Yahiko menunduk. Menemukan bunga lily yang jauh dari kata sempurna. Melainkan, hanya ada perumpaan yang menyedihkan. Seperti, bunga yang malang. Miris sekali bunga cantik ini harus hancur karena seseorang.
Kedua mata Yahiko mengerjap. Menatap Uchiha Sasuke yang tengah bercakap-cakap santai bersama dua kolega paruh baya berasal dari jaringan telekomunikasi terbesar di Jepang. Bau-bau persaingan bisnis mulai tercium. Apalagi, tidak hanya dirinya yang mendapati posisi kedua setelah makhluk arogan itu.
Ada Rei Gaara yang menduduki posisi ketiga. Saat tatapan Yahiko menyapu Gaara yang sedang duduk bersama perempuan seksi entah jalang mana yang dibawa pria itu, sorot mata Rei Gaara tidak bisa berbohong.
Yahiko juga laki-laki. Pria matang yang mengetahui benar sifat laki-laki lain. Uchiha Sasuke dan Rei Gaara.
Dengan dengusan, Yahiko berjalan. Membelah meja makan saat dia memilah-milah mana makanan yang bisa dia makan. Di saat orang lain beramai-ramai mencari muka, dia sendiri enggan untuk bermain-main atau sekedar memamerkan senyum agar menarik perhatian.
Di saat mereka berlomba-lomba memamerkan pasangan dan harta, Yahiko datang seorang diri. Dengan pakaian agak lusuh dan wajah mengantuk karena dia langsung datang tanpa beristirahat setelah perjalanan panjang nan melelahkan dari Birmingham.
"Bunga yang bagus."
Yahiko mendengus mendengar suara dingin itu menyapa dari sisi sebelah kiri. Dia mencoba bolu cokelat, dan mengernyit. "Senang mendengar suaramu lagi, Yamanaka."
Yamanaka Ino mencibir. Menatap Yahiko yang sama sekali tidak mau melihat ke arahnya, membuatnya mendengus tajam. "Kau masih seangkuh dulu rupanya."
"Setidaknya, aku tidak semurah Uchiha Sasuke yang rela lakukan hal bodoh demi dirimu," kata Yahiko. Tersenyum manis saat dia menatap wajah Ino dari dekat. "Bolunya tidak terlalu enak. Jangan dimakan."
Ino menipiskan bibir. Menaruh gelas anggurnya di atas meja saat sorot matanya berubah dingin. "Kau belum berubah."
"Benarkah?" Yahiko mengunyah pie susu di dalam mulutnya. "Aku merasa menjadi pribadi yang lebih baik. Yang jelas, aku bukan lagi tukang palak. Yang akan memaksamu untuk memberikan uang saku, atau Sakura."
Bibir Ino menipis. "Jangan bawa-bawa dia di dalam percakapan kita."
Kepala Yahiko tertunduk. "Kau benar-benar teman yang buruk, Yamanaka. Aku berpikir, tidak ada gunanya memiliki teman di dunia ini. Karena pertama, mereka bisa saja semodel denganmu yang muka dua. Atau kedua, dia yang menghancurkanmu. Semacam duri di dalam selimut?"
Yamanaka Ino hampir saja meremukkan gelas kaca yang dia pegang, sebelum suara Sasuke menarik kesadarannya.
"Selamat untukmu, Uchiha."
Yahiko menatapnya sebentar, lalu tanpa berbasa-basi pergi begitu saja. Berbalik tanpa menghiraukan tatapan Sasuke yang mementingkan ego dan reputasi tengah menatapnya tajam.
Dan saat sorot mata kelam itu turun ke bawah, alis Sasuke menyatu menemukan bunga lily yang telah rusak, bunga serupa yang Sakura bawakan untuknya ada di tangan pria itu.
***
Jika ini akhir pekan, yang akan Sakura lakukan adalah membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan pergi mengunjungi ibunya yang tinggal seorang diri di rumah.
Tetapi, sebelum itu, dia akan pergi ke suatu tempat. Untuk memenuhi tugasnya terlebih dulu. Seperti agenda rutin yang memang sudah seharusnya dia lakukan setiap seminggu sekali.
Dia sudah mengajak Sasuke. Berulang kali. Meminta pria itu untuk datang bersama mengunjunginya, mungkin saja, sosok yang telah terbaring itu merindukannya. Merindukan suara putranya.