- Satu -

9.8K 611 13
                                    

- HAPPY READING -

Perang hanya akan menyisakan sebuah tangis dan kesedihan.
Meskipun pada akhirnya terjadi kedamaian, semua itu harus dibayar dengan segunung nyawa melayang yang menjadi tumbal.

Ayah dari seorang anak.

Suami dari seorang istri.

Dan orang-orang yang tidak bersalah, yang menjadi jarahan atas keegoisan seseorang.

Tidak ada hal baik yang bisa didapat dari perang, semuanya hanya akan berakhir dalam duka panjang yang tidak selalu mendapat balasan setimpal.
Warga sipil yang menjadi korban, abdi negara, hingga kunoichi yang tewas dalam sabetan pedang atau pengeboman.

Itulah tanah berdarah yang akan menjadi saksi atas kebiadaban seseorang dan pikiran egois yang menggerogotinya dari dalam.
Iblis bisa diciptakan dari sebongkah rasa kesendirian, penyesalan, kemarahan hingga kesepian yang tak kunjung terobati.
Iblis itu adalah dirimu sendiri.

Sudah dua tahun sejak perang meletus dan menghancurkan tanah pendekar bernama Konoha.
Sejak itu pula, berbagai upaya dilakukan untuk memulihkan semua faktor negara yang sempat lumpuh total karena kebringasan para pendekar.

Konoha bisa bangkit dengan cepat, karena dilimpahi tanah makmur, sumber air melimpah dan hutan yang masih alami.
Secara keseluruhan, negara ini sudah mulai berdiri untuk menyambut secercah cahaya terang setelah kegelapan tak berujung dan penuh darah.

Hyuuga Hinata, sudah beranjak dewasa sejak perang terakhir kali.
Rambut panjangnya tertata rapi dengan hiasan jepitan bunga sederhana bermanik berlian mahal, kimono yang dikenakannya menguarkan harum bunga yang segar.

Selengkung garis senyum dibibirnya yang berwarna merah muda segar, tatapan lembut dari netranya, juga wajah ramah yang selalu menjadi kebiasaannya.
Hinata tidak mengubah dirinya terlalu banyak, masih tetap menjadi putri bangsawan dengan sikap rendah hati dan lembut.
Mantu idaman yang diinginkan oleh sebagian besar bangsawan Konoha saat ini.

Menyusuri jalanan penuh rumput hijau yang menyejukkan, berhati-hati dengan buket bunga didekapannya.
Hinata selalu datang ke makam Neji setiap hari, menyapa kakaknya yang begitu banyak berkorban untuknya selama ini.
Hinata tidak bisa menangis disini, karena itu hanya akan membuat Neji marah padanya.
Senyumnya yang tulus mengembang cerah, meletakkan buket bunga dimakam batu yang terpoles halus dan mengkilap.

"Ohayou, Neji-nii." Sapanya dengan kelembutan dalam suaranya.

Sudah dua tahun sejak terakhir kali Hinata memeluk kakaknya, kenangan terakhirnya adalah aroma tubuh Neji yang tidak akan dilupakannya sampai kapanpun.
Juga pelukan hangat dari lelaki itu yang mendekapnya erat, Hinata begitu banyak berhutang budi pada kakaknya.

Hyuuga Neji adalah satu-satunya orang yang bisa menunjukkan kasih sayangnya dengan begitu gamblang, mengatakan secara langsung mengenai welas asihnya pada adik sepupu tersayang.
Bahkan sampai detik ini, Neji masih terasa hidup dihatinya, kapanpun dan dimanapun ia berada, selalu ada sosok Hyuuga Neji disana.

"Neji-nii, apa yang harus aku lakukan sekarang ?"

Wajahnya yang awalnya cerah mendadak sendu, perubahan emosi yang begitu cepat dalam dirinya.
Hinata adalah sosok dalam tokoh kuno, menyembunyikan kesedihannya dalam wajah penuh senyuman.

