Chapter 16

1.8K 257 18
                                    

Bayanganku mulai memudar

Meninggalkan semestamu langkah demi langkah

Aku tak ingin sebenarnya, namun semesta telah berkehendak

Aku tidak mengerti, apa harus sesulit ini?

Keinginanku sederhana, bisa melihatmu setiap hari sudah cukup

Namun, semesta seolah berkata lain

Aku egois, katanya. 

Melihatmu setiap hari menjadi sebuah permintaanku yang paling tak tahu diri 

Sampai suatu hari, semesta menyuruhku menghilang

Entah semesta sedang bercanda atau aku saja yang terlalu serakah

***

Malam semakin larut, dingin semakin menyeruak menembus pori-pori seorang gadis yang hanya mengenakan baju rumah sakit dan syal coklat muda di lehernya. Sesekali ia membenarkan letak syalnya yang agak tidak karuan.

"Aku mencarimu kemana-mana, ternyata kau disini." 

Yeil segera menoleh ke sumber suara, seorang pria dengan satu minuman kopi di tangannya.

"Kenapa kau kemari? Aku tidak akan kabur, aku sudah tidak punya tempat tujuan." ceracaunya pada Hanbin yang kini duduk di sampingnya sambil sesekali menyesap kopi pahitnya.

"Aku sudah menceritakan tentangmu pada ibuku, kau lebih baik tinggal di rumah kami."

Yeil cukup terkejut dibuatnya, "Kenapa?"

"Kau tanya kenapa? Bukankah itu lebih baik buatmu? Memangnya mau sampai kapan tinggal di rumah sakit, hm?"

"Maksudku, seharusnya ibumu menolak diriku, aku malu."

"Menolak? Aku tidak pernah meminta ibuku untuk membawamu ke rumah kami, dia yang ingin. Jadi, ayo segera berbenah, semakin lama disini semakin mahal biayanya."

Hanbin benar juga, biaya rumah sakit tak murah. Bodohnya, ia baru menyadarinya.

"Kenapa diam? Ayo."

"Ah ya. Ehm, terima kasih ya Hanbin."

"Tak perlu, bukankah sesama manusia harus saling membantu?" Hanbin kemudian cengengesan mendengar kalimat picisannya sendiri.

"Kenapa tertawa? Kau benar, kok."

"Tidak, aku terdengar sangat naif bukan?"

"Kau orang baik, aku berhutang budi padamu."

***

"Kau terlihat bahagia, aku senang melihatnya. Apa ada sesuatu? Ayo cerita padaku." Desak Jennie pada sahabatnya yang sejak tadi menatap laptop mengerjakan tugas kuliah sesekali tersenyum simpul.

"Tidak apa-apa, Jen. Apa aku terlihat seperti orang gila?" tanya Jisoo memastikan.

"Ayolah, kau pasti habis kencan ya? Dengan siapa? Hanbin?"

"Tidak, aku tidak habis kencan. Tentu saja bukan Hanbin, kau ini ada-ada saja."

Jennie memberengut, menatap langit-langit apartemennya sembari memikirkan sesuatu.

"Jangan bilang kalau kau berkencan dengan Oh Sehun?"

Jisoo hanya menahan tawa mendengarnya.

"Iya?! Jadi benar dengan Oh Sehun?! Astaga kau serius?"

The Miracle We Meet ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang