PERHATIAN!
Cerbung ini ganti judul ya, dari yang awalnya Aku Bukan Cinderella. Selamat membaca 😊===================================
Jemari mereka masih saling mengait, menyusuri jalan menuju tempat yang sudah Rey rencanakan. Mereka melangkah tanpa banyak bicara, lebih tepatnya pria berwajah datar itu yang irit bicara sedangkan Mala tengah sibuk merekam dan mengambil beberapa gambar yang sekiranya menarik perhatian.
Dengan tangan kiri dalam genggaman Rey, ia hanya bisa menggunakan tangan kanannya untuk mengotak-atik ponsel. Setelah hampir 20 menit mereka berjalan, tibalah di depan bangunan tua yang menyerupai castil.
"Wow, keren," gumam Mala takjub, cepat ia membidik beberapa gambar dengan benda pipihnya.
"Apa nama tempat ini?" tanya gadis itu sambil menoleh ke arah suaminya.
"Taman Sari Yogyakarta," jawab Rey singkat.
"Apa semacam taman bunga atau taman bermain di dalamnya?"
"Iya, dulu. Ayo masuk." Rey melangkah mendahului Mala, karena dirasa sudah aman, genggaman pun dilepaskannya.
Seusai membayar tiket, mereka langsung masuk. Saat pertama masuk masuk mereka disuguhkan Gapura Agung dengan ukiran khas jawa, ada lorong kecil di bawahnya. Bangunan seluas 10 hektar itu memiliki kurang lebih 57 bangunan kuno, meliputi kolam pemandian, jembatan gantung, danau buatan, lorong bawah air, dan lain-lain.
Pemandangan yang pertama mampu membuat mata Mala membelalak kagum, sebuah kolam pemandian kuno terlihat sangat unik berada di depan mata. Ruangan terbuka dengan dikelilingi tembok besar semacam benteng, serta batu besar semacam hiasan yang sengaja di letakkan di tengah kolam.
"Ini seperti kolam renang," ucap gadis itu sembari mengambil gambar lagi dengan ponselnya.
"Dulu, ini tempat pemandian para permaisuri kerajaan," papar Rey dengan membetulkan letak kaca mata hitamnya. "Ayo, ke sana," ajaknya sambil melangkah ke sisi lain.
Mala mengikuti langkah Rey dengan menghidupkan video di ponsel dan mulai merekam segala yang ada di sekitarnya, khas seperti gaya youtuber. Suasana yang tidak begitu ramai membuat ia lebih leluasa bercakap seorang diri.
Sedangkan Rey hanya mampu menggelengkan kepala dengan terus berjalan, tak paham dengan apa yang dilakukan istrinya itu. Menurutnya, sangat aneh.
Hampir setengah jam mereka mengelilingi bangunan tua itu. Dan selama itu pula Mala terus mengoceh di depan layar pipih berukuran 6inci-nya.
"Apa kamu tidak capek berbicara terus seperti itu?" tanya Rey akhirnya, setelah melihat Mala mengakhiri ocehannya.
Gadis bergigi ginsul itu tersenyum lebar. "Aku sudah lama tidak upload video di youtube, Pak. Saat melihat tempat sebagus ini, aku langsung teringat dan ya ... cobalah kapan-kapan di-upload. Apa kamu suka nonton youtube, Pak? Jangan lupa subscribe chanel-ku, ya."
"Tidak." Singkat Rey menjawab dengan terus melangkah.
"Kalau instagram pasti punya, kan? Apa nama akunmu, Pak?" tanya Mala sambil bersiap membuka akun instragamnya.
"Tidak punya."
"Are you seriously?" Netra Mala terbelalak. "Kalau facebook?"
"Ada, tapi sudah dua tahun tidak dibuka."
"Wow." Hanya itu yang bisa Mala ucapkan. Ia berpikir sebegitu membosankannya hidup seorang Rey Anggara ini. "Apa kamu bahagia dengan hidupmu selama ini, Pak?"
Alis Rey saling bertautan. "Tentu."
"Bagaimana kamu bisa menjalani hidup tanpa sosial media, Pak? Aku saja, sehari tak update status, rasanya pusing bagai nggak makan seminggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Cold!
RomanceSebuah impian Pak Abdul, pria tua yang sangat mencintai anak gadis semata wayangnya, ia berharap putri kesayangan itu menikah dengan pria baik. Rey Anggara, Bos tempat ia bekerja selama dua puluh lima tahun itu berjanji akan mengabulkan impian sopir...