Gadis itu tidak bisa meneriakkan dengan lantang mengenai apa yang dirasakannya, tidak bisa berterus terang pada dunia.
Dunianya masih kejam, meski dunia luar begitu damai.
Keadilan dalam dirinya terenggut paksa, menyimpan sebongkah batu besar yang menyakiti hatinya.

"Apa yang harus aku lakukan ? Bagaimana aku mengatasi semua ini ?"

Pikirannya terasa buntu, Hinata tidak bisa berpikir lebih baik dari apa yang dikatakannya saat ini.
Linangan air mata yang mulai membasahi pipinya, menyadarkan tentang bagaimana ia begitu kesulitan dalam hidupnya.

Dalam titik terendahnya saat ini, Hinata berharap agar Neji kembali hidup dan memberinya saran yang berarti, atau sekedar memeluknya untuk menguatkan dirinya.
Hinata masih lemah seperti sebelumnya.
Hatinya masih sering terluka karena cinta buta tak terbalas yang sempat digaungkannya dengan perkasa.

Hembusan angin kencang yang hanya menyapanya dalam lima detik, Hinata disadarkan oleh jawaban tak langsung yang diberikan kakaknya dari alam baka.
Seperti mengatakan dengan suara berteriak, semua akan baik-baik saja.
Hinata tertawa masam, menghapus air matanya yang menggenang disudut mata.

"Benar. Aku masih hidup dan bisa melakukan segalanya. Terimakasih Neji-nii, untuk pencerahan yang sangat berarti."

Hinata mengecup pelan batu nisan itu, bangkit darisana setelah memastikan tidak ada bekas air mata diwajahnya.
Keadaan tidak selalu buruk, tidak semuanya akan berakhir seperti ini.
Hinata harus memperbaruinya, terutama mengenai dirinya sendiri.

Sudah terlalu lama terkurung dalam cinta sepihak yang tak pernah terbalas.
Hinata tidak mau menjadi seperti itu terus, tidak mau hidup dalam bayangan.
Neji pasti akan menyesal jika melihat Hinata terus seperti ini, dimana pengorbanan kakaknya akan terasa sia-sia karena Hinata tetap hidup digaris yang sama.

"Aku bukan pendosa. Kamisama tidak akan mendukungku. Ini adalah berkah."

Mengelus cincin emas yang terpasang dijari manisnya, Hinata tersenyuk mantap.
Hinata bukan lagi seorang perempuan lajang, ia sudah menikah dengan seseorang sekarang.
Dan statusnya adalah sebagai istri.
Tidak ada yang lebih buruk bagi seorang perempuan yang sudah menikah, tapi tetap mencintai orang lain yang bukan suaminya.
Itu akan menjadi aib terbesar yang tidak bisa diampuni seumur hidupnya.

"Uchiha-san, bisakah anda membantuku di Perpustakaan ?"

Uchiha ? Sejak kapan Uchiha Sasuke berurusan dengan perpustakaan ?

"Tentu saja, Miyu-san."

Itu adalah suara lembut dari Hinata.
Ya, keadaan membawa sesuatu yang sangat mengejutkan untuk semua orang.
Dimana Uchiha Sasuke, mantan nukenin yang sekarang menjabat sebagai ketua anbu, menikahi putri sulung dari bangsawan Hyuuga. Hyuuga Hinata.

Selalu ada rencana besar yang dirahasiakan oleh Kamisama, dan mereka yang terpilih, hanya bisa mengikuti alur yang sudah ditentukan.
Tidak mudah bagi dua orang asing untuk tinggal disatu atap yang sama, dengan status mereka yang sebagai suami istri.
Hinata tidak mengatakan jika hidupnya mudah, begitupun dengan Sasuke.

Tapi, menikahi teman lama akan jauh lebih baik daripada menikahi orang asing, begitulah anggapan mereka.

.
.
.

Hayy !!

Malam minggu bawa fanfic baru..

Vote please ❤❤

Some DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang