X

80 3 2
                                    

Malam ini Dzaky sendirian. Tama menginap ditempat temannya. Katanya ingin mengerjakan skripsinya bersama-sama. Viko sendiri sedang liburan ke Lombok bersama temannya.

Ini adalah seminggu setelah insiden terkuaknya sebuah fakta menarik. Setidaknya begitulah menurut Dzaky.

Qiara sepupunya Alan.

Dalam hatinya, menyimpan sedikit harapan untuk melihat dan bertemu dekat dengan Qiara lagi. Juga bermunculan berbagai pertanyaan tentang gadis itu.

Renggangnya hubungan dengan Raya menambah peluang hati Dzaky untuk berfikiran sah-sah saja mengharapkan orang lain.

Qiara..

Sedang apa?

Sendirian disana apa gak takut?

Mama Papa kamu kemana sih?

Apa kamu gak punya sahabat dekat?

Dedaunan dirumah kamu udah menumpuk apa belum? Rasanya pengen ke rumah kamu. Gak masalah jika jadi tukang beres-beres.

Qiara, bagaimana kalau aku manggil kamu Yaya aja? Biar spesial.

Otak kesepian Dzaky memang dipenuhi Qiara saat ini. Dengan semangat dia meraih ponsel disampingnya. Dia berniat untuk menghubungi Alan. Mungkin tak masalah jika pembicaraan mereka nanti nyerempet dikit mengenai Qiara.

Dzaky telah menghubungi Alan. Namun belum sempat Alan menjawab panggilannya, dia memutuskan sambungan panggilan yang telah dibuat.

"Gilaa. Nanti pasti dia mikir yang enggak-enggak ke gue"

Drrrtt.. Drrrtt...

Ponsel Dzaky bergetar. Nama Alan tertera disana. Dzaky menggeser malas layar ponsel tersebut, menjawab panggilan Alan.

"Paan lo malam-malam nelfon gue. Kesepian?" Alan bertanya dengan suara besarnya.

"Kepencet. Bye"

Dzaky mematikan sambungan telefon dari Alan, lalu melempar ponselnya ke sembarang arah. Sementara Alan yang jauh disana memelototkan mata melihat ponselnya.

"Laki gaje. Teman siapa sih itu?"

__

"Raya, kayaknya kita udahan aja ya"

Raya membesarkan matanya menatap lekat ponselnya itu. Padahal dia berharap tingkahnya belakangan ini membuat Dzaky galau, memohon, dan mengejarnya.

Nyatanya, tidak. Memang pada awalnya pun Raya lah yang mengejar Dzaky. Hingga berujung mereka berpacaran.

Dan itu bukan karena Dzaky memiliki perasaan khusus pada Raya, melainkan karena risih dengan tingkah laku Raya tersebut.

Awalnya Dzaky berharap dengan begitu dia akan sedikit bisa mengendalikan Raya. Nyatanya malah kebalikan. Raya yang semakin semena-mena.

Tapi, pesonanya membuat Dzaky pada akhirnya memiliki sedikit rasa untuk Raya. Sedikit saja. Raya yang sangat perhatian, namun sering berlebihan hingga membuat Dzaky risih.

Dan seperti penyebab bertengkarnya mereka akhir-akhir ini. Sifat cemburuannya yang tak jelas dan suka memperbesar masalah.

Oh God, Dzaky benar-benar ingin melepasnya saja. Apalagi sosok Qiara belakangan ini memang tengah memenuhi sebagian besar isi kepala Dzaky.

Raya sangat kesal. Sifat egoisnya yang terlalu tinggi merasa bahwa dirinya sama sekali tak merasa bersalah.

"Dzaky brengsek. Apa karena cewek itu?"

Raya memang sempat mendengar saat Alan dan Dzaky berencana pulang dengan Qiara. Dia menatap tajam kearah sepasang sahabat itu. Namun tak ada yang menyadari.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang