Matahari bersinar sangat cerah pagi ini. Dengan bersemangat, Dzaky bersiap untuk berangkat ke sekolah. Tak lupa menyambar ponselnya yang telah di cas penuh. Ia memeriksa ponsel tersebut sebelum memasukkannya ke dalam tas.
"Yah, kirain Raya ngechat."
"Masih ngambek apa ya?"
"Hmm ya sudah. Di kelas ntar gue bujuk dia"
Dengan semangat yang sedikit berkurang Dzaky memasukkan sembarangan ponsel ke dalam tasnya. Setelahnya, menuju meja makan.
"Kak, anter gue hari ini dong"
"Kakak yang mana?"
"Terserah. Yang mana yang baik sama gue, anterin"
"Viko aja lah. Gue males"
"Gue gak tau. Ntar nyasar gimana"
"Ah. Bacot. Sekolahan dia gak susah kok nemuin jalannya. Gak bakalan nyasar"
Saling lempar seperti itu membuat Dzaky dengan sengaja pura-pura ngambek.
"Ya sudah. Gue berangkat pake angkot aja"
"Gak usah ngambek gitu. Kek cewek pms lo. Ya sudah gue aja yang nganterin. Itung-itung bales kebaikan lo kemarin"
"Emang kebaikan apa?" Viko menyelidiki.
"Kepoooo" sahut si sulung dan bungsu bersamaan.
"Ck. Brengsek lo"
"Emang" Tama memanasi
"Eh buruan. Ntar telat gue"
__
Mereka tiba di sekolah masih cukup pagi.
"Kak nanti gak usah dijemput. Aku ikut sama Alan, sekalian nginap di rumahnya"
"Oke broo" Tama mengiyakan sembari berlalu dari sana.
"Duduk di halte dulu lah. Mana tahu ketemu cewek yang kemarin. Gue harus meluruskan kesalahpahaman kemarin, kan gak lucu kalau dia nganggap gue maling dompetnya cuma buat narik perhatian dia. Apalagi kalau sampai berita ini nyebar"
Dua puluh menit berlalu, Dzaky belum melihatnya juga.
"Tinggal lima menit lagi. Masa belum datang sih? Apa enggak sekolah ya? Kemaren kan gak sesiang ini"
"Daripada ditungguin terus. Ntar gerbang sekolah keburu tutup. Gue kan juga harus nemui Raya"
Setelah berfikir sejenak, Dzaky memantapkan langkahnya untuk menuju kearah kelasnya. Namun baru beberapa langkah melewati gerbang sekolah..
"Pagi-pagi gini kok udah haus gue ya"
Dzaky menengok keatas, memandang langit.
"Oh iya. Mungkin karena matahari lagi bahagia banget"
Dzaky pun menyusuri lorong kelas X menuju kantin. Disana, ia membeli minuman dingin, lalu beranjak menuju kelas karena hanya beberapa saat lagi jam pelajaran akan dimulai.
Pada saat melewati kelas X.1, tak sengaja Dzaky melihat kearah dalam kelas. Pada saat yang bersamaan, Qiara melihat kearah luar, kearah Dzaky. Pandangan mereka bertemu. Keduanya terdiam.
Sialnya, bel masuk telah berkumandang keras. Dzaky yang pada awalnya ingin memanggil Qiara untuk sekedar membicarakan kesalahpahaman itu mengurungkan niatnya. Dia mengarahkan langkah menuju kelasnya.
Di kelas sudah cukup ramai.
Dia menuju tempat duduknya setelah sebelumnya mencoba mendekati Raya. Namun, Raya tak menanggapi."Kenapa tu cewek?"
"Biasa. Ngambek gak jelas"
"Dan lo tumben baru ke kelas jam segini. Tadi gue lihatin lo di halte. Ngapain?"
"Lagi pengen merhatiin jalanan aja"
"Gak usah sok care sama jalanan deh lo"
Dzaky memukul lengan Alan dengan minuman yang tadi dibelinya.
"Brengsek. Basah ni seragam gue"
Dzaky tertawa melihat kekesalan yang dialami oleh teman sebangkunya tersebut, dan baru berhenti ketika guru masuk di kelasnya.
__
Jam istirahat pertama telah tiba. Dzaky langsung menghampiri Raya, mencoba berbincang dan berbaik-baik.
"Ray, kamu kok marah?"
"Ray, jangan diam dong"
"Ray, please. Jangan kayak gini?"
"Salah aku apa?"
"Tanya aja diri kamu sendiri"
Raya memalingkan muka kearah tembok.
"Aku gak tau. Makanya aku nanya sama kamu"
"Kamu tu ya. Udah sana pergi"
"Ray, bisa kan dibicarakan baik-baik. Beneran, aku gak tau salahku apa"
"Udah. Aku mau ke kantin"
Alhasil, hari ini hubungan Dzaky dan Raya memang sedang retak-retaknya hingga jam sekolah berakhir.
__
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Teen FictionKamu mendambakan hujan, menyukai aromanya. Lalu kamu ibaratkan aku sebagai 'hujanmu'. Mungkin kamu lupa, ketika aromaku menguat, hadirku semakin tak terlihat, terendus tanah yang menggenggam rapat. 1 #dzaky (08.08.2020 - 20.08.2020)