santainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My boss, My husband
RomanceDunia memandang Zenita hanya dari sisi kebahagiaannya sebagai istri CEO. Tawa yang ia tunjukkan dan bagikan pada setiap orang yang bertemu dengannya membuat tak seorang pun tau kenyataan dibaliknya. Ia hidup di dunia fana, dalam kebahagiaan yang tak...