Bab 2 Pertemuan untuk kedua kalinya

99 12 36
                                    

"Cinta itu tidak selalu melekat pada kebersamaan, tapi melekat pada doa-doa yang disebutkan dalam senyap." ~Rayhan Farhan.

Sementara Paman Sadam hingga saat ini belum memberitahukan keberadaan Khadijah, lelaki paruh baya itu sengaja tidak ingin mempertemukan kedua kakak beradik itu hingga kelulusan S1 Khadijah minggu depan. Mungkin ini terdengar sangat tidak berperasaan, dengan menyuruh Paman Dicky ikut andil untuk tetap menyembunyikan Khadijah dan mengirim gadis itu kepesantren yang berada di Kota Bandung.

Semenjak pemakaman tujuh tahun yang lalu Paman Sadam dan keluarganya beserta Khalil ikut untuk menguburkan jasad Abi Adam dan Ummi Aisyah, bahkan Khalil sendiri yang mengumandangkan azan untuk terakhir kalinya. Bibi Diana berdiri dibalik pohon tidak jauh dari pemakaman itu menemani seorang gadis yang tengah duduk diatas kursi roda dengan tangisan yang pilu.

Sejak saat itu pula seluruh keluarga terutama kedua Pamannya yang rela membackup perusahaan milik kedua orang tua Khalil dan Khadijah sampai mereka berdua dianggap sudah pantas untuk mengemban tanggung jawab tersebut. Lamunan Paman Sadam buyar saat pundaknya dipegang oleh seseorang yang sangat dia kenal.

"Paman, sepertinya sedang ada masalah sampai-sampai tidak sadar kalau kita sudah ada di pekarangan masjid," ujar Khalil dengan senyuman khasnya.

"Astagfirullah, maafkan Paman, Nak. Tadi hanya mengingat kejadian beberapa tahun silam saja, mungkin karena terlalu kangen saat kebersamaan dengan Abimu itu," ucap Paman Sadam yang tidak sepenuhnya bohong.

"Yasudah, sebaiknya kita masuk saja Paman karena sebentar lagi solat berjamaah akan berlangsung," ucap Khalil memasuki masjid terlebih dahulu setelah melepaskan sendalnya.

"maafkan Pamanmu ini, Nak, karena sudah memisahkan kalian berdua demi kebaikanmu. Semoga kelak kau tahu bagaimana khawatir dan sayangnya kami semua kepada kalian berdua, Ya Rabbi hamba memohon ampun atas semua dosa-dosaku ini." Paman Sadam memasuki masjid mengikuti keponakannya itu.

***

Sementara di Kota kembang seorang gadis berkhimar sedang berjalan beriringan dengan sahabatnya memasuki Masjid yang tidak jauh dari pondok pesantren Nurul Huda untuk yang berada di salah satu daerah Kota Bandung untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah, senyuman yang manis bahkan matanya yang sipit membuat siapa saja akan terpesona pada kecantikan wanita itu.

Ahlaknya, tutur katanya, mendiang Ummi dan Abi pasti akan bangga pada anak bungsu kesayangannya itu. Siti Khadijah kelahiran Bandung saat ini sudah memasuki fase dewasa, kecerdasannya membuat dirinya bisa diterima menjadi guru disalah satu pesantren di kota Bandung setelah menjadi lulusan terbaik saat masih duduk dibangku Madrasah Aliyah, gadis itu memutuskan untuk meneruskan kuliahnya di Universitas Pasundan mengambil fakultas ekonomi.

"Khadijah, sepertinya kamu saat ini bahagia sekali? Bahkan beberapa waktu lalu saat Maryam menikah dengan Ustaz Noer kamu sampai terpukul sekali karena lelaki yang selalu kamu sebut namanya malah menikahi sahabat kita." Sulis yang sedari tadi memperhatikan Khadijah yang sangat bahagia tidak seperti beberapa bulan lalu, bahkan perempuan itu sangat paham betul betapa rapuhnya Khadijah ketika yang dikhitbah Noer adalah Maryam.

"Sulis, aku sudah ikhlas jika Ustaz Noer lebih memilih Maryam, karena memang sahabat kita itu pantas mendapatkan pasangan yang sholeh seperti Ustaz Noer kok. Sabar dan ikhlas itu adalah kunci utama untuk kita melangkah maju kedepan, mungkin kemarin aku gagal mendapatkan lelaki sempurna seperti Ustaz Noer. Tapi ada waktunya aku akan mendapatkan calon suami yang akhlaq bahkan tutur katanya lebih baik lagi, karena skenario Allah pasti akan indah pada waktunya."

Khadijah berjalan terlebih dulu setelah melepaskan alas kakinya, sementara Sulis dan Marsya hanya menggelengkan kepala melihat ketegaran Khadijah. Selama ini perempuan itu tinggal dipesantren sejak seminggu setelah kepulangan Abi dan Umminya kepada sang pencipta, tapi baru saja beberapa waktu lalu seratus hari kepergian neneknya Khadijah. Mereka berdua akhirnya menyusul Khadijah memasuki aula masjid untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah dan tidak lupa mengikuti kajian pagi ini yang dibawakan oleh Ustaz Yusuf.

Hingga Saatnya Bahagia [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang