"Eh dek, sini lo" panggil Tama, kakaknya.
"Apaan?" sahut Dzaky malas.
"Gue mau minta bantuan lo nih".
"Kan..kan.. Giliran ngebutuhin baru mau sok adek-adekan sama gue".
Tama nyengir.
"Kali ini bantuan apa yang lo inginkan?" tanya Dzaky sembari meminum jus mangga milik Tama."Ini" Tama menyodorkan sebuah dompet abu-abu.
"Wah lo mau kasih gue hadiah? Minta bantu gue buat nerima dompet ini? Kakak pinter, ini dompet cewek, mana selera gue sama yang beginian".
"Yaelah lo nghayal mulu. Gue minta tolong buat lo nganterin itu dompet. Kemarin gue nemu di mobil. Gue yakin itu punya cewek yang kemarin pesan gue buat jadi sopirnya" jelas Tama panjang sambil menjitak kepala Dzaky.
"Kenapa harus gue? Kan adek lo ada dua. Noh si Viko, kan sambilan jalan-jalan suruh nganterin kan gak masalah".
"Lo kan tau dia masih baru disini. Mana ngerti dia jalan, tujuan, arah. Ntar nyasar ngerepotin yang ada".
"Nah masalahnya mobil gue kan ada sama dia".
"Lo pake itu mobil gue".
"Ck. Gue mau latihan futsal sore ini".
"Dek, bantuin gue lah".
"Gak".
"Gak kasian lo sama gue?"
"Gak".
Setelahnya Dzaky berlalu meninggalkan kakaknya menuju dapur untuk mencari makanan apa yang ada disana. Perutnya sudah sangat kelaparan saat ini.
__
Dzaky melengos malas pada ponselnya yang berbunyi nyaring, membuatnya terjaga dari istirahat siang ini.
"Apa?" ujar Dzaky berteriak.
"Woy jangan ngegas gitu. Suara fals lo nyakitin kuping gue" balas Alan diujung sana.
"Ngapain lo ganggu waktu istirahat gue?"
"Kita gak jadi latihan sore ini, gue ada urusan penting"
"Yaelah sejak kapan lo sok sibuk gini?"....
Jawaban ini tak didengar Alan karena ternyata Alan langsung mengakhiri panggilan.
Gangguan telefon dari Alan membuat Dzaky tak lagi berselera untuk tidur siang. Ia keluar dari kamarnya kemudian menuju gazebo yang ada ditaman belakang rumah sembari membawa sekaleng minuman dingin. Masih dalam posisi berjalan kesana, dari kejauhan dia melihat Tama, kakak sulungnya dengan sebuah laptop ditemani ekspresi penuh konsentrasi. Dia takut mengganggu, ingin ketempat lain saja. Namun tiba-tiba ia ingat akan permintaan kakaknya tadi. Melihat kakaknya yang seolah kerepotan tersebut, terbersit rasa kasihan dihatinya. Dzaky kemudian menghampiri Tama.
"Kak, ngapain lo?"
"Biasalah ini. Revisian"
Tama merupakan mahasiswa yang sedang bergelut dengan tesis untuk menyelesaikan pendidikan S2nya.
"Mana dompet yang tadi? Sini deh gue anterin".
"Wah. Beneran ni?"
"Iya". Jawab Dzaky sembari melempar senyum.
Tama bergegas menuju kamarnya untuk mengambil dompet tersebut. Dari kejauhan Dzaky memandangi punggung kakaknya dengan senyum yang masih tersisa. Rasa kasihan muncul dibenaknya. Membayangkan kelelahan dan stres yang dihadapi Tama, yang selain menyelesaikan tesis ia juga sambilan menjadi driver taksi online. Alasannya, biar gak sepenuhnya bergantung ke orangtua. Padahal mereka bisa dibilang berkecukupan. Hal inilah yang membuat Dzaky merasa sangat bangga sekaligus menjadikan Tama sebagai salah satu inspiratornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Teen FictionKamu mendambakan hujan, menyukai aromanya. Lalu kamu ibaratkan aku sebagai 'hujanmu'. Mungkin kamu lupa, ketika aromaku menguat, hadirku semakin tak terlihat, terendus tanah yang menggenggam rapat. 1 #dzaky (08.08.2020 - 20.08.2020)