- Happy reading -
Hinata menatap sengit pada ayahnya yang begitu kukuh menahannya agar tidak pergi.
Sekukuh keinginan Hinata untuk pergi menemui suaminya.
Hinata tidak bisa menahan diri lebih dari ini, dan meskipun ayahnya tidak mengijinkannya, ia akan tetap pergi kesana.
Dalam mimpinya, Hinata dituntun oleh ibunya yang memberitahu keberadaan suaminya dan rekan-rekannya.
Sekarang, ia berniat ke kantor hokage untuk memberitahu bahwa ia akan pergi."Kenapa ayah tidak pernah memikirkan perasaanku ?" Hinata menatap lelah pada ayahnya yang masih tidak membiarkannya pergi.
"Karena itu hanya akan membahayakanmu, Hinata."
Tersenyum getir, Hinata tidak pernah mengerti dengan apa yang sedang dipikirkan ayahnya saat ini.
"Aku akan tetap pergi. Apapun yang terjadi." Bangkit dari tempatnya, berjalan menuju kamarnya.
Hiashi mengusap pelipisnya yang berdenyut, menghadapi Hinata yang seperti itu membuatnya menjadi lebih tua 10 tahun.
Hinata tidak bisa dicegah, dan sangat sulit untuk mendengarkan orang lain.
Gen bawaan bayi yang dikandungnya memang membawa pengaruh paling banyak dalam diri putrinya."Hinata, kenapa kau tidak mengerti nak ?" Gumamnya dengan suara rendah.
Duduk diranjangnya dengan wajah kesal, Hinata merasa jika ayahnya terlalu menghalangi kemauannya untuk pergi.
Tapi, seperti yang sudah dikatakannya, ia akan tetap pergi.
Sebelum itu, ia harus menemui hokage dulu.
Meski tidak bisa dikatakan meminta ijin, ia tetap harus berpamitan dengan pemimpin."Uchiha-sama, Hokage-sama meminta anda datang ke kantornya."
Seorang anbu berada didekat jendela kamarnya, memberi sebuah angin segar untuk dirinya.
"Baiklah," sahutnya ringan.
Terlepas itu benar atau tidak benar, Hinata hanya ingin melakukan apa yang bisa dilakukannya.
Jika satu kepakan kecil dari sayapnya bisa membantu seseorang, Hinata akan melakukannya dengan senang hati.
Berjalan cepat agar segera sampai ke kantor hokage, Hinata tidak sabar untuk mendengar apa yang akan hokage katakan padanya.Sudah ada Sakura disana, saat Hinata datang ke kantor hokage.
Menyapanya dengan aksen akrab seperti biasa, Kakashi mempersilahkan Hinata untuk duduk, setelah melihat wajahnya yang nampak kelelahan.
Usia kandungan memang sangat mempengaruhi kondisi Hinata sekarang, membuatnya sering kelelahan dan malas-malasan."Jadi begini, langsung saja kita bicarakan ini." Kakashi memulai dengan wajah serius.
"Hinata, hanya kau yang mengetahui keberadaan Sasuke dan yang lain. Jadi, kau bisa pergi jika ingin. Atau hanya memberi kami petunjuk dan menunggu disini."
"Tidak. Aku akan pergi dan menemukan suamiku."
Kakashi tersenyum dibalik maskernya, saat melihat Hinata yang seperti itu, membuatnya bangga dan bahagia.
Meski ia tahu, berhadapan dengan Hiashi tidak akan mudah setelah ini.
Ketua klan Hyuuga itu masih sangat keras menentang gagasan ini.
Kakashi bisa mengerti, dan tidak bida menyalahkan Hiashi untuk ini.
Itu wajar, karena Hinata adalah putrinya, dan sedang mengandung cucunya."Kami akan pergi, hokage-sama." Sakura menimpali dengan suara mantap, menoleh pada Hinata dan mengangguk dengan tatapan penuh arti.
"Baiklah, persiapkan diri kalian."
Kakashi tidak punya pilihan lain, setelah Tsunade mengatakan padanya bahwa hanya Hinata yang bisa menemukan keberadaan Uchiha Sasuke dan yang lainnya.
Tapi sepertinya, Kakashi harus siap jika tiba-tiba Hyuuga Hiashi dan Hyuuga Hanabi menerobos ke kantornya dan mungkin saja membantainya setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Some Day
FanfictionHanya sebuah kisah dimana mereka yang menjadi bagian dalam percintaan rumah tangga.