- Tujuh -

3.8K 401 15
                                    

- HAPPY READING -

Jalanan lenggang dihalaman depan rumahnya, Hinata hanya terlalu kegerahan didalam rumah dan memutuskan untuk keluar dan menghirup udara yang lebih segar.
Sasuke sedang tidak ada dirumah, lelaki itu harus menjalankan kewajibannya sebagai kepala keluarga  dan mencari uang, ditambah dengan kehamilan Hinata yang semakin membesar dan biaya persalinan yang tidak murah.
Lagipula, memiliki bayi sama artinya harus memiliki tabungan masa depan, karena biaya untuk anak biasanya akan berkali lipat lebih mahal.

Meskipun sedang pergi, bukan berarti Sasuke tidak memberi penjagaan untuk istrinya yang sedang hamil.
Meski tidak mengatakan, Hinata tau jika ada setidaknya dua orang anbu yang selalu mengawasi rumahnya, termasuk cakra susanoo yang tidak pernah dilepasnya.
Hinata tidak masalah untuk itu, meski sering merasa jika tindakan itu terlalu berlebihan.

Jika sebelumnya Sasuke hanya memasang cakra susanoo dirumahnya, sekarang ia menugaskan anbu untuk mengawasi istrinya.
Semua itu tidak lebih untuk memberikan penjagaan pada istrinya, terutama setelah tau jika ada yang berusaha mencelakai istrinya.
Hinata mungkin tidak sadar atau memang berusaha mengabaikannya, tapi cakra asing tempo hari adalah milik seseorang yang sekarang sedang dikejar Sasuke.

Jika saja malam itu Sasuke tidak cepat  pulang, ia tidak tau apa yang akan terjadi pada istrinya.
Sasuke belum bisa mengetahui mengenai siapa pemilik cakra itu dan masih mencarinya sampai saat ini.
Meskipun begitu, Sasuke merasa jika itu bukan orang sembarangan, mengingat bagaimana ia bisa menyembunyikan kekuatan cakranya sampai titik 0%, itu jelas bukan kemampuan shinobi kelas ringan.
Sampai penjahat itu berhasil dilumpuhkannya, Sasuke akan tetap memberi penjagaan bagi Hinata, ditambah dengan keadaan istrinua yang lemah karena kehamilannya.

"Ayah ?"

Hinata mengusap matanya, takut jika penglihatannya salah, saat melihat Hyuuga Hiashi berjalan bersama beberapa pengawal menuju halaman rumahnya.
Selain itu, ada Hyuuga Hanabi yang langsung melambai tinggi-tinggi saat melihat Hinata.

Bahkan saat rombongan kecil itu sampai didepan matanya, Hinata masih merasa aneh dengan kedatangan ayahnya.
Membungkuk hormat pada ayahnya, membuka pintu depan rumahnya dengan lebar.
Hinata menoleh untuk melihat ekspresi keras dari para pengawal ayahnya, terlihat bersiaga.

Mereka pasti sedang mengantisipasi sesuatu, mengingat Sasuke yang memasang cakra susanoo dan pada anbu yang mengawasi rumahnya.
Oh ya, cara kerja susanoo adalah, menjadi tameng saat Hinata berada dalam keadaan terancam.
Cakra susanoo sangat sensitif pada kegelisahan pemiliknya, sangat posesif pada pemiliknya, dan bisa mendeteksi tanda bahaya sekaligus denyut jantung yang menandakan level antisipasi.
Itu seperti sebuah alat kesehatan modern tak kasat mata.

"Hinata-nee, bagaimana keadana kalian ?" Hanabi langsung meringsek dan memeluknya erat, sekaligus mengusap perut Hinata yang sedikit lebih buncit dari biasanya.

Hiashi hanya tersenyum tipis mendapati pemandangan itu, merasa senang dengan interaksi kedua putrinya.

"Kami baik-baik saja," katanya. "Bagaimana dengan kencan kalian ?" Bisiknya dengan kerlingan jahil.

Hanabi terlihat lucu dengan wajah merona dan salah tingkah itu, sangat menggemaskan.
Menatap sebal sekaligus malu-malu, Hanabi membuang muka agar tidak bertatapan dengan kakaknya.

"Apa ada sesuatu khusus mengenai kedatangan ayah kemari ?"

Suaranya yang sopan dan sedikit lebih serius saat menatap ayahnya yang sedang menyesap teh hangat, Hinata menanyakan maksut kedatangan ayahnya.
Sebenarnya bukan hal yang luar biasa saat melihat seorang ayah mengunjungi rumah anaknya, tapi cukup luar biasa jika itu tentang Hyuuga Hiashi.

Some DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang