3: Nathan says "I can make it right"

4.7K 256 22
                                    

Sebelum kalian baca part ini, aku cuma mau racunin kalian sama lagu BTS ft Lauv - Make it Right :') Jadi please, sempatkan waktu denger lagu diatas ya.
Kusuka bgt sama Lauv dan so happy liat dia kolaborasi sama BTS zheyeng2ku. ❤️
-
-
-

Ghea segera mengusap peluh yang ada di wajah Nathan. Kini Nathan tengah berbaring di atas sofa tempat fitness dimana mereka berada sejak tadi. Tempat fitness itu baru saja tutup satu jam yang lalu, karena Nathan memang tinggal di tempat tersebut tentu saja pemilik tempat fitness itu mengizinkan yang lain untuk tetap disana.

Jika kalian ingin tahu, sejak ibu Nathan meninggal, ia terpaksa ikut dengan kakak sepupunya Jansen. Kemana ayah Nathan? Bahkan Nathan sendiri pun tidak tahu kemana sosok yang tidak pernah ia temui sekalipun. Dan semenjak itu ia selalu mengikuti kemanapun Jansen pergi dan membantu apapun yang Jansen kerjakan. Salah satunya adalah tempat fitness ini, agar tetap mendapatkan tempat tinggal, Nathan terpaksa tinggal dan menjaga tempat fitness milik kakak sepupunya yang kini sudah berkeluarga dan tentu saja ia sangat sungkan jika harus tinggal dengan Jansen di rumah mertuanya.

Ghea menatap pilu wajah lelah Nathan, setiap pulang sekolah, ia harus menemani Dhito latihan lalu segera menuju tempat ini dan menjaganya hingga larut malam. Sungguh pelik hidup Nathan, pikir Ghea dalam benaknya. Ia lalu beralih pada handuk basah yang ia letakkan pada kening sahabatnya itu. Segera ia letakkan tangannya pada pipi Nathan, panasnya sudah mulai turun, syukur Ghea dalam hati.

Tak lama suara nafas berat Dhito yang berada di sampingnya mengalihkan fokus Ghea.

"Kalo lo gak kuat mending lo balik aja, Dhit! Bokap lo juga pasti nyariin lo. Atau lebih baik lo ke rumah sakit, biar gue telpon coach ya?" Ghea melirik ke arah Dhito, segera Dhito menggelengkan kepalanya cepat.

"Nathan demam begini gara-gara gue, Ghe! Gue gak mungkin pergi gitu aja."

"Tapi Nathan juga pasti khawatir kalo kondisi lo begini!" Ghea dengan segera meminta Dhito untuk merebahkan tubuhnya di tempat biasa Nathan beristirahat jika tidak ingin pulang ataupun pergi ke rumah sakit.

"Tapi lo gimana Ghe?"

"Gampang, Dhit! Gue bisa tidur di matras, kan lo tau sendiri da gue mah kan pelor!" Ghea tertawa, berusaha untuk memecah suasana.

Dhito segera bangkit dan menuju lantai bawah, ke ruangan kecil tempat Nathan biasa mengistirahatkan tubuhnya. Ruangan ini jauh dari kata nyaman untuk sebuah kamar. Segera Dhito masuk dan menarik kasur lantai dan mengambil selimut. Dengan susah payah ia membawa dua benda itu ke lantai atas.

"Kan gue nyuruh lo tidur di tempatnya Nathan, Dhit! Bukan disini!"

"Tapi gue gak mungkin tega biarin lo nungguin Nathan sendiri!" Ghea menghela nafas pasrah mendengar jawaban Dhito yang begitu keras kepala.

"Gak apa-apa Ghe kalo lo gue tinggal tidur?" Ghea mengangguk dan tersenyum. Ia tidak ingin Dhito ikut begadang dan kembali sakit.

"Besok pagi lo mau latihan kan di jogging track?" Dhito mengangguk, Ghea benar juga, besok hari sabtu dan sekolah libur. Ia harus memanfaatkan waktu tersebut untuk latihan.

"Yaudah, mending lo tidur sekarang. Nanti subuh gue bangunin sebelum tempat fitnessnya Bang Jansen buka." Dhito mengangguk patuh dan segera merebahkan tubuhnya diatas kasur lantai tipis yang biasa dipakai Nathan untuk istirahat.

Deep BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang