- HAPPY READING -
Mencengkram cangkirnya dengan semakin erat, Hinata memaksa Sakura untuk duduk dan bicara berdua dengannya, secara dewasa dan serius.
Ada Ino dan Tenten juga disana, seperti menjadi saksi atas apa yang akan diselesaikannya hari ini.
Sasuke memang mengatakan agar Hinata tidak terlalu memikirkan Sakura, mengabaikannya jika perlu."Aku tidak sudi bicara denganmu." Kalimat yang diucapkan dalam suara dingin.
Hinata menatapnya dengan berani, tidak bisa mundur, "Bisa jelaskan dengan lebih rinci, apa salahku ?"
Berdecih dengan tatapan muak yang diarahkan ke Hinata, Ino dan Tenten seperti bersiaga untuk kemungkinan terburuknya.
Kedua perempuan itu tidak mau ambil resiko yang bisa membahayakan mereka, tentu saja karena peringatan Sasuke tempo hari."Jangan terlalu munafik, Hinata. Kau tau benar jika aku sangat mencintai Sasuke-kun, tapi kenapa kau menusukku sekejam ini ?"
Kalimat Sakura terasa menghujam tepat dijantungnya, membuat Hinata memejamkan mata untuk mengatasi tikaman rasa sakit itu.
Helaan napasnya yang memberat secara perlahan, haruskah Hinata berkata kejam untuk membela dirinya sendiri ?"Apa Sasuke mencintaimu ? Jika benar dia mencintaimu, Sasuke tidak akan menyarankan pernikahan ini padaku.
Dan lagi, apa yang membuatmu berpikir jika kau adalah korban disini ? Apa aku merebut Sasuke darimu ? Apa aku mencurinya ?"Ino dan Tenten melongo saat melihat Hinata dan ketegasan dalam pertanyaannya yang tajam.
Tidak ada Hinata yang pemalu dan penakut seperti dulu, tidak ada gadis lemah yang bersembunyi dibalik bayangan.Uchiha Hinata sepenuhnya berubah menjadi perempuan dewasa yang matang secara emosional dan fisik.
Bahkan Sakura dibuat bungkam karena pertanyaannya yang begitu frontal dan blak-blakan, membuat Ino melirik sekilas pada temannya yang nampak menyedihkan.Wajah Hinata melembut, "Sakura, tidak bisakah kita berteman seperti dulu ?" Tanyanya dengan suara halus.
Sakura masih bungkam.Hinata sudah menebak jika ini tidak akan mudah dan ia bahkan merasa begitu buruk sekarang.
Merasa jika tidak ada lagi yang harus dibicarakan, Hinata bangkit dari tempatnya, diikuti Tenten."Jangan menyia-nyiakan Naruto, kau mungkin akan menyesal jika terus mengabaikan orang yang benar-benar mencintaimu."
Patah hati sudah !! Hinata merasakan perasaan nyeri yang begitu menusuk dijantungnya.
Tapi sebuah kelegaan dalam dadanya juga membuatnya merada jauh lebih baik.
Inilah akhir cinta pertamanya yang tidak pernah terbalas, Hinata mengakhirinya dengan begitu baik, meskipun menyedihkan.
Mengangguk sekilas pada Tenten, berjalan keluar dari cafe, meninggalkan Sakura bersama Ino."Woahh, nyonya Uchiha yang keren."
Tenten terlihat begitu bangga saat mengatakannya, merangkul bahu Hinata dengan akrab.
Hinata sendiri hanya bisa menghela napas, menikmati kelegaan yang terasa sangat meringankan mentalnya."Apa Sakura akan mengerti ?" Tanyanya dengan ragu.
"Tentu saja. Dia mungkin perlu waktu untuk berpikir, tapi dia pasti akan mengerti."
Tenten terdengar mantap saat mengatakannya, Hinata hanya berharap jika apa yang dikatakan olehnya benar.
"Aku mau ke rumah Kurenai sensei, apa kau mau ikut ?"
"Tidak. Aku harus segera pergi."
"Kencan ? Siapa lagi kali ini ?"
Tenten tersipu saat mendengar pertanyaan Hinata, mengelak dengan malu-malu dan bergegas pergi dari hadapannya.
Hinata mengamati kepergiannya dengan senyum lebar, pasti kakaknya akan sangat beruntung jika menjadikan Tenten sebagai istrinya, mengingat mereka sempat dekat dulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Some Day
FanfictionHanya sebuah kisah dimana mereka yang menjadi bagian dalam percintaan rumah tangga.