"Disetiap perjalanan dalam hidup pasti ada rintangan kerikil kecil, termasuk saat Kakak berusaha mencari titik terang keberadaanmu." ~Khalil
Khadijah berjalan menuju parkiran mobil bersama kedua sahabatnya, Pak Jono sudah berdiri di depan mobil dengan senyuman. Sementara Marsya dan Sulis memeluk Khadijah, setelah berpamitan Khadijah memasuki mobil avansa hitam dan langsung saja Pak Jono mengemudikannya meninggalkan pekarangan pondok pesantren tersebut.
Disepanjang perjalanan Khadijah hanya memandangi poto yang ada diponselnya, poto terakhir yang alm. Ummi Aisyah berikan sebelum tragedi kecelakaan itu terjadi. Mobil avansa hitam yang ditumpangi Khadijah sampai parkiran rumah Paman Dicky, Khadijah melangkahkan kaki memasuki rumah dan langsung disambut oleh teriakan dari gadis kecil berumur tiga tahun, Khadijah berjongkok untuk menyamakan dengan tinggi gadis kecil itu. Dengan gemasnya Khadijah langsung menggendong Dara bahkan pipi gembul itu selalu menjadi sasaran cubitan gemas dari Khadijah.
Sementara Diana yang baru saja dari dapur langsung berjalan menghampiri Khadijah dengan membawa makanan untuk Dara, Khadijah berdiri didepan Diana tidak lupa menciumi punggung tangan bibinya begitu juga dengan perempuan itu mencium puncuk kepala Khadijah dengan sayang. Diana langsung menyuruh Khadijah masuk ke dalam rumah untuk berganti pakaian, sementara Dicky yang baru saja keluar dari kamar melangkahkan kedua kakinya menuju ruang tamu kedua mata terfokus pada Khadijah yang baru saja kembali lagi pulang kerumah setelah menimba ilmu dipondok pesantren.
"Khadijah, kamu sudah pulang, Nak!"
"Iya, Paman, baru saja sampai tadi dijemput oleh Pak Jono. Oh iya, tumben Paman sudah pulang biasanya besok atau lusa baru pulang yah dari dinas luar?" tanya Khadijah lalu duduk di ruang tamu.
"Paman memang memilih pulang lebih awal, karena tidak mungkin kan harus berlama-lama meninggalkan kalian semua di sini."
Khadijah hanya mengangguk, setelah bercanda gurau dengan Dara. Ia meminta izin untuk beristirahat di kamarnya, Khadijah merasa aktivitas hari ini sangat melelahkan sekali. Ia duduk di pinggir ranjang lalu mengambil buku novel Fatimah Az-zahra kesayangannya, buliran air mata membasahi kedua pipi saat melihat sepucuk surat yang terselip dari buku itu.
Surat yang dituliskan oleh sang Ummi sebelum hari itu tiba, perasaan Khadijah terasa sakit setiap mengingat kejadian itu. Ia kembali mengatur deru napasnya perlahan-lahan, dadanya kembali sakit setiap kembali mengingat kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Dengan cepat tangan kanannya mengambil sesuatu di atas nakas dan mulai meminum obat itu, Khadijah mengingat pesan Alm. Oma-nya agar tetap menjadi wanita yang lembut hati hatinya seperti Fatimah Az-zahra.
****
Khalil bangun lebih awal dan segera bersiap dengan pakaian casual, tatanan rambut yang rapih membuat ketampanan lelaki itu tidak terkalahkan. Sementara Riko masih saja terlelap dalam dunia mimpinya, membuat Khalil mempunyai ide yang jail untuk sahabatnya itu. Lelaki itu ke berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air dan sedikit garam, dengan langkah perlahan Khalil mendekati Riko.
Tangan jailnya menaburkan garam ke mulut sahabatnya itu, lalu tangan sebelah kirinya yang memegang segelas air putih yang siap untuk diguyurkan tepat didepan wajah Riko. Membuat lelaki yang masih tertidur itu langsung terjatuh dari ranjang, Riko merasakan bibirnya asin lalu melempari bantal ke arah Khalil.
"Ya elah Khalil, kalau ngebangunin orang jangan pakai akal jail juga kali. Asin tau!" ketus Riko dengan tatapan datar.
"Yasudah, buruan mandi dan temani saya untuk kembali ke rumah itu lagi. Oh iya satu lagi, sarapan sudah saya belikan dan ada di meja makan." Khalil berjalan meninggalkan Riko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hingga Saatnya Bahagia [Revisi]
Ficção Adolescente#dinamika nasheed #sequel istikharah cinta dimulai menulis 2 oktober 2019 _____________________________________ Blurb Kehidupan Khadijah setelah menikah tidaklah sebaik yang dia bayangkan bahkan sikap dan prilaku Rayhan Farhan yang sangat berubah...