K E E N A M

170 21 1
                                    


"Good morning, sayang.." sapa Ardian memeluk Dea dari belakang dan mencium pipinya Dea. Wanita itu tersentak kala Ardian memeluknya dari belakang dan menciumnya tiba tiba setelah kejadian dimana Ardian meminta maaf padanya perlakuan Ardian padanya semakin manis padanya membuat ia amat canggung dan takut jika Ardian hanya mempermainkannya saja.

"Ih kak geli.." ringis Dea kala Ardian menciumi lehernya dan meninggalkan bekas disana. Dea tersipu malu, jujur ia senang atas perlakuan Ardian padanya yang manis tapi ia risih juga karena sikap posessif Ardian.

"Kak, kakak lepas gih pelukkannya. Perutku sakit kalo di peluk.." ucap Dea was - was takut Ardian marah karena menyentuhnya seperti dimana ardian memperkosanya. Ia masih trauma akan kejadian itu dimana Ardian merenggut segalanya dari meski Ardian berhak atas dirinya.

Ardian mengangguk paham pun melepaskan pelukkannya dan berdiri di samping Dea. Dea memejamkan mata menikmati sapuan angin pagi yang menusuk kulitnya, Ardian menoleh sejenak menatap dea yang kini merupakan istri sahnya, rasa bersalah kian mendera di hati membayangkan perlakukan ketusnya nan kasarnya pada Dea selama pernikahan mereka berjalan.

"De,.."

"Hmm?"

"Kakak minta maaf.."

Dea menghela napas lagi dan berbalik memandang suaminya dihadapannya yang menunduk. Dea tersenyum mengangkat wajah Ardian agar menatapnya.

"kak, denger Dea udah maafin kesalahan kakak yang kak Ardi perbuat.. Kakak jangan merasa bersalah, namanya juga manusia pasti ga luput dari dosa.." ucap Dea tersenyum.

"Tap--" ucapan Ardian terpotong kala Dea mencium bibirnya tiba tiba. Dea mencumbui bibir mungil Ardian, Ardian diam terbuai akan cumbuan Dea pun membalasnya bahkan Dea menuntun Ardian duduk di kursi yang tersedia di balkon dan duduk dipangkuan Ardian tanpa melepaskan ciuman mereka. Tangan Ardian tak bisa diam meraba tubuh istrinya namun tiba tiba...

"KYAA!!!!"

Spontan Dea melepaskan ciumannya dari Ardian dan beranjak dari pangkuan suaminya dan tanpa ia sadari pula Ardian terjungkal dari kursi tempat mereka berciuman. Ardian meringis merasakan bokong sakit.

"Ara?"

Ya, Keara yang datang mengacaukan semuanya.

"Ihh kalian ga tau tempat masa ciuman di balkon.. kalo mau lakuin di kamar dong jangan disini.." oceh Keara mengomeli kakak ipar dan kakaknya itu yang melakukan adegan panas di balkon. Dea dan Ardian tersipu tapi kesal juga karena Keara mengacaukan semuanya.

"Untung cuma Keara liat kalo Mamah liat bisa bisa kalian di rebusin.." oceh Keara ngomel.

"ekhem.. ga ada mau bantuin nih? pantat ku sakit.." ucap Ardian memecahkan suasana akibat jatuh. Dea merasa bersalah pun membantu Ardian berdiri.

"maaf kak," ucap Dea merasa bersalah. Ardian tersenyum. "Nggak apa apa kok, yaudah kakak mandi karena mau ngantor.." Dea mengangguk kala Ardian meminta ijin padanya untuk mandi.

Keara terkikik geli membayangkan betapa malunya  Arďian dan Dea karena tercyduk berciuman di balkon oleh dirinya. Dalam hati Keara bahagia melihat Ardian berubah 180° derajat, tak lagi Ardian ketus dan kasar semua hilang dalam diri Ardian hanya saja soal Aqila yang sering menghubungi Ardian meskipun Ardian mencoba mengabaikan panggilan itu dan fokus ke pernikahannya.

Keara tersenyum lega melihat Dea bisa bahagia bersama kakaknya itu walau masih menyimpan luka berat yang ditorehkan Ardian dulu.

"Ra, kamu nggak siap siap ke kampus ya?" lamunan Keara terbuyar kala Dea berucap padanya. Keara nyengir kuda. "hehe lupa kak, yaudah Ara keluar dulu ya.. muacchh.." Kata Keara mencium pipi Dea dan berlari terbirit keluar kamar. Dea menggeleng melihat tingkab adik iparnya itu.

sanam teri kasam (SHORT STORY --- END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang