Hari weekend pun telah tiba. Setelah satu minggu sibuk dengan pekerjaan kantornya. Akhirnya Andra dapat sedikit bernafas dari kesibukannya sehari-hari karena ia adalah seorang pemimpin perusahaan. Andra harus bekerja lebih keras dan giat. Namun Andra tidak melupakan kehadiran sang anak yang juga membutuhkan perhatiannya.
Terkadang Andra merasa sulit untuk membagi waktunya dengan pekerjaan dan sang anak. Tapi sebisa mungkin Andra tidak akan mengabaikan putrinya. Maka selama ia sibuk dengan pekerjaan, Andra selalu meminta Agatha untuk menemani Alya sebagai sahabat putrinya itu.
Andra cukup merasa lega karena putrinya dapat memiliki teman atau sahabat yang begitu setia dan juga baik pada putrinya tanpa memandang apapun. Agatha murni dan tulus ingin berteman dengan Alya. Walaupun perbedaan usia diantara mereka hanya selisih tiga tahun, namun cara mereka berpikir tidaklah sama.
Agatha yang diusianya baru dua puluh tahun. Tetapi sikap dan cara berpikirnya begitu dewasa. Berbeda dengan Alya putrinya itu yang memang sejak kecil selalu ia turuti segala keinginannya, sehingga Alya menjadi pribadi yang manja.
Pagi ini Andra masih bergelung dibawah selimut dan tertidur dengan nyenyak. Memang sudah menjadi kebiasaan ketika hari weekend tiba. Andra akan bangun siang dan mencoba untuk menikmati waktu luangnya dengan tertidur sedikit lebih lama dari hari biasanya.
Sementara dibawah lebih tepatnya didalam dapur. Alya sedang berperang dengan berbagai perabotan didapur dan Alya pun tidak sendiri ada Agatha bersamanya. Sebelumnya Alya memang menghubungi Agatha dan meminta Agatha untuk datang ke rumahnya.
"Tha, apa yang harus aku lakukan dengan semua bahan makanan ini?" Alya menatap sayuran dan bahan makanan lainnya dengan bingung. Alya masih tidak tahu akan membuat menu apa untuk sarapannya pagi ini.
Agatha menyilangkan kedua tangannya didada.
"Mana aku tahu."
"Tha, ayolah... Ajari aku bagaimana caranya memasak."
"Seingat aku, aku sudah sering mengajari kamu bagaimana caranya memasak. Tapi kamu tidak juga mengerti sampai saat ini."
"Aku lupa harus memulai semuanya darimana dulu, Tha."
"Alya, kamu ini perempuan loh... Kamu harus bisa memasak dari sekarang."
"Ya aku tahu aku ini perempuan, yang bilang aku laki-laki siapa... Tapikan tidak semua perempuan bisa memasak." Alya terus mengelak dari perkataan Agatha.
"Maka itu kamu harus belajar dari sekarang... Kamu harus tahu satu hal Alya, tidak sedikit dari laki-laki yang menginginkan atau menuntut seorang istri yang pandai memasak, yang pintar dalam mencuci dan juga hebat dalam membersihkan rumah."
"Hah! Yakin itu laki-laki cari istri atau cari pembantu, Tha... Kamu yang benar saja."
"Kan aku sudah mengatakan, tidak sedikit dari laki-laki yang menuntut istrinya untuk bisa ini dan itu... Tapi aku juga berharap tidak dipertemukan dengan laki-laki yang terlalu banyak menuntut dalam segala hal... Laki-laki yang benar-benar mencintai istrinya tidak akan menjadikan istrinya budak atau pembantu didalam istananya, dia akan memuliakan istrinya bagaimana ratu."
"Kamu benar sekali, Tha... Karena tidak semua perempuan didunia ini seperti itu."
"Benar, tidak sedikit dari mereka yang berusaha mengejar cita-cita dan karir, agar menghindar hal itu."
Alya mengangguk setuju. Pada akhirnya acara memasak mereka tertunda sementara, karena kedua sahabat itu sedang berbincang serius.
"Tapi Tha, aku pernah mendengar sebuah pernyataan."
KAMU SEDANG MEMBACA
MERRIED My Best Friend's Father
Romance"Jadilah istriku!" seorang gadis yang tengah meneguk minumannya baru ia minum, langsung tersedak karna ucapan seorang lelaki tersebut yang tengah berdiri disebelahnya sambil menatap dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan. "O... Omm..... "