BAGIAN 4

1K 41 0
                                    

Sementara itu di Bukit Jati Ireng, Kamandaka yang lebih dikenal sebagai si Durjana Pemetik Bunga, cukup puas akan kedatangan Datuk Arak, Iblis Muka Hitam, dan Cakar Racun, yang diundang secara khusus ke bukit ini. Meskipun Dewi Mawar Merah hanya mendapat tiga orang saja yang bersedia datang, tapi Kamandaka tidak menyangsikan tokoh-tokoh itu. Mereka adalah orang-orang rimba persilatan yang sudah punya nama besar.
Malam ini, bulan bersinar penuh. Kamandaka dan teman-teman undangannya duduk berkumpul mengelilingi api unggun kecil dengan seekor rusa di atasnya, bau harum daging rusa panggang menyebar, membangkitkan selera. Kamandaka memandangi satu per satu tamu undangannya itu. Tampak Datuk Arak duduk bersandar pada sebatang pohon yang di atasnya bergantungan guci-guci arak.
Iblis Muka Hitam duduk tidak jauh dari Datuk Arak. Laki-laki yang wajahnya hitam itu melempar- lemparkan batu kerikil ke sembarang arah. Jika ada oraang lain memandangnya, pasti akan terheran-heran melihat kulit mukanya yang hitam, tapi bagian lain dari tubuhnya kuning kecoklat-coklatan. Sedangkan Cakar beracun sedang menggosok-gosokkan kukunya yang cukup panjang. Dia sudah kelihatan tua, tapi tidak setua Datuk Arak. Pandangan matanya masih sangat tajam dan mengandung kebengisan. Dewi Mawar Merah duduk merapat pada Kamandaka, tidak peduli pada sekelilingnya.
"Sebenarnya, apa maksudnya kau mengundangku ke sini, Kamandaka?" tanya Iblis Muka Hitam. Suaranya terdengar besar dan berat.
"Apa kau masih menunggu orang lain lagi?" timpal Cakar Racun tidak sabar.
"Tidak. Hanya kalian bertigalah yang kuperlukan," sahut Kamandaka kalem.
"Kalau begitu, katakan apa maumu?" dengus Datuk Arak.
"Kalian semua pasti kenal dengan Pendekar Rajawali Sakti," kata Kamandaka.
Datuk Arak, Iblis Muka Hitam, dan Cakar Racun saling berpandangan tidak mengerti. Siapa yang tidak kenal Pendekar Rajawali Sakti? Seorang pendekar pilih tanding yang sulit dicari lawannya saat ini. Mereka jadi bertanya-tanya, apa hubungannya Pendekar Rajawali sakti dengan undangan Kamandaka ini?
"Tidak mudah bagiku untuk menemukannya. Kalau toh aku berhasil menemukan, tapi tidak mudah untuk mencabut nyawanya. Itulah sebabnya, mengapa aku meminta kalian bertiga datang ke sini. Maksudku, untuk membantu menagih hutang pada Pendekar Rajawali Sakti," kata Kamandaka. Nada suaranya terdengar serius.
"Jangan bertele-tele, Kamandaka! Langsung saja pada tujuanmu!" rungut Iblis Muka Hitam.
"Pendekar Rajawali Sakti berhutang nyawa padaku!" lanjut Kamandaka.
"He he he...," Datuk Arak terkekeh, segera di tenggak araknya beberapa teguk.
"Aku tahu sekarang. Kau pun pasti ingin membalas kematian saudara perempuanmu, kan?"
"Benar, Datuk Arak! Hidupku tidak akan tenang sebelum minum darah Pendekar Rajawali Sakti!" seru Kamandaka.
Sesaat keheningan menyelimuti mereka. Semua tahu apa yang terjadi terhadap saudara perempuan Kamandaka. Memang permasalahannya bersifat pribadi. Tapi bagi mereka semua tidak mengenal istilah pribadi. Apalagi keberadaan Pendekar Rajawali Sakti membuat ruang gerak mereka menjadi sempit.
Mereka semua tidak menyangka kalau Klenting Kuning bisa tewas di tangan Pendekar Rajawali Sakti. Mereka tahu siapa Klenting Kuning itu. Dia itu perempuan cantik yang wataknya tidak jauh berbeda dengan adiknya, Kamandaka. (Baca: Serial Pendekar Rajawali Sakti dalam episode: Iblis Wajah Seribu). Semua orang di rimba persilatan tahu kalau Iblis Wajah Seribu atau Klenting Kuning memiliki ilmu yang dapat menaklukkan laki-laki. Tidak seorang pun yang sanggup menolak jika Klenting Kuning menggunakan ilmu itu. Lawan pasti tunduk dan lupa akan dirinya sendiri. Juga ilmunya yang lain yaitu ilmu yang bisa merubah rupa serta penampilannya sekehendak hatinya. Tapi..., mengapa di hadapan Pendekar Rajawali Sakti ilmu-ilmu itu seperti tidak berarti sama sekali?
"Tapi, bukankah dia mati di tangan si Kipas Maut?" kata lblis Muka Hitam ragu-ragu.
"Benar, Iblis Muka Hitam. Kakakku memang mati di ujung pedang si Kipas Maut. Tapi waktu itu Pendekar Rajawali Sakti ada di sana membantunya. Dan lagi tidak mungkin kakakku dapat dipecundangi oleh si Kipas Maut tanpa campur tangan Pendekar Rajawali Sakti?!" jelas Kamandaka.
Ketiga tokoh golongan hitam itu manggut-manggut seolah membenarkan ucapan Kamandaka yang diucapkan dengan nada geram itu.
"Kalau dia mati di tangan kita, seluruh dunia persilatan dengan mudah dapat kita kuasai!" seru Dewi Mawar Merah yang sejak tadi diam saja.
"He he he..., jangan menghayal macam-macam dulu. Tingkat kepandaian Pendekar Rajawali Sakti
sukar diukur. Kita berlima tidak mungkin bisa menandinginya, kecuali...," Datuk Arak tidak melanjutkan kata-katanya, tapi malah tertawa terkekeh-kekeh.
"Kecuali apa, Datuk Arak?" desak Kamandaka. "Kecuali kalau kalian bisa merebut pedang pusakanya!" sahut Datuk Arak sambil terkekeh.
Semuanya terdiam. Mustahil bagi mereka merampas pedang pusaka Rajawali Sakti dari tangan Rangga. Mendadak saja pandangan mereka tertuju pada Dewi Mawar Merah. Tentu saja wanita cantik itu kelabakan dipandangi begitu. Dia dapat mengerti arti pandangan mereka semua. Sudah barang tentu mereka mengandalkannya untuk merebut pedang pusaka Pendekar Rajawali Sakti itu. Dewi Mawar Merah menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali.
"Jangan...! Jangan kalian paksa aku untuk melakukan itu!" seru Dewi Mawar Merah buru-buru.
"Dewi, titik keberhasilan semua ada di tanganmu." bujuk Kamandaka lembut.
"Tidak mungkin, Kakang Kamandaka. Siang tadi kau bilang Pendekar Rajawali Sakti sekarang ada di Desa Jati Ireng, mustahil aku bisa ke sana. Mereka semua sudah tahu siapa aku!" bantah Dewi Mawar Merah.
"Kau tidak perlu muncul terang-terangan, Dewi," kata Kamandaka lagi. "Dia masih muda dan tampan. Kalau dia manusia normal, tentu akan tertarik dengan kecantikanmu. Aku percaya kau punya cara sendiri untuk melakukannya. Sekaligus merebut pedang pusakanya."
"Jangan kau kira semua akan berpangku tangan menunggu, Cah Ayu. He he he...," sambung Datu Arak.
"Aku sangsi...," gumam Dewi Mawar Merah.
"Kenapa harus sangsi? Kau punya kelebihan yang tidak kami miliki!" Iblis Muka Hitam memberi dorongan.
"Nini Klenting Kuning saja tidak mampu memperdayainya, apa lagi aku. ?!"
"Kau bukan Klenting Kuning, kan? Kau punya gaya sendiri yang tidak dipunyai wanita lain. Kau punya daya tarik yang dahsyat. Kalau aku masih muda, aku pun pasti tertarik mengajakmu bercanda di ranjang, he he he...," lagi-lagi Datuk Arak terkekeh menggoda.
"Ini bukan waktunya bercanda. Datuk Arak!" dengus Iblis Muka Hitam.
"Ah, kau pun berminat juga, kan?" "Jaga mulutmu, Datuk Arak!"
"Sudah, sudah...! Tidak ada gunanya kalian bertengkar!" seru Dewi Mawar Merah menengahi.
"Akan kupikirkan dulu!"
"Bagus! Tapi jangan lama-lama!" sambut Cakar Racun gembira.
"Lihat saja besok!"

15. Pendekar Rajawali Sakti : Durjana Pemetik BungaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang