Bab 3 kebahagiaan tak terkira

64 10 31
                                    

"Cukup hanya memandang wajahmu sekali saja membuat hati ini terasa buncah, ini kah yang dinamakan cinta pada pandangan pertama. Setelah Allah mengambil seseorang yang ku cintai untuk bersama orang lain, sekarang aku mengalami cinta itu lagi,." ~ Rayhan Farhan.

Di Pekanbaru seorang pria sedang duduk dikursi kebesaran, selama ini setelah kepergian kedua orang tuanya. Semenjak umur dua puluh satu tahun lelaki itu sudah menekuni dunia bisnis sambil mengambil kuliah hukum, karena mimpi alm. Ummi Aisyah ingin putra semata wayangnya itu menjadi seorang pengacara yang Amanah dan membela rakyat yang kecil.

Oleh sebab itu setelah lulus Sekolah Menengah Atas jurusan IPS lelaki itu memilih untuk menjadi ahli hukum dari pada terjun langsung dalam dunia bisnis, karena surat terakhir yang dibuat ayahnya menyatakan jika putra semata wayang dan putri kesayangannya berhak untuk seluruh aset yang dia miliki.

Khalil memeriksa seluruh data pengeluaran dan pemasukan yang diberikan staf keuangan, karena yang lelaki itu tau dari Pamannya jika ada seseorang yang memanipulasi pengeluaran yang melambung tinggi. Sudah seminggu ini lelaki itu menyelidiki hal yang mengganjal bersama Paman Sadam dan orang kepercayaannya, mungkin lelaki itu masih belum mengerti bagaimana mengurus perusahaan induk di Pekanbaru.

Beginikah rasanya, saat Abinya selalu pulang telat malam sampai harus lembur dan tidur dikantor. Karena memikirkan pengeluaran yang sangat melonjak dari pada pemasukan, ponsel Khalil berdering saat mereka bertiga sedang diskusi masalah ini.

"Baiklah Paman, akan Khalil cari tahu siapa dalang dari semua ini. Rapat ini kita tunda hingga satu jam mendatang dan untuk kamu Ridho tolong panggil seluruh staf keuangan untuk datang keruangan saya." Setelah mengucapkan itu Khalil meminta izin untuk keluar ruangan dan menerima telpon dari anak buahnya yang sedang di Bandung, sedangkan Ridho dan Adam lebih memilih untuk kembali keruangannya masing-masing.

"Selamat siang Riko, tolong siapkan semua keperluan saya selama berada di Bandung. Oh iya satu lagi, kamu harus menemani saya selama disana," ucap Khalil pada orang disebrang sana.

"Selamat siang Pak Khalil, baik saya akan melaksanakan sesuai dengan perintah anda ,pak. Ada yang bisa saya kerjakan kembali?."tanya lelaki disebrang sana.

"Baik saya percayakan semuanya padamu Riko, kita akan terbang secepatnya ke bandung kalau perlu hari ini juga." Setelah mengucapkan itu Khalil menutup telpon dan kembali keruangannya.

****

Rayhan yang sedang memakai sepatu terkejut saat melihat kacamatanya terjatuh dan pecah begitu saja, pandangannya tertuju pada seseorang yang tengah berdiri di depannya yang hendak berjalan. Dengan napas erat lelaki itu berdiri dan pandangan keduanya bertemu beberapa detik, Khadijah yang melihat mata coklat Rayhan sempat terpaku akan keindahan bola mata itu. Rayhan sadar akan kesalahannya karena telah menatap yang bukan mahramnya, dalam Surah An-Nur ayat 30 sudah menjelaskan ;

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.'" (QS. An-Nur [24] : 30).

"Astagfirullah," ucap Khadijah dalam batinnnya.

"Maaf mba, kalau jalan itu lihat-lihat yah! Karena kecerobohan anda kacamata saya jadi pecah begini." Rayhan langsung berjongkok dan mengambil kacamatanya yang pecah.

"Afwan, Mas, tadi saya tidak sengaja. Apa boleh kacamatanya saya bawa untuk diperbaiki ditempat optik?" tanya Khadijah dengan nada lembut dan menundukkan pandangannya.

Hingga Saatnya Bahagia [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang