Perjodohan

1.7K 148 10
                                    

Pagi hari di kastil Uchiha.

" Jam berapa sekarang? "

Hinata meraih ponselnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi.

" Astaga aku kesiangan "

Dia bangkit dari tempatnya, mandi dan langsung turun. Mencari yang lain tapi hanya pelayan yang ditemukan.

" Aku heran Sasuke-sama sekarang makannya banyak ya "
" Iya "

Hinata mendengar mereka membicarakan bekas makanan semalam. Dan lekas pergi seolah tak terjadi apa-apa.

Kemana semua orang? batin Hinata.

Dia terus berjalan-jalan menyusuri taman. Tapi kemudian kembali ke dalam saat perutnya mulai meronta.

" Ano.. apa kalian punya roti? "
" Hime-sama belum sarapan ya tadi "

Hime...sama?

" Silahkan duduk, kami akan mengambilkan sesuatu untuk anda Hime-sama "
" Tunggu, Hime? aku? "

Kedua pelayan perempuan itu mengangguk.

" Panggil aku Hinata saja "
" Iie..iie..kami mendapat perintah untuk memanggil anda Hime-sama "
" Siapa yang memerintah kalian? "
" Aku "

Hinata menoleh ke arah suara.

" Aku yang meminta mereka memanggilmu Hime "
" Berlebihan "
" Tidak ada yang berlebihan kalau untukmu.. emm.. mungkin kecantikanmu yang berlebihan "

Hinata memutar bola matanya, malas mendengar gombalan Sasuke.

" Panggil aku Hinata oke "
" Iie.. panggil dia Hime "
" Hinata "
" Hime "
" Hinata "
" Hime "

Pluk

Krim kue di tangan pelayan itu mendarat tepat di hidung Hinata.

" Kau "
" Apa? " tantang Sasuke.

Pluk

Sepiring kue mendarat tepat di wajah Sasuke.

" Ha! "

Semua menutup mulut terkejut melihat apa yang dilakukan Hinata pada tuannya, Sasuke.

" Kono... "

Melihat Sasuke mulai marah Hinata lantas berlari sekuat tenaga tuk menghindarinya.

" Kembali kau "
" Huuuaaaaa "

Keduanya pun berlarian di taman.

" Okaa-saaaannnn "

Sambil berlari Hinata memanggil ibunya yang tengah asik ngobrol dengan yang lain.

" Hora.. jangan lari-lari begitu "
" Habisnya dia mengejarku "
" Sasuke jangan menggoda Hinata terus " ucap Mikoto.
" Haaa...i"

Semua lantas duduk bersama dalam satu meja, membicarakan masa depan.

" Sebaiknya anda yang memulai Hiashi-san " ucap Fugaku.
" Baiklah "

Hiashi memegang tangan putrinya lembut.

" Hinata.. lusa kan ulang tahun mu, aku ingin mengadakan pesta untukmu "
" Pesta? "
" Iya untuk merayakan ulang tahun mu yang ke 17 "
" Benarkah? Aku boleh mengundang teman-temanku? "
" Kali ini aku ingin hanya keluarga kita dan beberapa rekan kerja kami "
" Rekan kerja otou-san? Tapi kan ini ulang tahunku "
" Sebenarnya Hinata.. bukan hanya ulang tahun mu yang ingin ku rayakan tapi juga pertunangan mu "
" Tunangan? Aku? "
" Iya kau dengan Sasuke "

Lavender itu membulat sempurna.

" Bercandanya tidak lucu otou-san "
" Aku serius Hinata "

Kini ibunya pun ikut menggenggam jemari putri semata wayangnya itu.

" Okaa-san "
" Kami memilih Sasuke-kun bukan tanpa alasan, kita sudah saling kenal bahkan sejak kalian belum ada "
" Bu-bukan itu maksudku.."
" Hinata.. Sasuke adalah pilihan terbaik yang bisa kami berikan padamu "

Air mata itu berlinang di pelupuk lavendernya.

" Hinata.. aku tau kau baru mengenal putraku, tapi aku benar-benar ingin kau menjadi putriku.. menjadi pasangan untuk putraku "

" Mikoto...obaa...san..."

Air mata itupun mengalir. Hinata menutup mulutnya menahan isaknya.

" Hinata "

Lalu berlari meninggalkan semuanya.

" Biar aku yang mengejar " ucap Sasuke.

Sasuke berlari sekuat tenaga berharap bisa mengejar Hinata di cuaca yang mulai memburuk karna salju.

Setelah hampir setengah jam, Sasuke mendengar suara isak tangis dari balik semak-semak.

Greb

Tanpa pikir panjang Sasuke langsung memeluknya dari belakang.

" Hanase...hanase.... "

Namun tak juga dilepaskan, malah semakin erat.

" Aku tidak mau menikah dengan orang sepertimu... Aku tidak mau... " Isak Hinata.
" Aku tidak akan memaksamu untuk menikah denganku "
" Lalu apa arti pertunangan ini? "

Sasuke membalik tubuh Hinata, memegang kedua pundaknya.

" Aku ingin kau menerima pertunangan ini dulu.. cobalah untuk mengenalku..coba untuk mengerti aku "
" Muri.. "
" Coba dulu.. kumohon... Jangan tutup hatimu untukku "
" Kau sudah.. "
" Aku tau.. aku sudah sering membuatmu kesal dan marah tapi ijinkan aku untuk lebih mengenalmu..lebih dekat denganmu.."
" Aku tidak mau "
" Kumohon Hinata... hanya satu tahun, saat kau lulus jika memang tidak ada sedikitpun ruang dihatimu untukku.. kau bebas untuk memutus pertunangan ini "

Hinata menatap lekat onyx itu.

" Onegai "

Tak ada respon apapun dari Hinata. Tidak menolak tidak juga setuju.

" Sekarang kita kembali, sebentar lagi akan ada badai salju kita bisa mati kedinginan di cuaca seperti ini "

Sasuke menggenggam erat jemari Hinata dan membawanya kembali ke kastil itu.

Butuh waktu bagi Hinata untuk mencerna semua ini. Sehari semalam saja tidak cukup baginya.

Tok..tok..

" Hinata "

Cklek

" Hinata mau sampai kapan kau mengurung diri di kamar "
" Datte...okaa-san... "

Hinata kembali menangis dipelukan ibunya.

" Aku tau kau menolak perjodohan ini "
" Aku masih ingin sekolah "
" Tidak ada yang memintamu untuk menikah dini Hinata.. ini hanya pertunangan "
" Datte.. "
" Dengar Hinata.. Okaa-san dan otou-san memilih Sasuke-kun bukan karna harta, bukan karna kekuasaan. Kami memilih dia karna memang kami tau tidak ada yang lebih bertanggung jawab selain dia "

Isaknya perlahan mulai mereda.

" Sekarang kita turun ya, Mikoto-san mengkhawatirkanmu "

Perlahan tapi pasti Hinata menurut. Dengan wajah yang masih sembab dan mata yang mulai bengkak, Hinata pun turun di temani ibunya.

" Hinata "

Mikoto berlari menghampiri Hinata dan memeluknya.

" Gomennasai...gomennasai... "

Hinata hanya diam mencoba menahan air matanya.

" Maaf kalau keputusan kami membuatmu syok "

Hinata menatap Sasuke yang hanya diam disamping Fugaku.

Aku akan bertunangan dengan orang itu, Kamisama... semoga keputusan ini tidak salah.

~Skip~

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang