BAGIAN 2

1.2K 48 3
                                    

Siang itu udara sangat cerah, di atas sana tidak tampak sedikit pun tanda tanda akan turun hujan. Sementara angin yang bertiup semilir, menambah hawa sejuk dan menyegarkan. Tampak Pandan Wangi sedang berjalan pelan-pelan menyusuri tepian sungai kecil yang aimya jernih. Beberapa ekor ikan tampak berenang hilir-mudik di antara batu-batuan. Sejenak bibir gadis itu menyunggingkan senyuman saat melihat dua ekor burung parkit tengah memadu kasih di cabang pohon.
Tiba-tiba saja senyum di bibir gadis itu langsung lenyap! Buru-buru Pandan Wangi menghentikan langkahnya dan memasang telinganya baik-baik. Segera dia dapat menangkap suara yang mencurigakan di sekitar tempat itu. Tapi belum sempat dia melakukan apa-apa, mendadak dari balik pohon dan gerumbul semak di depannya, bermunculan enam orang laki-laki yang bersenjatakan golok yang besar dan panjang.
"Hm...," Pandan Wangi bergumam kecil sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Gadis itu segera mengetahui, kalau keenam orang itu adalah anggota Partai Tengkorak. Sabuk dengan kepala tengkorak yang mereka kenakan, cukup untuk mengetahui siapa mereka sebenarnya.
"He he he..., nasib kita benar-benar mujur hari ini," kata salah seorang sambil terkekeh.
"Benar, Tengkorak Putih pasti akan senang sekali mendapatkan kepala perempuan ini," sambut lainnya.
"Ah, sayang sekali! Bagaimana kalau kita nikmati dulu tubuh perempuan ini sebelum memenggal kepalanya?" kata seorang lagi sambil menelan air liurnya.
"He he he..., sebuah usul yang bagus!" sambut yang lainnya.
Tentu saja kuping Pandan Wangi menjadi merah mendengar kata-kata kotor tersebut. Gerahamnya segera bergemeletuk menahan marah! Dia benar-benar muak dengan pandangan mata yang penuh nafsu dari keenam laki-laki di depannya.
"Ayo, maju kalian semua! Aku ingin tahu, bagaimana rasanya bersenang-senang dengan bangsat- bangsat macam kalian!" dengus Pandan Wangi menggeram.
"He he he..., rupanya kau tak sabar juga ingin segera menikmati kenikmatan surga dunia, Cah Ayu," kata yang agak gemuk sambil memelototkan matanya.
"Sudah, jangan banyak omong! Tangkap dia!" sentak yang lainnya tak sabar.
Tiba-tiba salah serang langsung menerjang! Tapi dengan secepat kilat Pandan Wangi memiringkan tubuhnya sedikit ke kanan. Sedangkan tangannya langsung berkelebat menghajar perut lawannya tersebut.
"Hugh...! Sialan!" orang itu itu menggeram seraya melompat mundur. Tampak dia meringis merasakan mual pada perutnya.
"Ayo, siapa lagi yang ingin merasakan belaian tanganku?" tantang Pandan Wangi dengan suara lantang.
Dengan penuh emosi salah seorang lagi menerjang! Secepat kilat Pandan Wangi melompat ke udara menghindari terjangan orang itu yang me- nerjangnya sambil mengibaskan golok. Sedangkan kaki gadis itu bergerak cepat dan menghantam lawannya. Kontan saja lawannya itu meraung keras dan ambruk di tanah terkena tendangan yang beruntun dengan disertai tenaga dalam yang cukup tinggi.
"Hih...!" Pandan Wangi menjejakkan kakinya tepat di dada orang yang menggelepar itu.
Seketika itu juga darah langsung muncrat ke luar dari mulutnya! Sedangkan kepalanya terkulai dengan nyawa yang telah lepas dari badannya.
"Serang! Bunuh perempuan setan itu...!" kata salah seorang memberi komando.
Kelima orang temannya segera meluruk dan menerjang ke arah Pandan Wangi. Sedangkan Pandan Wangi dengan cepat berlompatan ke sana kemari menghindari setiap terjangan, sambil sesekali membalas dengan pukulan dan tendangan mautnya! Lima orang lawannya itu memanglah bukan tandingan Pandan Wangi, sehingga dalam waktu singkat saja, satu persatu dari mereka segera bergelimpangan dengan tubuh tak bernyawa lagi.
Tiba-tiba tanpa sepengetahuan Pandan Wangi, satu orang meninggalkan tempat itu.
"Huh! Ke mana yang satunya lagi...?" dengus Pandan Wangi sengit setelah menyadari satu orang lawannya berhasil lolos.
"Kak...! Kak Pandan...!"
Pandan Wangi segera membalikkan tubuhnya. Tampak di kejauhan Parmin sedang berlari-lari menghampirinya.
"Ada apa kau kemari?" tanya Pandan Wangi mengerutkan keningnya.
"Aku..., aku mendengar ada pertarungan. Syukurlah kalau kau tidak apa-apa," sahut Parmin masih sedikit tersengal napasnya.
"Mereka cuma kroco," kata Pandan Wangi.
Parmin segera memandangi mayat-mayat yang bergelimpangan di depannya. Tanpa berkata-kata lagi, buru-buru dia menyeret mayat-mayat tersebut dan menceburkannya ke sungai. Kemudian dia segera membersihkan darah yang memercik pada ranting-ranting kering, sehingga tidak ada kesan, bahwa di tempat  tersebut baru saja terjadi pertempuran.
"Untuk apa kau lakukan semua itu, Parmin?" Pandan Wangi tidak mengerti apa maksud pemuda itu.
"Biar tidak kelihatan bekasnya, Kak. Tempat ini kan dekat dengan goa dan sungai, jadi sangat penting bagi kita semua," sahut Parmin menjelaskan.
"Percuma saja, Parmin. Daerah ini masih termasuk dalam wilayah Hutan Jati Jarak, yang mereka namakan Rimba Tengkorak dan masih dalam kekuasaan mereka."
"Aku tahu, Kak. Tapi paling tidak bisa memperlambat mereka untuk mengetahui tempat ini," kata Parmin.
"Aku malah punya pikiran lain, Parmin," Pandan Wangi punya usul.
"Pikiran apa?" tanya Parmin.
"Sebelah Selatan ini ada sebuah desa. Dan tampaknya desa itu tidak terjamah Partai Tengkorak," kata Pandan Wangi.
"Maksud Kak Pandan, Desa Salapan?"
"Bukan."
"Memang ada dua desa di sekitar Lereng Gunung Puting ini, Kak. Sebelah Selatan dari Hutan Jati Jarak adalah Desa Salapan, sedangkan sebelah utara, Desa Batu Ceper. Kedua desa itu memang sengaja tidak dijamah oleh Partai Tengkorak, karena sebagian penduduknya anggota partai itu. Dan desa-desa itu letaknya sangat strategis, karena sebagai penghubung dengan desa-desa lainnya," Parmin menjelaskan.
"Begitu besarnya pengaruh Partai Tengkorak, sampai-sampai bisa menarik para penduduk untuk masuk menjadi anggotanya," gumam Pandan Wangi kesal.
"Memang sulit bagi desa-desa di sekitar Lereng Gunung Puting ini untuk tetap hidup, kalau tidak diperlukan lagi oleh Partai Tengkorak, Kak."
"Pasti ada alasan lain, mengapa mereka mengistimewakan kedua desa itu dengan desa-desa lainnya, kan?" Pandan Wangi meraba.
"Memang, Desa Salapan adalah penghubung langsung ke Kerajaan Karang Setra, sedangkan Desa Batu Ceper jadi gerbang utama menuju ke Kadipaten Galuh," jelas Parmin lagi.
Pandan Wangi segera merenung beberapa saat, setelah mendengar keterangan itu.

17. Pendekar Rajawali Sakti : Perawan Rimba TengkorakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang