BAGIAN 6

1.4K 44 0
                                    

Mimik wajah Rangga biasa-biasa saja ketika Pandan Wangi menceritakan, bahwa dirinyalah yang dijuluki si Perawan Rimba Tengkorak di sekitar Hutan Jati Jarak. Dia memang sudah menduga sebelumnya. Hanya saja yang membuat Rangga jadi bertanya-tanya, bagaimana Pandan Wangi sampai berhasil menaklukkan lima puluh orang anggota Partai Tengkorak hingga menjadi pengikutnya. Setiap kali Rangga menanyakan hal tersebut, Pandan Wangi hanya mengatakan, kalau dia mempunyai cara tersendiri.
"Bagaimana kau bisa tahu jadwal penarikan upeti oleh Partai Tengkorak?" tanya Rangga penasaran.
"Ada seseorang yang telah memberitahu. Aku punya orang-orang yang berada di desa-desa sekitar Lereng Gunung Puting ini," sahut Pandan Wangi bernada bangga.
"Aku percaya, seluruh warga di desa-desa sekitar Lereng Gunung Puting ini sangat menyanjungmu, bahkan mereka juga mengharapkan agar kau segera dapat menghancurkan Partai Tengkorak," kata Rangga.
'Hal itu hanya bisa kulakukan kalau kau mau membantuku, Kakang," sahut Pandan Wangi berharap.
"Tentu saja, aku juga punya perhitungan sendiri dengan mereka," sambut Rangga.
"Dewi Naga Hitam juga."
"Dewi Naga Hitam...!?" Rangga terkejut mendengarnya.
"Kau kenal dia, Pandan?"
"Ya. Dia banyak membantu dalam pertemuan kita," kata Pandan Wangi terus terang.
"Di mana dia sekarang?" tanya Rangga.
"Aku tidak tahu, katanya sih mau menyelidiki sarang Partai Tengkorak."
"Untuk apa? Aku sudah tahu tempatnya, dan aku juga sudah mempelajari situasinya. Kalau mau, kita bisa langsung menggempurnya, dan mereka tidak akan bisa berbuat banyak!"
"Aku percaya, karena kau punya tunggangan burung rajawali raksasa."
Lagi-lagi Rangga dibuat terkejut. Belum pernah sekali pun dia menceritakan tentang burung rajawali raksasa itu pada Pandan Wangi. Mungkinkah Dewi Naga Hitam telah menceritakannya? Ah, tidak mungkin. Jelas hal itu sangat bertentangan dengan perjanjian Pendekar Rajawali Sakti dengan bangsa ular!
"Kemarin aku melihatnya sendiri ketika kau turun dari punggung burung raksasa itu di dekat goa. Aku tahu, kau pasti akan mencariku sampai ke sana. Tapi waktu itu aku bingung untuk berhadapan denganmu, lalu aku memutuskan untuk menghindarimu," ujar Pandan Wangi terus-terang.
"Jadi, kemarin kau ada di sekitar tempat itu?" tanya Rangga tak habis pikir.
"Iya, dan dari situlah aku yakin, bahwa memang benar-benar mencintaiku, Kakang. Terus terang, tadinya aku sudah ragu akan cintamu. Aku sadar kau sekarang telah menjadi seorang raja besar Karang Setra. Dan aku tidak pantas lagi untuk memperoleh cintamu," Pandan Wangi makin menelanjangi dirinya sendiri.
"Pandanganmu picik sekali, Pandan!" Rangga menyesali sikap Pandan Wangi.
"Memang..., tapi sekarang tidak lagi," Pandan Wangi mengakui.
Rangga hanya tersenyum mendengar pengakuan yang begitu terus-terang dari gadis itu.
"Kakang...," desah Pandan Wangi.
"Ada apa?" sahut Rangga lembut.
"Kau tahu, bahwa Dewi Naga Hitam juga bernafsu sekali menghancurkan Partai Tengkorak?"
"Tidak, memangnya kenapa?"
"Aku menduga, pasti ada sesuatu yang dirahasiakannya."
"Kau yakin?"
"Meskipun dia tidak mengatakannya, tapi aku yakin akan hal itu."
"Entahlah, setahuku bangsa ular tidak akan pernah mendendam kalau tidak disakiti lebih dulu. Cukup lama aku bersama mereka dan memahami tentang kehidupannya, sampai-sampai aku diangkat menjadi saudara oleh Satria Naga Emas, raja dari segala jenis bangsa ular."
"Ya, aku sudah tahu semua itu, Kakang. Dewi Naga Hitam telah menceritakan, bahwa kakang pernah tinggal beberapa lama di Istana Ular Dan Kakang bisa berhubungan langsung dengan raja mereka melalui meditasi. Kenapa Kakang tidak mencoba untuk menanyakan masalah itu?"
"Tidak, Pandan. Aku sudah berjanji tidak akan mencampuri urusan pribadi, kecuali mereka yang meminta. Demikian juga sebaliknya. Kau mengerti maksudku, kan?"
"Sulit, tapi aku coba untuk mengerti," sahut Pandan Wangi sedikit bergurau. Lagi-lagi Rangga tersenyum.
"Sudah hampir pagi, sebaiknya kita kembali ke goa," kata Pandan Wangi seraya bangkit.
"Kau tetap akan menghancurkan Partai Tengkorak dengan pengikut barumu?" tanya Rangga yang sudah berdiri.
"Ya," sahut Pandan Wangi mantap sambil melangkahkan kakinya.
"Kau yakin akan berhasil dengan lima puluh orang, Pandan?" tanya Rangga.
"Dengan adanya kau, dan bantuan dari Dewi Naga Hitam, aku yakin bisa berhasil."
"Tidak, seandainya kau dan Dewi Naga Hitam sudah mengetahui letak sarang mereka, pasti akan berpikir dua kali."
"Kenapa?"
"Nanti kita bicarakan bersama Dewi Naga Hitam.

17. Pendekar Rajawali Sakti : Perawan Rimba TengkorakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang