XI

76 1 0
                                    

Sesuai rencana, sepulang sekolah Alan dan Dzaky bergerak menuju kediaman nenek Alan. Mereka berdua akan menjenguk Qiara yang sedang sakit. Entahlah sakit apa, Dzaky tidak tau. Alan sangat susah untuk dimintai informasi terkait Qiara. Jadilah Dzaky hanya bisa menunggu saja.

Mobil yang mereka kendarai mulai meninggalkan perkotaan. Dikiri dan kanan jalan terlihat sawah yang membentang. Hijau. Dzaky sangat suka ini. Ini merupakan kali pertama dia mengunjungi tempat yang akan mereka tuju.

Sekitar empat jam perjalanan, mobil berhenti pada depan sebuah rumah sederhana. Dihalamannya terdapat berbagai jenis bunga yang juga beraneka warna. Sungguh indah dipandang mata.

Alan mendahului Dzaky masuk ke pekarangan rumah itu. Tiba di dekat pintu depan yang terlihat sedikit terbuka itu, mereka mengucapkan salam. Walaupun pintunya tak tertutup rapat, bukan berarti bebas seenaknya nyelonong masuk kan?

"Assalamu'alaikum"

Tak lama, seorang ibu-ibu keluar menemui kami.

"Wa'alaikumussalam. Nak Alan"

"Iya bik"

"Ayo masuk"

"Makasih bik. Oh iya. Ini temannya Alan bik, Dzaky"

"Oh. Dzaky" perempuan paruh baya itupun tersenyum hangat kearah Dzaky.

"Ara mana bik?"

"Qiara lagi di belakang"

"Ngapain dia?"

"Katanya sih mau metik stroberi"

"Katanya sakit. Malah banyak gerak" Alan bersungut pelan.

"Ya sudah. Bibik lanjutin kerjaan dulu ya nak"

"Iya bik. Makasih banyak. Alan mau nyusul Ara dulu"

Alan berlalu menuju pintu belakang. Dzaky mengikuti. Sementara Bi Aida melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda sebentar saat menyambut Dzaky tadi.

Ketika pintu belakang terbuka lebar, terlihat Qiara dari kejauhan. Tampilannya sangat menarik hari ini. Setidaknya begitulah menurut Dzaky. Mungkin karena sudah lama menunggu sosok tersebut.

Qiara menggunakan kaos hitam kebesaran yang dimasukkan kedalam rok berwarna krem yang sedikit mengembang dan menutupi kakinya hingga sebatas betis. Rambutnya sendiri dia biarkan tergerai kali ini.

Dzaky nyaris tak berkedip hingga akhirnya kesadarannya kembali setelah Alan memanggilnya keras.

"Woi. Ngapain disitu kek orang bego"

"Hah?"

"Kesambet apa sih lo"

Qiara  mengikuti arah pandang Alan, melihat Dzaky yang masih di pintu belakang.

Dzaky menggaruk tengkuknya, kemudian melangkahkan kakinya mendekati Alan yang telah bersama Qiara.

"Ra. Katanya sakit"

"Sakit dikit bang Al. Ini udah baikan"

"Beneran?"

"He'em"

"Qiara suka stroberi?" Dzaky mencoba menyela obrolan antara Alan dengan Qiara.

"Iya si Ara emang doyan banget sama stroberi" Alan menjawab sebelum Qiara sempat membuka mulutnya.

"Hmm dasar temen gak peka. Kasih dikit kek peluang ke gue" Dzaky mengumpat dalam hatinya.

Setelah dirasa cukup, Qiara membawa stroberi yang telah berada dalam keranjang kecil tersebut ke dapur. Dia akan membuat jus stroberi, salah satu minuman kesukaannya. Ah, semua hal yang berbau stroberi memang Qiara sukai dengan sangat.

Sedang Alan dan Dzaky, masih sibuk dengan pepohonan stroberi tersebut. Mereka berselfie ria. Mengalahkan Qiara yang perempuan saja.

Setelah dirasa ponselnya menangkap cukup banyak potret bersama stroberi-stroberi tersebut, Dzaky dan Alan kembali masuk ke rumah. Mereka menuju ke teras depan rumah dan duduk dikursi yang ada disana. Tempat tersebut sangat cocok untuk bersantai saat pagi, sore, ataupun malam.

Alan dan Dzaky masih sibuk membahas tentang pertandingan futsal antar sekolah yang akan diadakan tak lama lagi disekolah. Qiara mendatangi mereka.

"Bang Al, jusnya kayak biasa kan?"

"Yoi. Masih ingat kan pastinya?"

"Iya. Bang Dzaky? Mau dikasih tambahan gula atau susu? Atau mau ditambahin es?"

"Samain aja sama Qiara".

"Oh gitu. Okedeh. Qiara ke belakang dulu ya"

"Oke Qiara" Dzaky tersenyum melihat Qiara yang kembali masuk.

"Oi" Alan memukul bahu Dzaky.

"Apaan?"

"Lo jangan segitunya liatin sepupu gue. Ketahuan Raya sepupu gue ntar yang kena masalah"

"Gue udah putus"

"Hah? Seriusan lo"

"Iya. Masa hal kayak gini gue bohongin lo"

"Hmmm. Oke. Gue percaya. Tapi lo tetap gak boleh ya tebar pesona ke adek gue"

Nyali Dzaky menciut. Dari awal saja bahkan dia tak mendapat restu dari penjaganya Qiara. Padahal mereka kan sahabatan. Apakah Dzaky terlalu buruk dan tak pantas untuk seorang Qiara?

Kedatangan Qiara dengan nampan berisi tiga gelas jus stroberi membuyarkan fikiran Dzaky yang sudah kemana-mana.

"Ini. Diminum dulu" Qiara berujar sambil ikut duduk disana.

Qiara dan Alan telah memulai meneguk minuman tersebut, dan mereka terlihat menikmati.

Dzaky jadi ingin meminumnya juga. Dia meraih gelasnya.

"Tanpa gula loh Dzak" Alan mengingatkan.

"Gak masalah. Kan yang bikin orangnya manis, duduk disini lagi orangnya. Pasti bakalan manis banget ini"

Dzaky mendekatkan gelas ke bibirnya dan meneguk jus yang Qiara buat. Ekspresinya berubah. Cairan itu tertahan dimulutnya. Beruntung Qiara sedang melihat kearah jalanan.

"Manis banget ya sampai ditahan dimulut gitu?" Alan berbisik pelan meledek Dzaky.

Dzakypun menelan perlahan. Sangat perlahan.

Selamat membaca. Semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen ya. Terima kasih. 💜

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang