"5"

82 15 4
                                    

"Berteman denganmu ternyata tidak semenyenangkan yang aku pikir. Ada rasa yang harus ditahan, dan itu menyakitkan."

                              🐣

Hari ini, Nadin sendirian di rumah. Papa dan mamanya sedang ada acara di luar kota. Untungnya hari ini hari minggu. Abangnya? Nadin tidak tega mengganggu waktu abangnya. Jadi, saat mamanya ingin menelfon bang Ano tdi, Nadin langsung mencegahnya.

Nadin sekarang hanya melamun di balkon kamarnya. Nadin terlalu malas jika turun dari kamarnya. Buat apa? toh, tidak ada orang juga.

"AWW, SSH!" tiba tiba saja Nadin meringis kecil sambil memegang jidatnya.

"Bwahaha, jadi mak kunti lo klo ngelamun terus!" Ledek Ardhan.

Ya, Ardhan. Ardhan rencananya ingin pergi nongkrong bersama anak basket angkatannya. Namun, saat tadi di telfon oleh mama Rena, Ardhan langsung gercep menuju ke rumah Nadin.

Saat berada depan rumah Nadin, Ardhan melihat Nadin sedang memangku dagu sambil menatap lurus kedepan. Dengan isengnya, Ardhan mengambil batu kerikil kecil yang langsung dilemparnya menuju Nadin. Berhasil! batu itu berhasil mengenai jidat Nadin.

"Rese banget sih,lo. Dasar bangke!" sungut Nadin kesal.

"Sini lo, turun. Mau ikut gue ga?" Ardhan tidak memperdulikan wajah masam Nadin.

"G mau. Gue mau lanjut tidur!" kata Nadin sambil melenggang masuk ke dalam kamarnya.

"Eh,ehh! bukain gue pintu!" Teriak Ardhan.

Nadin hanya mencibir dengan pelan, namun tetap menuruti perkataan Ardhan untuk membukakan pintu.

Setelah terbuka, Nadin hanya memandang datar ke arah manusia ghaib depannya ini. Belum memperbolehkan Ardhan untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Aduhh, jidatnya sampe merah kayak gini. Sakit ya? Ardhan pura-pura cemas sambil mengusap pelan jidat Nadin.

"Musuhan yah, kita!" jawab Nadin sambil menepis kasar tangan Ardhan.

"Drama tros!" Sahut Ardhan sambil menerobos masuk ke dalam rumah Nadin.

"Mau ngapain, sihhhh? Kesal Nadin mengikuti langkah Ardhan dari belakang sambil menghentakkan kakinya.

Ardhan menuju dapur. Ardhan tau Nadin belum sarapan, padahal meja makannya sudah terisi dengan berbagai macam makanan.

"Sarapan dulu ya, trus kita pergi." Kata Ardhan sambil menarik tangan Nadin untuk duduk sampingnya di depan meja makan.

" Gak nafsu,gue." jawab Nadin sambil menyenderkan punggung kebelakang.

"Janji deh beli rujak ntar." Sahut Ardhan sambil mengunyah makanan yang sudah diambilnya.

"Gaskeunn" mata Nadin langsung berbinar mendengar kata rujak. Dengan semangat 45 Nadin mengambil sarapannya.

Nadin ini suka sekali dengan rujak. Bisa dibilang, Ardhan maniak pulpen cair, Nadin maniak rujak. Apapun akan dilakukan Nadin demi mendapat rujak secara gratis.

                            *****

Sekarang, Nadin sedang menunggu Ardhan yang membeli rujak di seberang mini market. Nadin dan Ardhan baru saja pulang dari toko buku. Ardhan ingin ditemani membeli komik berbagai seri untuk dikoleksi. Tentu saja, Nadin tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Nadin langsung mengambil dua buah novel yang baru saja diterbitkan. Selesai di toko buku, Nadin menagih janji rujaknya. Ardhan menepikan motornya ke mini market, membeli minuman botol untuk Nadin dan untuknya sendiri. Lalu langsung menyeberang membeli rujak yang diinginkan Nadin.

Friends or what?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang