Dua pasang mata indah tampak sedang mengawasi dua kereta kuda yang berjalan pelan-pelan depannya. Dua kereta kuda yang tertutup kain yang tebal itu, masing-masing ditarik oleh dua ekor kuda. Sementara semua pengawalnya yang kurang lebih dua puluh orang berkuda itu, berada di belakangnya.
"Kau lihat, Dewi Naga Hitam? Mereka seperti sengaja menunggu kedatanganku," kata Pandan Wan setengah berbisik.
"Ternyata kau cukup berpengalaman juga, Pandan," puji Dewi Naga Hitam.
"Aku yakin, di dalam kereta itu pasti tokoh-tokoh berilmu tinggi dari rimba persilatan," Pandan Wangi menduga dengan penasaran.
"Lalu, apa yang akan kau lakukan?"
"Lihatlah!"
Pandan Wangi segera memungut tiga batang ranting kayu yang lumayan tajam. Sejenak dia menimang-nimang tiga benda itu, lalu dengan disertai pengerahan tenaga dalam yang cukup sempurna, dia langsung melemparkan ketiga ranting itu ke arah kereta kuda yang berada di depannya.
Crab! Crab! Crab!
Langsung saja ketiga batang ranting itu menancap ke kain terpal. Dan seketika itu juga terdengarlah jeritan kesakitan yang melengking tinggi! Dan rombongan kereta kuda tersebut langsung berhenti. Tak lama kemudian, dari dalam kereta itu berlompatan sosok-sosok tubuh manusia dengan pakaian beraneka ragam dan dengan senjata yang berbagai macam bentuknya.
"Bagaimana, Dewi Naga Hitam?" Pandan Wangi tersenyum lebar.
"Kau benar-benar cerdik, pantas saja kalau Ketua Partai Tengkorak benar-benar merasa terancam," lagi- lagi Dewi Naga Hitam memuji.
"Lihat! Jumlah mereka begitu banyak, lebih dari lima puluh orang," kata Pandan Wangi lagi.
"Kau mampu menghadapi mereka semua, Pandan?" pancing Dewi Naga Hitam.
"Kalau mau mati konyol, sudah kuhajar sejak tadi."
"Kalau begitu, biar aku yang membereskan," Dewi Naga Hitam buru-buru mempersiapkan diri.
"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Pandan Wangi kaget.
"Lihat saja!"
Ular hitam pekat itu langsung mendesis berkali-kali. Kepalanya terangkat naik ke atas seraya bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan.
Pandan Wangi tertegun memperhatikan dengan pandangan tidak mengerti. Tapi.... "Oh...!"
Ia sangat terkejut begitu menyaksikan apa yang terjadi selanjutnya. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba orang-orang Partai Tengkorak yang dibantu oleh tokoh-tokoh rimba persilatan sudah dikepung ribuan ular berbisa, baik besar maupun kecil. Suara-suara mendesis langsung terdengar memenuhi udara sekitarnya. Bau amis pun segera menyeruak menusuk hidung dengan tajam.
Ular-ular yang semakin bertambah jumlahnya itu pelan-pelan bergerak mendekati orang orang yang mengelilingi kereta kuda itu. Sedangkan kuda-kuda yang menarik kereta mereka, meringkik-ringkik ketakutan melihat ular-ular itu. Aneh! Ular-ular itu seperti sengaja memberikan jalan keluar bagi kuda- kuda yang lari ketakutan itu.
Pandan Wangi benar-benar kagum menyaksikan pemandangan yang aneh dan mengerikan itu. Sementara lima puluh orang yang terkepung tampak menggigil ketakutan, melihat ular-ular yang begitu banyak semakin rapat mengepungnya.
"Ulurkan tanganmu ke arahku, Pandan," kata Dewi Naga Hitam.
"Oh!" Pandan Wangi terkejut mendengar permintaan itu.
Sungguh! Seumur hidupnya gadis itu belum pernah memegang ular. Bahkan dia paling jijik dengan binatang yang satu ini. Tapi dengan permintaan Dewi Naga Hitam tadi.... Dengan ragu ragu Pandan Wangi mengulurkan tangannya, dan memegang tubuh ular hitam pekat itu. Mendadak saja, rasa takut dan jijik hilang seketika begitu tubuh ular itu membelit pinggangnya. Bahkan Pandan Wangi membiarkan saja ketika kepala ular hitam itu berada di pundaknya.
"Ayo ke luar, Pandan. Kau bisa memanfaatkan mereka untuk menghancurkan Partai Tengkorak," kata Dewi Naga Hitam.
"Tapi..."
"Jangan takut, rakyatku tidak akan mengganggumu. Dengan aku berada bersamamu, kau akan dianggap sebagai wakil Satria Naga Emas. Mereka akan langsung tunduk pada perintahmu!" Dewi Naga Hitam meyakinkan.
Pandan Wangi percaya saja pada kata-kata Dewi Naga Hitam. Dan tanpa ragu-ragu lagi, dia langsung melompat dari persembunyiannya. Setelah beberapa kali berputaran di udara, dengan mudah Pandan Wangi menjejakkan kakinya tepat di barisan belakang ular-ular yang mengurung sekitar lima puluh orang itu. Kedatangan Pandan Wangi yang tiba-tiba itu langsung membuat orang-orang itu terkejut. Apalagi di tubuh pendekar wanita itu terbelit seekor ular hitam yang besar.
"Jadikan mereka pengikutmu, Pandan," kata Dewi Naga Hitam.
"Untuk apa?" tanya Pandan Wangi berbisik.
"Kau perlu pengikut untuk menghancurkan Partai Tengkorak. Paling tidak mereka bisa meringankan pekerjaanmu."
"Baiklah!" kata Pandan Wangi menyetujui gagasan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
17. Pendekar Rajawali Sakti : Perawan Rimba Tengkorak
ActionSerial ke 17. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.