- Limabelas -

2.3K 293 6
                                    

-Happy reading-

Dalam sekejap mata, Hinata kembali diliputi oleh perasaan emosional saat melihat sosok tak asing terbaring dengan kimono hime putihnya yang berukir bunga ungu muda diujung lengannya.
Mengamati jarak sedekat ini pada sosok yang begitu sering muncul dimimpinya.

Perasaan apa ini ? Hinata bertanya pada dirinya sendiri, menyadari bahwa ada semacam beban berat yang dijatuhkan mendadak dibahunya, hingga membuat tubuhnya tersentak dan jatuh ke lantai.

"Hinata, " Sasuke berlari meraih tubuh Hinata yang lunglai dan jatuh diatas lantai keramik dingin.

Istrinya terlihat begitu bersedih akan sesuatu, dan wajah menangis itu membuat Sasuke merasakan sakit yang teramat sangat menghujam jantungnya.
Mendekap Hinata yang terisak, membawa tubuh lemah istrinya kedalam dekapannya yang erat.

"Tidak apa-apa, sayang. Semuanya baik-baik saja."

Berbisik dengan suara pelan, mencium kening Hinata dengan perasaan cinta yang mengalir ke setiap uratnya.
Sasuke ikut merasakan sakit didadanya, untuk alasan yang bahkan ia sendiri tidak tau apa.

"Anata, kenapa aku merasa sehancur ini ?"

Hinata hanya merasakan perasaan sakit yang mendalam, juga kerinduan besar yang bersarang dihatinya dan kini membeludak keluar begitu saja.
Seperti dirinya yang begitu tersiksa selama ini, seperti ia yang merasakan perih seumur hidupnya untuk sesuatu tak kasat mata, dan tidak pernah diketahuinya.

Sakura mengusap pipinya yang basah, sementara Naruto merangkulnya untuk menenangkan istrinya yang emosional.
Shikamaru tidak yakin dengan apa yang dipikirkannya, tapi dugaan terbesarnya adalah, perasaan yang mengalir keluar dari dalam diri Hinata bersumber pada arus cakra mereka yang terhubung.
Sai menghela napas dengan berat saat menyaksikan adegan dramatis itu, jujur saja lelaki itu merindukan kekasihnya, Yamanaka Ino.
Shino memejamkan mata dengan erat saat lagi-lagi harus melihat Hinata yang menangis didepan matanya, ingatan akan masa kecil mereka serasa berterbangan memenuhi kepala.

Urashiki nampak tersenyum sendu melihat hal itu, mulai menyadari tentang bagaimana kesulitan yang dialami oleh ibu anak itu selalu terhubung selama ini.
Mereka terikat atas benang cakra yang tidak bisa diputuskan dengan mudah, bahkan sekarang semakin kuat karena adanya bayi di kandungan Hinata yang semakin menghubungkan aliran cakra mereka.

"Okaa-san, apa yang harus aku lakukan padamu ?"

"Transfer cakra."

Pertanyaan Hinata dijawab oleh Urashiki, dimana lelaki itu mendekat kearah Hinata yang kini memberinya tatapan bingung atas jawaban itu.

"Apa maksudnya ?"

"Dewi Bulan membutuhkan cakranya agar bisa kembali ke tempat asalnya. Dan cakra itu ada didalam dirimu."

Hinata memahami situasinya yang tidak biasa, dimana ia yang bahkan tidak pernah membayangkan akan ada hal semacam itu dalam dirinya.
Mengerling pada Sasuke yang nampak khawatir setelah mendengar perkataan Urashiki, Hinata yakin jika suaminya sudah tau tentang ini sebelumnya.

"Tunggu dulu, biar aku luruskan ini. Jadi, okaa-san membutuhkan cakranya yang ada dalam diriku, dan aku harus melakukan transfer cakra untuk membuat okaa-san kembali ke bulan ? Begitu ?"

Anggukan mantap dari Urashiki dan Sasuke menjadi jawaban paling mutlak atas presentasi singkat yang dilakukan Hinata untuk meluruskan alasan kenapa ia ada disini dan untuk misi ini.

"Bagaimana mungkin ? Hinata sedang hamil, bukannya itu akan membahayakannya ?"

Sakura bereaksi keras atas semua hal tidak masuk akal ini, dengan pikiran paling logis yang bisa dikatakannya.

Some DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang